Advertising

Monday, 28 February 2011

[wanita-muslimah] Kisah Para Jawara

 

*Jakarta, 28 Februari 2011*
Kisah Para Jawara
Marsono Abdurrasyid - Wakala At Tawazun
Pemuda itu tampak serius bercerita tentang hakikat perjuangan yang sedang
dia jalani.

Dengan semangat, diceritakanlah perjalanannya hingga sampai pada keputusan
untuk meninggalkan jerat riba dan ikut mensyiarkan dinar dirham sebagai
penunai zakat dan alat tukar.

Aku mendengarkan dengan seksama uraiannya. Dalam hati aku berdecak kagum
begitu tahu apa yang selama ini dikerjakan berkaitan dengan dinar dirham
dengan teman-temannya. Rasanya bukan seorang Sarjana Teknik yang sedang
berbicara ini, melainkan seorang da'i. Kalau melihat semangat perjuangannya,
dia seperti pendekar, atau jawara. Tidaklah berlebihan jika dia dan
teman-temannya kusebut sebagai jawara karena mereka sangat kuat prinsip dan
pendiriannya dalam berjuang.

Semilir angin di halaman masjid ba'da Dzuhur itu menambah rasa nyaman
pembicaraan kami hingga dering teleponnya memotong pembicaraan kami.

*"Ya Pak, saya lagi dengan Pak Marsono.. Baik Pak, Insya Alloh saya
bisa?"*, ucapnya saat menerima telepon. Tidak begitu jelas apa tema
pembicaraannya meski aku tahu lawan bicaranya.

*"Untuk Festival Hari Pasaran Dinar Dirham di Masjid Pondok Indah besok,
sehari sebelumnya kita membagi zakat dalam bentuk dirham ke para
mustahik..."*, pemuda di depanku akhirnya menceritakan bahwa dirinya diajak
untuk ikut membagikan zakat dalam bentuk dirham secara langsung dari rumah
ke rumah para mustahik. Sebuah prosedur yang berbeda dengan apa yang
biasanya dilakukan oleh amil zakat saat ini. Dengan mendatangi langsung
penerima zakat, para mustahik merasa terhormat dan tidak jatuh harga dirinya
jika harus mengantri di halaman masjid untuk mendapatkan pembagian zakat.

Pemuda yang berusia sekitar 30-an itu juga menerangkan bahwa saat pembagian
zakat itulah para mustahik diberitahu tempat untuk membelanjakan dirhamnya
keesokan hari. Tempat yang dimaksud adalah di Festival Hari Pasaran Dinar
Dirham, sebuah pasar Islam tanpa sewa dan pungutan bagi para pedagangnya,
dan menerima pembayaran dalam bentuk dinar dan dirham. Diceritakan juga
bahwa untuk mempercepat penyebaran dinar dan dirham, yang sedang diusahakan
adalah memperluas jaringan pengusaha yang mau menerima pembayaran dalam
bentuk dinar dan dirham. Mereka tersebut tergabung dalam Jaringan
Wirausahawan Dinar Dirham Nusantara yang disingkat sebagai JAWARA, sebuah
nama yang cocok dengan maknanya.

Banyak lagi informasi yang kuperoleh dari pemuda itu. Aku merasa beruntung
bisa mengenal dan berinteraksi dengannya. Dari beberapa kali percakapan
dengannya, aku menangkap bahwa pemahamannya tentang dinar dirham lebih
karena keinginan menjalankan sunnah yang sudah lama ditinggalkan umat Islam.
Sedangkan keuntungan materi dari penggunaan itu hanyalah sebagai bonus dan
bukan tujuan utamanya. Sungguh ini merupakan karakter utama bagi para jawara
sejati.

Aku sendiri saat pertama kali mengenal dinar dirham, delapan tahun lalu,
baru sekedar fanatisme bahwa keduanya adalah mata uang Islam pada zaman nabi
sehingga dengan memilikinya kuanggap bernilai pahala. Pengetahuan
selanjutnya hanya pada fakta bahwa emas dan perak adalah komoditas yang
selalu naik nilainya. Hanya itu. Selama beberapa tahun aku vakum tidak
mengoleksi dinar dirham karena tempat tinggalku saat itu jauh dari wakala
yang mendistribusikan dinar dirham, keinginanku untuk mendapatkan lagi dinar
dirham lebih karena hal tersebut cocok untuk melindungi assetku, tidak kena
inflasi! Sampai suatu saat aku mulai membaca-baca tulisan di
http://www.wakalanusantara.com. Di web tersebut terdapat tulisan-tulisan
yang menggugah kesadaran pentingnya umat Islam kembali menggunakan dinar
dirham sebagai bentuk ketaatan pada Allah dan Rasul. Selain itu, dijelaskan
juga mengenai pentingnya zakat mal ditunaikan dalam bentuk dinar dirham,
tidak dalam uang kertas. Hal lainnya adalah penggunaan dinar dirham sebagai
penunai syariat Islam seperti sedekah, mahar dan sebagai alat tukar dalam
jual beli. Di http://jawaradinar.com/ terlihat kerja keras mereka dalam
menegakan muamalah dan menghapuskan riba melalui perdagangan yang syar'i.

Dari situlah aku paham bahwa alasan dinar dirham kembali dicetak pada tahun
1992 di Granada, Spanyol lebih karena pengamalan syariat Islam. Melalui
bimbingan Syekh Abdul Qadir As Syufi, Umar Vadillo dan murid-murid Syekh
Abdul Qadir lainnya menyebarkan syiar pentingnya kembali ke dinar dirham
sebagai bentuk mengembalikan sunnah yang menghilang. Tidak ada sama sekali
motivasi bisnis di dalamnya meskipun pencetakan dinar dirham selalu
berkaitan dengan aliran dana. Dinar dirham adalah sarana untuk menghapuskan
riba yang dosanya lebih berat dari berzina! Keyakinan Itulah yang dipegang
oleh para jawara.

Aku beruntung berada di sekitar para jawara yang memiliki pemahaman bahwa
hakikat kembalinya dinar dirham adalah sebagai bentuk kembalinya umat Islam
pada ajaran yang sesungguhnya. Bukan untuk memperkaya diri atau untuk meraih
materi semata di dunia ini. Mereka memang begitu istimewa. Kesibukannya yang
berkaitan dengan dinar dirham adalah hal-hal yang tidak aku temukan pada
orang lain. Tema pembicaraanya pun berbeda dengan yang lain.

Sementara orang lain terkagum-kagum dengan grafik kenaikan harga emas dan
prediksi emas dan perak di masa mendatang, orang-orang yang kukenal lebih
fokus pada pelaksanaan pasar Islam tanpa biaya sewa dengan menggunakan dinar
dirham sebagai alat tukarnya.

Saat orang sibuk ikut mempelajari teknik mengembangkan emas dengan
menggunakan uang pinjaman ber-riba, orang-orang ini sibuk mendatangi
mustahik dan membagi zakat dalam bentuk dirham sambil menunjukkan tempat dan
waktu untuk membelanjakannya di pasar Islam keesokan harinya.

Saat orang lain mulai mencari-cari bungkus agar terksesan syar'i dalam
membisniskan dinar dirham, orang-orang ini lebih memilih banyak beristighfar
dan selalu berdoa agar diluruskan niatnya dalam menjalankan amanah membawa
dinar dirham sebagai mata uang syar'i.

Semoga Alloh senantiasa mengaruniai kemudahan pada teman-temanku, meskipun
belum semuanya sempat kutemui, para jawara yang tidak pernah putus asa
berjuang. Semoga Alloh senantiasa memberikan keikhlasan dan menjaga niat
mereka agar selalu lurus dalam perjuangan menegakkan sunnah.

Lamunanku pada masa laluku terhenti ketika sebuah sebuah sms masuk ke HP ku.
Salah seorang jawara dari Yogya mengirim sebuah pesan buatku.
*"Mas, punya pecahan koin satu dirham? Dirham untuk pembagian zakat besok
kebanyakan pecahan dua dirham. Kami perlu tukarkan ke pecahan yg lebih
kecil"*

*sumber : http://www.wakalanusantara.com/detilurl/Kisah.Para.Jawara/709/id

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Get great advice about dogs and cats. Visit the Dog & Cat Answers Center.


Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment