copy paste dari blognya mas senopati wirang.
enjoy. buat bahan diskusi tambahan di thread sebelah,
terutama teman teman aktivis yang merasa sakit hati
karena agama islam dianggap = teroris.
dan marah karena gerakan disususpi oleh intelijen
yang melakukan pembusukan dari dalam.
tentu kita perlu berpikir lebih terstruktur, kenapa
kok ada agen aktivis yang mandah terima menjadi
pelaku bom bunuh diri (karena orang hanya bisa
di doktrin, hanya jika dia memang mau menerima
doktrin tersebut), dan juga, apa sebabnya sehingga intelijen
perlu diturunkan untuk melakukan pembusukan
gerakan radikal kanan dari dalam.
salam,
Ari
status : mahasiswa
===
http://intelindonesia.blogspot.com/2011/06/radikalisme-fanatisme-dan-kekerasan.html
Sunday, June 05, 2011 Radikalisme, Fanatisme dan Kekerasan
Sejak peristiwa 9/11 yang hingga saat ini banyak diragukan sebagai aksi
tunggal kelompok Al-Qaeda, di seluruh dunia dan khususnya di dunia Islam
berkembang istilah radikalisasi agama yang dianggap sebagai penyebab
menjamurnya terorisme. Meski berbagai media massa barat telah menyepakati
untuk mempropagandakan Al-Qaeda sebagai musuh bersama umat manusia, namun
terasa banyak kejanggalan dimana dalam periode tertentu akhirnya apa yg
dipropagandakan sebagai musuh bersama itu ternyata sangatlah lemah baik dari
sisi kemampuan maupun teknologi sehingga nyaris mustahil sebagai agen
tunggal pelaku tindak terorisme di berbagai belahan dunia.
Apa sesungguhnya radikalisme yg sering dikumandangkan tersebut? radix
(latin) yg berarti akar menjadi inti dari makna radicalism yg secara politik
kemudian diarahkan kepada setiap gerakan yang ingin merubah sistem dari
akarnya. Sejarah istilah radicalism tersebut bahkan lebih banyak digunakan
dalam perjalanan pertentangan politik di Barat dan sangat jarang digunakan
dalam dunia agama baik Islam, Kristen maupun yg lainnya. Agama lebih
mengenal istilah fanatisme atau fanaticism yang hampir identik dengan
keyakinan lahir bathin atas ajaran agama yang kemudian dalam perkembangannya
juga dipergunakan dalam berbagai situasi sosial maupun aliran politik.
Radikalisme hampir selalu disebabkan oleh faktor eksternal dan internal yang
terjadi secara simultan sebagai faktor penentu terciptanya proses
radikalisasi. Sedangkan fanatisme hampir selalu merupakan proses internal
terciptanya keyakinan di dalam hati kita yang bahkan tidak terlalu
membutuhkan rangsangan dari eksternal.
Mengapa saya membuka artikel kali ini dengan peristiwa 9/11, hal ini untuk
menegaskan bahwa 9/11 terlepas dari siapapun dalang di belakangnya adalah
faktor eksternal utama yang menyebabkan terjadinya radikalisme agama di
dunia Islam. Faktor lainnya adalah konflik di Palestina, okupasi Afghanistan
dan Irak serta berbagai situasi yang yang menyebabkan sebagian umat Islam
hidup dalam penderitaan dan ketidakadilan. Tentu saja argumentasi ini akan
dibantah dengan tuduhan bahwa justru kelompok kecil radikal Islam seperti
Al-Qaeda yang memulai terjadinya proses radikalisasi dengan motto anti Barat
(AS dan sekutunya) serta mendakwahkan jihad kekerasan untuk melawan Barat.
Persoalan ini perlu dikembalikan kepada sumber masalahnya yakni di
Afghanistan sebagai tempat percobaan berbagai alat perang guna mendukung
industri pertahanan Barat serta persoalan kepentingan politik Israel yang
tidak menginginkan dunia Arab yang bersatu.
Islam sebagai gerakan politik merupakan satu-satunya yang potensial menjadi
alternatif di saat kemenangan ideologi demokrasi liberal atas ideologi
sosialisme-komunisme berkembang ke berbagai belahan dunia. Bagaimana
mengatasinya? tentu diperlukan kecerdikan tersendiri yang menyentuh hati dan
pikiran manusia di dunia bukan? Agama Kristen baik Katholik maupun
Prostestan telah lama dikalahkan oleh ideologi demokrasi liberal dalam
wilayah kekuasaan politik, melalui proses marjinalisasi agama dan pemisahan
otoritas gereja dengan otoritas negara. Akhirnya saat ini, rohaniwan
Kristiani hanya duduk di pinggir arena dengan seruan-seruan moral yang
bahkan diabaikan oleh semangat kemanusiaan atau nama hak asasi dimana hukum
agama (Tuhan) tidak dapat diberlakukan karena manusia lebih paham dan lebih
berhak mengatur dirinya sendiri dengan nilai-nilai universal. Itulah
sebabnya homoseksualitas dalam artian orientasi seks menjadi hak yang asasi,
itulah pula sebabnya nilai-nilai universal manusiawi tersebut saat ini
sangat dominan di dunia dan tentu saja hampir semua kitab suci telah ditutup
karena tidak lagi sesuai dengan tuntutan manusia modern.
Umumnya dunia Islam saat ini sedikit banyak masih berpegangan kepada
nilai-nilai keagamaan baik yang tebal maupun yang tipis dipermukaan.
Terdapat sejumlah prinsip yang keras yang berpotensi mengganggu propaganda
demokrasi liberal misalnya masalah penegakkan hukum syariah. Oleh karena itu
diperlukan agen-agen perubahan untuk memarjinalkan ajaran Islam sebagaimana
pernah terjadi terhadap ajaran Kristiani. Yaitu untuk keluar dari dunia
politik kekuasaan dan hanya mengurusi masalah moral.
Salah satu cara yang paling berhasil dalam sejarah adalah melalui adu domba
dengan melahirkan kelompok radikal dalam dunia Islam. Siapa mereka ? yaitu
kelompok awal pendukung utama jihad kekerasan yang kemudian dapat diberikan
label sebagai teroris yang teramat jahat, serta para pendakwah yang
menganjurkan jalan kekerasan yang akan dibenci umat manusia di dunia.
Seluruh agama yang turun di dunia ini semuannya menghadapi pembangkangan
dari umat manusia yang tidak mau tunduk patuh, bahkan sejumlah orang suci
atau nabi juga mati terbunuh karena sebagian manusia akan terganggu dengan
dakwah mereka. Berbagai kepentingan politik telah merusak intisari ajaran
agama, dan manusia sangat lihai dalam menyusun argumentasi logis untuk
membuat umat manusia bingung dan akhirnya meninggalkan agama karena terlalu
repot dengan urusan dunia.
Sadar ataupun tidak, kitab-kitab yang diyakini politisi modern tentang
demokrasi, liberalisme, sistem sosial, dan berbagai mekanisme hubungan antar
anggota masyarakat serta nilai-nilai universal telah menggantikan kitab suci
agama yang dalam abad-abad sebelumnya mendominasi kehidupan manusia. Apakah
hal ini berarti atheisme menang? bukan begitu arahnya karena yang saya
maksud adalah pada besar-kecilnya perhatian kita kepada kitab atau buku atau
ajaran yang dominan kita yakini sebagai kebenaran walaupun relatif sifatnya.
Kembali pada isu radikalisme. Seperti saya ungkapkan sebelumnya, radikalisme
dirangsang baik dari faktor eksternal maupun internal yang bekerja secara
simultan saling terkait mempengaruhi satu dengan lainnya. Untuk keperluan
itu diperlukan agent of influence dari luar maupun dari dalam sehingga akan
memancing emosi murni yang dapat diproses menjadi radikal sebagaimana
terjadi dalam diri sejumlah pelaku bom bunuh diri.
Agen dari luar adalah mereka yang memancing kemarahan dalam diri seorang
Muslim, misalnya George Bush Junior yang menyatakan global crusade against
terrorism, secara sadar ataupun tidak telah mendorong lahirnya kembali
permusuhan Islam - Kristen. Namun pada saat yang bersamaan juga
mendiskreditkan istilah crusade yang dalam sejarah Kristen memiliki nama
harum. Jauh sebelum 9/11, umat Islam telah menyaksikan berbagai pembantaian
seperti pembantaian Sebrenica dimana 8000 Muslim laki, perempuan dan
anak-anak dibantai, sementara negara-negara Barat khususnya NATO tutup mata.
Di Palestina dan Lebanon berbagai aksi kekerasan Israel saling berbalas
dengan kelompok Muslim, ditambah lagi dengan konflik berkepanjangan di
Afghanistan, Irak, dan Pakistan yang sedikit banyak juga dibumbui informasi
tentang adanya terorisme. Dalam aspek yang lebih lunak, terjadi sejumlah
marjinalisasi di Barat terhadap imigran Muslim, mulai dari pelarangan hijab
di Perancis, pengetatan ketentuan imigrasi Uni Eropa, pelarangan menara
mesjid di Swiss, serta berbagai tindak diskriminasi lainnya. Tentu tidak
adil apabila artikel ini hanya melihat sisi langkah yang ditempuh Barat
tanpa melihat fakta bahwa sebagian kecil kelompok Islam yang ada di Barat
juga mengumandangkan kebencian dan mengancam stabilitas keamanan di Barat.
Dengan kata lain terjadi situasi gayung bersambut dari kacamata keamanan.
Intelijen sangat jarang menghacurkan dari luar sebagaimana perang, adalah
tugas utama intelijen untuk menghancurkan dari dalam. Sebagaimana terjadi
dalam kasus Komando Jihad di Indonesia dahulu, dalam gerakan radikal Islam
global tekniknya juga sama. Setelah prakondisi dipenuhi seluruhnya dengan
puncak 9/11, maka justifikasi radikalisasi dilanjutkan di negara-negara
berpenduduk Islam seperti Indonesia dengan maraknya berbagai serangan teror
yang diawali dengan Bom Bali. Siapa para teroris Indonesia tersebut? mereka
itulah yang dalam operasi intelijen menjadi agen utama Barat dalam merusak
dan mengadu domba sesama Muslim dengan menciptakan perpecahan berdasarkan
faham Jihad. Guru-guru mereka adalah sepandai Snouck Hugronje yang fasih
berbahasa Arab dan pernah diterima Raja Arab Saudi sebagai akademisi ternama
yang mampu melemahkan Islam di tanah jajahan Hindia Belanda.
Tampak jelas bahwa orang seperti Imam Samudra dkk memiliki keyakinan atas
apa yang dilakukannya sebagai tindakan yang diridhoi Tuhan, padahal dalam
strategi yang lebih besar, Imam Samudra dkk telah menjadi Agent of Influence
yang luar biasa dalam proses pemantapan labeling radikal Islam di Indonesia.
Hingga saat ini, tampak jelas bahwa terjadi kebingungan yang luar biasa
dalam gerakan Islam garis keras di Indonesia. Kelompok FPI misalnya memilih
jalan premanisme dengan pemaksaan kehendak, kelompok ABB beberapa kali
berganti baju dalam merapatkan barisan jihad yang teroganisir, ada yang
bersembunyi di balik gerakan pendidikan atau politik, serta berbagai
manifest lainnya. Tentu saja masih ada gerakan bawah tanah yang memilih
jalan teror sebagai keyakinan perjuangan untuk semakin memantapkan Islam
sebagai agama teror. Pertanyaannya siapa yang diuntungkan? tentu saja
ideologi demokrasi liberal yang semakin tampak mulia sebagai pilihan bersama
yang disepakati.
Apakah berarti ideologi demokrasi liberal tersebut begitu buruk dan jahatnya
? Tentu tidak demikian melihatnya. Dari sisi sistem dan teori kekuasaan,
sebenarnya tidak ada benar ataupun salah karena semua kembali kepada manusia
pelaksanannya. Dalam Kekalifahan Islam yang Korup dan otoriter dimasa akhir
Turki Usmani, tentunya kita menyaksikan keruntuhan Kalifah waktu itu lebih
banyak disebabkan faktor internal dan bukan karena ajaran Islamnya. Dalam
berbagai gerakan anti pemerintah di Timur Tengah dan Afrika Utara belakangan
ini kita juga menyaksikan bahwa tindakan sewenang-wenang dari para diktator
yang telah menyebabkan umat Islam bergerak melakukan perlawanan untuk
keadilan.
Bagaimana dengan Indonesia? gerakan reformasi terjadi sebelum peristiwa
9/11, sehingga secara teori seharusnya Indonesia lepas dari isu terorisme
yang dirancang sebagai perang global oleh AS. Namun ketakutan bahwa
demokrasi di Indonesia akan banyak dipengaruhi oleh Politik Islam,
menyebabkan dianggap perlu untuk menciptakan barriers (Penghalang) yang kuat
terhadap gerakan Islam Politik, khususnya yang diilhami oleh Ikhwanul
Muslimin (IM) dalam berbagai bentuknya. Sehingga terjadilah berbagai aksi
teror di Indonesia yang merupakan jawaban untuk melemahkan posisi Islam
sebagai ideologi untuk kekuasaan politik, hasilnya sekarang dapat kita lihat
bahwa mayoritas rakyat Indonesia sebagaimana juga terjadi pada awal
kemerdekaan lebih memilih faham nasionalisme dari pada agama. Lebih lanjut
konsolidasi demokrasi menjadi semakin mapan. Sadar maupun tidak sadar,
peranan mereka yang radikal dan menganjurkan kekerasan telah memberikan
dampak menguatnya dukungan kepada demokrasi dan kebebasan.
Bagaimana kita menyikapinya? Bangsa Indonesia adalah bangsa yang luwes dan
pandai menyesuaikan diri dengan perubahan. Atas pilihan-pilihan yang terjadi
dalam catatan sejarah, tentunya kita perlu mengakhiri konflik internal yang
disebabkan oleh ketidakmengertian akan strategi global yang menjebak setiap
komponen bangsa untuk berkonflik berkepanjangan sehingga melupakan hal-hal
yang lebih penting seperti mengurangi kelaparan dan kemiskinan, peningkatan
pendidikan, pembangunan ekonomi yang merata, serta pembangunan jati diri
kebangsaan Indonesia yang bermoral dan beragama.
Semoga bermanfaat,
Senopati Wirang
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment