Advertising

Sunday, 2 January 2011

[wanita-muslimah] Kunci Kebangkitan Umat Islam

 

Kunci Kebangkitan Umat Islam

Oleh redaksi @ Jumat, 24 Desember 2010 - Tulis komentar

Sekilas Dari Tarikh

Umat Islam, dalam perjalanan panjang sejarahnya, pernah mengalami kekalahan
total menghadapi serbuan Tatar. Baghdad, ibu kota kekhalifahan Islam luluh
lantak, lebih satu juta muslim dibantai, perpustakaan dibakar habis.
Khalifah dan seluruh perangkat pemerintahan dibunuh kecuali satu orang,
perdana menteri Al-Qami, penganut syiah rafidhah yang membukakan jalan bagi
serangan dahsyat tersebut.

Meskipun demikian, tak berapa lama pasukan Tatar yang menakutkan itu dapat
dikalahkan oleh pasukan Islam Mamalik dari Mesir dibawah pimpinan Saifuddin
Quthuz, tepatnya di pertempuran'Ain Jalut. Penghancur kekhalifahan itu
dihentikan kejahatannya oleh beliau dan pasukannya yang didukung oleh para
ulama'.

Kelurusan Tashawwur

Ibnu Qayyim di dalam I'lamulMuwaqqi'in mengatakan bahwa benarnya pemahaman
dan lurusnya iradah (tujuan) merupakan dua nikmat atau karunia Allah paling
besar, satu tingkat dibawah nikmat hidayah memeluk Islam.

Kedua nikmat tersebut harus dipelihara, dijaga dan dilindungi dari segala
sesuatu yang akan merusaknya. Maka dalam kitab Zaad al-Ma'ad beliau
menjelaskan bahwa tingkatjihad yang kedua yaitu terbentuknya pribadi muslim
dan irodahnya rasyidah, kedua nikmat tersebut harus dijaga jangan sampai
dirusak oleh syaithan. Sebab syaithan mempunyai dua senjata andalan untuk
merusak dan menghancurkannya dengan syubhatdan syahwat. (Zaad al-Ma'aad,
jilid III, hal 10).

Syubhat adalah kelirumemahami manhaj Islam yang lurus ini dengan masuknya
cara pandang terhadap Islam yang asing, yang tidak ada sumbernya dalam
khazanah Islam. Sedangkan syahawat adalah masuknya motivasi, dorongan dan
kehendak yang keluar dari mencari keridlaan Allah. Itulah dua senjata
pamungkas Iblis dan kabilahnya untuk merusak dan mengeluarkan kembali
manusia muslim dari Islam.

Syarat Kebangkitan Kembali

Mengapa pasukan Tatar yang ganas dan telah berhasil memporak-porandakan ibu
kota khilafah Islam itu dapat dihancurkan dan dihalau dari tanah umat Islam
kembali ke Mongolia hanya dalam hitungan beberapa tahun? Begitu cepatnya
mereka hancur. Begitu cepatnya umat Islam bangkit kembali menemukan jati
dirinya.

Umat Islam, sekalipun mengalami kekalahan telak di Baghdad, bahkan khilafah
jatuh, tetapi tidak kehilangan segalanya. Karena, pemahaman terhadap Islam
dengan meyakini kemuliaannya tetap tergambar jelas dalam hati dan pikiran
umat. Selain itu, Masih banyak ulama' yang tetap memandu, menjadi suluh,
membentengi dan mengarahkan tashawwur umat agar tidak berubah, dan agar
iradahnya tetap lurus. Syaikh Izzuddin bin AbdusSalam adalah salah satunya,
dan yang paling berpengaruh di zaman itu.

Sekalipun umat pada saat itu sangat menderita, dirampas hartanya
dankehormatannya.Nyawa mereka menjadi mainan pasukan Tatar yang tidak
mempunyai hati (menurut Dr. Raghib as-Sirjani dalam Qishshotut-Tatar
minal-bidaayah ilaa 'Ain Jaaluut).Umat Islam dilanda phobia luar
biasa.Meskipun begitu, tidak pernah terlintas dalam hati dan pikiran umat
Islam bahwa musuh mereka yang menang itu lebih mulia. Tidak terdetik di
dalam benak mereka bahwa cara hidup musuhnya lebih baik. Hakekat iman dan
ketinggiannya tidak terhapus. Apalagi tentara penghancur itu yang selalu
mengancam bagian dunia Islam lain yang tersisa itu ahlaknya lebih dekat
kepada binatang daripada manusia.

Masih Ada Qudwah Shalihah

Tetap teguhnya jati diri sebagai umat pilihan, kebanggaan terhadap
ketinggian agama, merupakan kekuatan potensial dahsyat untuk bangkit dan
merebut kembali kemuliaan jika kesempatan terbuka dan ditemukan pemimpin
yang mampu menggali potensi kekuatan tersebut menjadi kekuatan riil.

Paduan sosok figur ulama dan umarayang jujur, bersungguh-sungguh, kuat
memegang prinsip, lemah lembut kepada umat dan mampu menjadi teladan
merupakan kunci membangkitkan potensi kekuatan menjadi kekuatan riil yang
menakutkan musuh. Dalam episode sejarah penghancuran pasukan Tatar di 'Ain
Jalut, sosok pribadi itu ada pada paduan antara Saifuddin Quthuz sebagai
sultan dan Syaikh 'Izzuddin bin 'Abdus-Salam sebagai ulama yang teguh
memegang prinsip.

Umat Islam Terjerat Sekularisme

Sekularisme liberal mengharuskan manusia menganggap semua agama sama. Mereka
mengkampanyekan taswiyah al-adyan (penyamaan semua agama). Keyakinan ini
memandang bahwa semua agama itu sama, semua menuju kepada tuhan, semua
mengajarkan kebaikan, hanya jalannya yang berbeda-beda. Anehnya, keyakinan
rusak seperti ini diterima oleh sebagian ummat Islam. Tentu saja hal ini
lantaran sudah begitu kronisnya kebodohan umat Islam terhadap agamanya, dan
sudah pasti hal itu disebabkan oleh sangat sedikitnya ulama rabbaniyyun yang
melaksanakan perannya memberi suluh kepada umat.

Permisalan ulama rabbaniyyun itu seperti obor yang menerangi umat di tengah
gulita malam yang pekat. Ketiadaannya berarti umat berjalan dalam kegelapan
tanpa penerang dan tanpa pembimbing. Akibatnya hidup mereka tak terarah;
meninggalkan perintah Allah, menerjang larangan-Nya, memakan barang haram
dan tidak berhati-hati terhadap perkara yang syubhat.

Kampanye kaum sekuler liberal dengan menggunakan 'cendekiawan muslim' yang
telah rusak tashawwur-nya seperti dalam kasus taswiyah-al-adyan, ibarat di
tengah gelapnya malam ada seorang pembawa obor menuntun manusia, tetapi
manusia itu dibimbingnya terjun ke dalam jurang. Keilmuan saja tidak cukup,
perlu kejujuran dan khasyah (takut) kepada Allah. Khasyahmemang ilmu yang
pertama kali dicabut oleh Allah menurut sahabat Hudzaifah bin Yaman.

Bagaimana mungkin seorang 'muslim sekuler' yang menganggap semua agama sama
diharap untuk menegakkan syari'at Allah? Sedangkan syari'at tidak hanya
menghalalkan darah orang muslim yang murtad, bahkan syari'at memerintahkan
hadd bunuh baginya. Mungkin masih ada toleransi tidak melaksanakan hadd
tersebut karena lemah dalam istitho'ah, tetapi meyakini bolehnya seorang
muslim berpindah kepada agama lain tanpa konsekuensi hukum dalam syari'at,
merupakan kekufuran.

Merupakan suatu hal yang mustahil untuk bangkit kembali bagi suatu umat yang
sudah tidak lagi meyakini bahwa prinsip hidupnya memiliki keunggulan. Tak
ada harapan bagi seorang muslim untuk menjadi elemen kebangkitan umat Islam,
ketika dia sudah tidak lagi meyakini bahwa Islam ya'lu wa laa yu'la 'alayh.
Dari keyakinan atas prinsip kebenaran dan ketinggian Islam ini ruh
kebangkitan umat itu mengambil manba'(sumber). Siapa yang meminum air
kehinaan tak dapat diharap kebangkitannya. Wal-'iyaadzu bilLaah.

Posted in Kajian | Tagged kebangkitan islam, kunci islam

http://www.arrisalah.net/kajian/2010/12/kunci-kebangkitan-umat-islam.html

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment