FPI itu gemar merusak dan menutup mesjid atau gereja, yang mana aktivitas kekerasan tersebut dilarang menurut ajaran al-Qur'an, namun tetap didukung oleh segelintir kalangan Islam - apakah yang demikian juga disebut sebagai atheisme terselubung?
Monggo direnungkan ...
Salam,
MAS
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Yudi Yuliyadi" <yudi@...> wrote:
>
> Atheisme Terselubung
>
>
>
> Feb 1, '11 1:06 PM
>
> Akmal Sjafril, ST, MPdI
>
> assalaamu'alaikum wr. wb.
>
> Dahulu ada seorang dosen yang mungkin sudah kehabisan materi untuk diajarkan
> dalam kuliahnya, sehingga ia mengambil secarik kertas dan menulis lafadz
> "Allah" di atasnya. Sebagai bagian dari kontroversi yang dimaksudkan untuk
> memprovokasi akal pikiran para mahasiswanya, ia melempar kertas itu ke
> lantai dan menginjak-injaknya. Allah itu sakral, tapi tulisan namanya
> tidak, begitulah kira-kira nilai moral yang hendak diajarkannya. Entah apa
> yang ada dalam pikirannya saat itu, karena semua orang tahu bahwa
> menginjak-injak bendera merah putih pasti dianggap sebagai penghinaan
> terhadap keseluruhan bangsa Indonesia, apatah lagi lafadz nama Allah.
> Mungkin dia tidak tahu bahwa yang cinta kepada Allah jauh lebih banyak
> daripada yang cinta Indonesia, karena cinta yang satu ini tidak kenal batas
> geografis dan pewarisan kultur.
>
> Karena Allah adalah Dzat yang Maha Suci, maka beribadah kepada-Nya pun
> menjadi suatu hal yang suci. Untuk shalat, kita harus mensucikan diri.
> Untuk shaum, ada standar yang jelas mengenai perbuatan-perbuatan yang bisa
> membatalkannya. Untuk mensucikan harta, dikeluarkanlah zakat. Dalam ibadah
> Haji, jangankan kesucian tubuh, kesucian hati pun harus dibuktikan dengan
> menghindari marah dan debat. Karena shalat itu suci, maka masjid pun
> menjadi tempat yang suci. Mushola itu suci, bahkan pojokan ruangan di
> kantor pun, jika biasa dipakai shalat, maka kesuciannya harus dipertahankan.
> Kalau terlanjur kotor, maka harus disucikan. Demikian pula alat shalat,
> semuanya harus dijaga kesuciannya. Al-Qur'an adalah wahyu, bukan
> mushaf-nya, namun karena berisikan ayat-ayat suci, maka sucilah mushaf-nya.
> Dahulu para sahabat Rasulullah saw. mencatat ayat-ayat Al-Qur'an di atas
> pelepah daun, niscaya disucikanlah pelepah daun itu oleh penulisnya.
> Pastilah catatan ayat-ayat suci tadi disimpan dengan baik, dibersihkan
> secara berkala, dan diperlakukan dengan penuh hormat. Sungguh mengherankan
> jika ada seorang dosen agama Islam yang tidak memahami kesucian lafadz nama
> Allah dengan sebuah logika menyimpang (twisted logic) yang sebenarnya sudah
> sangat ketinggalan jaman.
>
> Di sebuah kampus Islam, bukan kesucian lagi yang dipermasalahkan, melainkan
> soal kebenaran yang seharusnya sudah diimani oleh setiap Muslim. Secara
> sistematis, sebagian pengajar di kampus ini melarang penulisan "Nabi" dan
> gelar "shallallaahu 'alaihi wa sallam", sehingga mereka terbiasa menyebut
> nama-nama "Muhammad", demikian juga "Ibrahim, "Musa", "Isa" dan seterusnya,
> tanpa memberikan penghormatan yang layak kepada para pemilik nama tersebut.
> Alasannya sungguh membuat dahi berkerut, yaitu semata-mata karena yang
> mengakui Rasulullah saw. sebagai Nabi hanya umat Islam saja. Kesimpulan
> mereka, jika kita sebut "Nabi Muhammad saw.", maka karya tulis kita menjadi
> tidak ilmiah lagi.
>
> Sungguh memprihatinkan nasib umat Muslim yang begitu mindernya sehingga
> untuk urusan agamanya pun mereka merasa harus minta persetujuan dari umat
> lain. Jika demikian, maka nama "Islam" yang mereka gunakan untuk kampus
> mereka boleh saja diganti dengan "teroris", "Agama Arab", "Mohammedanism",
> sedangkan Nabi Muhammad saw. bisa saja mereka sebut dalam karya-karya
> ilmiahnya sebagai "kepala perampok", "womanizer", "pemimpin tiran", dan
> seterusnya. Toh, predikat-predikat inilah yang dipercaya oleh sebagian umat
> di luar Islam. Barangkali, ke depannya mereka pun akan minta konfirmasi
> dari umat lain untuk memastikan bahwa Allah SWT itu tidak beranak dan tidak
> diperanakkan.
>
> Di sebuah stasiun televisi berlangganan, lulusan kampus-kampus 'Islam' ini
> melakukan ulah yang lain lagi. Dalam sebuah rapat yang menjadi dasar dari
> pembentukan sebuah saluran khusus Muslim, muncul sebuah urgensi baru, hingga
> akhirnya salah seorang peserta rapat berkata, "Bisa nggak dikondisikan
> supaya kita nggak usah shalat Zhuhur?" Yang dibicarakan di sini bukan soal
> men-jama' atau meng-qashar shalat (yang pasti akan menuai kontroversi juga
> untuk kasus semacam ini), melainkan soal meniadakan sebuah shalat wajib.
> Padahal, lulusan kampus mereka banyak disanjung sebagai "cendekiawan
> Muslim", "guru bangsa", "pembaharu", dan seterusnya.
>
> Menanggapi vonis yang telah dijatuhkan untuk kasus video zina Ariel,
> sebagian orang meradang di dunia maya. Menurut mereka, moral itu urusan
> masing-masing, yang harus dihukum adalah pelaku penyebarannya saja.
> Sebagian lagi mengatakan bahwa urusan korupsi lebih penting daripada perkara
> kelamin. Malahan ada seorang 'cendekiawan' yang menyindir dengan mengatakan
> bahwa kelak orang tua akan melarang anaknya untuk bercinta, tapi
> membolehkannya untuk korupsi. Sebab, di negeri ini bercinta bisa dilarang,
> tapi korupsi dibiarkan merajalela.
>
> Sulit bagi kita untuk berimajinasi di titik mana kesalahan pengasuhan
> terjadi pada orang-orang ini di masa kecilnya. Begitu jauhnya mereka dari
> Islam, sehingga cara berpikirnya pun tidak ada lagi 'aroma Islamnya'.
> Mengatakan bahwa korupsi lebih berbahaya daripada zina adalah sebuah
> pernyataan tak berdasar. Tingkat korupsi di negara-negara Barat memang
> lebih rendah daripada di Indonesia, namun tingkat perzinaannya jauh lebih
> tinggi. Masalah yang ditimbulkannya pun tidak kalah menyeramkan daripada
> korupsi. Itulah sebabnya Islam mensyariatkan hukuman yang sangat keras
> terhadap perzinaan, baik ia direkam atau tidak, baik dipublikasikan atau
> tidak. Dari penyakit kotor hingga runtuhnya rumah tangga; tak terkira
> betapa besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh zina, apalagi zina yang
> menginspirasi orang lain.
>
> Yang tidak kalah mengherankannya lagi adalah metamorfosis dari zina ke
> cinta, sehingga berzina pun bisa disebut bercinta. Padahal, cinta dalam
> Islam itu begitu suci, bersih dari kenistaan, meliputi cinta kepada Allah
> SWT, para Nabi dan Rasul, agama, Kitab-kitab Suci, orang tua, saudara, anak,
> sahabat, istri dan seterusnya. Jika syahwat dilampiaskan di tempat yang
> tidak semestinya, masih bisakah ia disebut cinta? Jika suatu perbuatan
> menodai kecintaan kita pada Allah dan agama, masihkah ia pantas disebut
> cinta?
>
> Dalam sebuah majalah Islam, fenomena atheisme terselubung di kalangan
> sebagian umat Islam Indonesia ini pernah diulas dalam laporan utamanya.
> Menurut salah seorang sumber yang berhasil taubat dari lingkungan kaum
> atheis bertopeng ini, mereka memang dengan sengaja mendorong diri
> masing-masing agar berani untuk nakal secara intelektual, dan kadang-kadang
> juga nakal secara seksual. Jadi, jika aktivisnya mencolek pipi
> sekretarisnya, kumpul kebo dengan pasangannya selama bertahun-tahun, atau
> secara terang-terangan menghalalkan zina, maka semua itu tidaklah
> mengherankan.
>
> Sangat disayangkan, orang-orang ini tidak berani untuk tampil jujur dan
> mengakui ketidakberimanannya. Padahal, tak pernah ada paksaan untuk memeluk
> agama Islam. Mau beriman silakan, hendak kafir pun silakan. Otoritas Allah
> SWT tidak membutuhkan konfirmasi manusia. Surga telah diciptakan tanpa
> menunggu permintaan dari manusia, demikian pula neraka telah diciptakan
> tanpa mengindahkan protes dari para calon penghuninya. Telah jelas yang haq
> dan yang bathil, sehingga kebenaran itu bisa dipahami oleh setiap manusia.
> Tinggallah hati yang memutuskan; akan merengkuh kebenaran yang hakiki
> ataukah tunduk pada syahwat yang serba sementara?
>
> Atheisme terselubung ini ada di mana-mana, mungkin lebih dekat daripada yang
> kita bayangkan sebelumnya. Mungkin ia telah masuk ke pintu rumah Anda, atau
> menyelusup ke benak orang-orang yang Anda sayangi. Ingatlah bahwa hubungan
> keluarga tidak bisa menyelamatkan kerusakan 'aqidah. Karena itu,
> selamatkanlah siapa saja yang bisa Anda selamatkan. Kita tidak punya waktu
> yang bisa dibuang percuma. Insya Allah, akan tiba waktunya kita
> beristirahat dalam keabadian bersama orang-orang yang kita cintai.
>
> wassalaamu'alaikum wr. wb.
>
>
>
> http://akmal.multiply.com/journal/item/819
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment