Saya bukan pembela ahmadiyah (qodiyanisme) dan saya juga bukan orang liberalisme
berpendapat :
1) menyamakan kasus konflik horisontal jamaah ahmadiyah dengan umat islam
mainstream menurut hemat saya kurang pas apabila dibandingkan dengan tabrakan
mobil dengan sepeda. Umat Islam mayoritas tidak identik dengan golongan kaya
yang naik mobil, jamaah ahmadiyah juga tidak identik dengan golongan miskin yang
naik sepeda.
2) menafsirkan khatamun nabiyyin berbeda dengan aliran mainstream umat islam
mayoritas oleh jamaah ahmadiyah bukanlah pengrusakan atau penghinaan agama,
tetapi adalah perbedaan tafsir belaka, memang tidak akan ada titik temu dialog
perbedaan pemahaman tsb, ada yang berpendapat "nabi dzilly" atau nabi bayangan
yang dialamatkan pada Mirza Ghulam Ahmad yang dianggap tidak membawa syariat
baru adalah sama dengan sebutan kyahi yang sering dapat wahyu, tuan guru besar
atau istilah primordial lainnya yang spiritualitasnya dianggap di atas
rata-rata.
3) UUD RI mengamanatkan pemerintah RI tidak hanya melindungi penganut agama
mayoritas dengan segala keyakinannya, tetapi juga melindungi penganut minoritas
yang dianggap keyakinannya berbeda. Sebagaimana Pemerintah melindungi kristen
mayoritas maupun kristen sekte yehovah yang berbeda pemahaman tentang person
yesus/Isa.
Wassalam
Abdul Mu'iz
________________________________
Dari: H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Sel, 1 Maret, 2011 05:26:12
Judul: Re: [wanita-muslimah] Re: Teori-teori Pendidikan Kekinian Terlalu Liberal
Itu misionaris qadiyanisme "ma_suryawan" perlu balas jasa kepada yang bersarang
di utan kayu, karena "Islam" Liberal yang bersarang di utan kayu adalah pembela
sengit qadiyanisme.
Kalau terjadi tabrakan antara mobil dengan sepeda, melihat sepeda yang rusak dan
pengendaranya luka-luka, maka orang serta merta tanpa berpikir panjang akan
menyalahkan mobil dengan pertimbangan kok orang sudah korban disalahkan lagi.
Mengapa selama ini terjadi tabrakan? Itulah yang perlu dan cukup untuk
dipertimbangkan.
Karena umat Islam dan qadianisme selama ini berada pada satu rumah besar di mana
qadiyanisme telah merusak rumah besar sehingga terjadi bentrokan di dalamnya.
Menurut demokrasi siapakah yang salah? Penghuni minoritas yang merusak rumah itu
atau penghuni mayoritas yang mempertahankan rumah tersebut agar tidak rusak?
Karena qadiyanisme pekerjaannya merusak rumah, sehingga jalan keluarnya adalah
pisah rumah. Qadiyanisme perlu mendirikan rumah sendiri. Apakah ini tidak
demokratis?
Karena Umat Islam di Indonesia adalah agama mayoritas pemeluknya dan telah
diakui oleh Negara. Untuk itu umat Islam perlu dilindungi Hak Asasinya oleh
negara sesuai dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945. Itukan demokratis !?
Wassalam, bukan untuk misionaris qadiyanisme
HMNA
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment