Jadi di ranah keilmuan sendiri ilmu2 sosial cenderung dikecengin. Ini tercermin dengan sikap sebagian kita yang menganggap anak IPA terbaik, dan anak IPS terbuang. Tentu saja kecenderungan itu mulai berubah sekarang. Nah di kalangan agamis ilmu2 sosial malah dianggap merusak akidah, sebaliknya ilmu eksak dicocok2in ke penafsiran Quran hadis. Permasalahan ini sama2 disebabkan karena ilmu sosial langsung melibatkan manusia di dalamnya. Kalau dalam dunia keilmuan perubahannya positif, dimana kita sudah lebih aware ttg aspek manusia, tapi kok di ranah agama yg mestinya lebih memanusiakan manusia, nggak begitu kecenderungannya? Aspek manusianya seperti beku?
Salam
Mia
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
-----Original Message-----
From: Abdul Muiz <muizof@yahoo.com>
Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Fri, 28 Jan 2011 22:48:46
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Ilmu Sosial, Ilmu yang Kurang Berguna bagi Agama
Religion without science is lame, but science without religion is blind. Ilmu
dan agama sebaiknya jangan didilemakan keduanya sama-sama dibutuhkan umat
manusia untuk berkontibusi bagi meningkatkan harkat dan martabat manusia. Kalau
agamawan dan ilmuwan saling membenci dan saling curiga. Maka kontribusi itu akan
lenyap.
Wassalam
Abdul Mu'iz
________________________________
Dari: Miftaha <miftahalzaman@yahoo.com>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Jum, 28 Januari, 2011 19:28:14
Judul: Re: Bls: [wanita-muslimah] Ilmu Sosial, Ilmu yang Kurang Berguna bagi
Agama
Belakangan ini sangat marak para saintis mencocokkan temuan-temuan sains dengan
ayat-ayat Quran. Semua diberi penjelasan menurut sains (fisika, kimia, biologi,
matematika), dan sains didapatkan sandarannya pada ayat-ayat. Terjadilah
islamisasi sains dan saintifikasi Islam. Keduanya saling menguatkan. Tentu saja
itu semua berangkat dari keyakinan bahwa ayat dipahami apa adanya sebagaimana
bunyinya, dan tidak ada tafsir-tafsir lain selain yang tampak secara harfiah.
Ini berbeda jika ayat-ayat dan tradisi agama lainnya dikaji menggunakan
ilmu-ilmu sosial humaniora, seperti sejarah, sastra (hermenetika dan
sebagainya), sosiologi, antropologi dan sejenisnya. Ayat dipahami tidak harfiah.
Diyakini ada penjelasan lain, mengapa ayat berbunyi demikian, dan penjelasan itu
terkait dengan perilaku manusia, yang memang menjadi obyek kajian ilmu sosial.
Sebab itulah ayat-ayat menjadi tampak biasa saja, bukan sesuatu yang ajaib
sebagaimana kalau dikaji dengan sains. Bahkan ayat bisa saja dianggap tidak lain
adalah produk atau perkembangan biasa-biasa saja dari seorang tokoh atau suatu
masyarakat pada keadaan tertentu. Pendekatan terhadap agama dari ilmu-ilmu
sosial seperti ini malah melemahkan, bukan menguatkan, keyakinan agama.
Itu sebabnya pendekatan ilmu sosial dibenci oleh mereka yang suka memahami ayat
secara harfiah (biasanya dari golongan fundamentalis), karena alih-alih
menguatkan kebenaran ayat (agama), malah justru seolah menciptakan gambaran
bahwa ayat itu bukan produk ajaib dari Tuhan. Golongan semacam itu sangat suka
menggunakan sains sebab dari situ mereka bisa memperoleh bukti kuat bahwa ayat
itu sesuatu yang memang ajaib dan adikodrati. Tidak heran jika para pendukung
saintifikasi Islam atau Islamisasi sains ini muncul dari para pakar teknik dan
ilmuwan eksakta lainnya. Semua memperoleh pembenaran ayat dari sains dan
pembenaran sains dari ayat. Tak heran juga bahwa cara pandang mereka terhadap
agama pun lebih pro-fundamentalistik. Barangkali juga - seperti biasanya
orang-orang sains - mereka cenderung memandang ilmu-ilmu sosial dan para ilmuwan
sosial sebagai ilmu yang kurang berguna, apalagi kalau dipakai untuk memahami
ayat. Bukannya berguna, malah merusak agama. Mendangkalkan akidah, begitu
istilah yang dipakai. Kalau sains, pasti akan menguatkan akidah.
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Abdul Muiz <muizof@...> wrote:
>
> Sebenarnya tulisan Armansyah belum sampai pada kesimpulan final, alias masih
> bertanya-tanya dengan membeberkan berbagai realita kontradiksi antar hadits
>dari
>
> sisi redaksional, yang namanya pertanyaan meskipun diletakkan di bab kesimpulan
>
> tetap saja butuh pembahasan lebih lanjut, maka sudah barang tentu amat terbuka
>
> dicermati lebih lanjut. Jadi tidak ada upaya menegakkan benang basah :)
>
> 1) secara umum saya setuju dengan uraian Anda,
> 2) ada link yang menjelaskan perihal yang serupa, "pesan ilmiyah dari Israk
> Mikraj tulisah Agoes Poerwanto Dosen ITS
>Surabaya http://purwanto-laftifa.blogspot.com/2008/05/pesan-ilmiah-isra-miraj.html
>l
>
>
> Wassalam
> Abdul Mu'iz
[Non-text portions of this message have been removed]
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
0 comments:
Post a Comment