Kalo menurut saya mustinya Ahmadiyah juga harus melihat kedalam diri.
Mengapa mereka selalu 'dizalimi'?
Mungkin eksklusif? Tengok saja kalangan Ahamdiyah di perkotaan kan aman2
saja. Yg selalu dapat masalah kan yg tinggal nun jauh di pedesaan.
Artinya ada kesenjangan sosial antara warga Ahmadiyah dan yg islam
kebanyakan.
Darul Arqam ada yg tinggal di kawasan elite Sentul. Mereka aman2 saja.
Meskipun hampir setiap harinya senantiasa bilang bahwa merekalah islam yg
paling benar. Kehidupan mereka dalam lingkungan yg setara.
Salam,
l.meilany
Kalau dari pihak ahmadiyah enggak pernah ada masalah dari dulu. Udah 80
tahun ahamdiyah di Indonesia malah prestasinya sebagai WNI boleh dibilang
membanggakan. Mulai dari pahlawan nasional sampai peraih penghargaan
tertinggi negara. Mulai petani teladan sampai pengusaha terjujur.
Sebetulnya yang bikin "masalah" semua orang juga udah pada tahu. Cuma yang
bikin masalah memperuncing perbedaan yang aa antara ahamdiyah dengan Sunni
Syafei di Indonesia.
Mereka sedikit demi sedikit membuat marah massa awam.
Padahal dalam dunia islam sekte dan golongan agama banyak sekali. Ada
Sunni,
Syiah, Mutazilah, Maturidiyah, Inkar Sunnah, Al Arqam, Sururi, IM, HT,
JT, Wahabi dll. Belum lagi Tariqatnya Naqsabandiyah, Qadiriyah, Chistiyah
dll.
Jadi kalau semua kelompok golongan agama dalam islam itu yang pasti ada
perbedaan keyakinannya diantara mereka boleh mengaku sebagai muslim.
Kenapa
Ahmadiyah ndak boleh?
Jadi solusinya adalah stop kampanye kebencian terhadap ahmadiyah. Stop
kegiatan para provokator yang menyuruh bikin rusuh. Maka ahmadiyah dengan
sendirinya akan menjadi satu golongan islam ahmadiyah, orang menyebutkanya
kaum ahmadi. Selesai deh.
Persoalan menjadi lebih besar jika ternyata segala keributan ini memang
ada
yang keterlibatan kekuatan-kekuatan tertentu yang enggak mau indonesia
semakin maju.
2011/2/24 L.Meilany <wpamungk@centrin.net.id>
>
>
> Meski dah ktinggalan kreta, perkenankan saya nimbrung barang sepatah
> tiga
> puluh patah kalimat panjang :-)
>
> Ini perbandingannya : Di Malaysia yg bersyariat islam [ meski ada tempat
> judi juga ya] maka pemrentah punya
> kuasa untuk bubarin/melarang Syiah, Ahmadiyah, Darul Arqam.
> Yg dibubarin kan 'institusi'nya. Keyakinan mana bisa sih dibubarin atau
> dilarang .
> Jadi kalo tidak tampak berserikat, ngumpul2, individunya tetap saja bisa
> bergerak bebas, gak dimusuhin.
> Bisa bergaul dengan yg gak sepaham misalnya. Sepanjang yg diomongin
> adalah
> hal2 yg umum.
> Bandingkan gitu dengan di sebagian wilayah Indonesia. Kalo ada warga yg
> beda 'aliran' pastinya yg ringan adalah diomongin
> Kemudian selanjutnya bisa2 diusir, di demo. Betul tidak?
>
> Di Banten kan ber syariat Islam, jadi katanya wajar kalo melarang
> Ahmadiyah.
> Tapi kan pusat Ahmadiyah itu ada di Pamulang , tapi kayaknya sih aman2
> saja.
>
> Di Indonesia yg berdasarkan Pancasila, hukum. Maka semuanya kan harus
> berlandaskan hukum.
> Mustinya kalo ada sebagian masyarakat yg keberatan, di proseslah ajukan
> berkas ke polisi bukan lantas di serbu.
>
> Duluuu ortu teman saya punya tetangga. Tetangga ini punya pohon
> belimbing.
> Dahan pohon belimbing itu menjuntai ke halaman ortu teman saya, nyampah,
> banyak ulat pula. Tetangga itu cuek bebek.
> Ortu teman saya protes, tapi gak digubris; alasannya kalo dahannya
> dipotong
> katanya nanti pohon belimbingnya mati.
> Akhirnya teman saya action waktu itu lagi kuliah hukum, di majukan deh
> ke
> polisi dan diberkas.
> Ini kan baru perkara pohon belimbing.
>
> Kalo ada warga yg keberatan dengan Ahmadiyah mustinya cari bukti
> kemudian
> ajukan ke polisi.
> Jangan main hakim sendiri. Malu2-in aje.
> Orang islam di negeri lain dah mau ke bulan, dah bisa bikin mobil, di
> indonesia kerjaannya/prestasinya cuma bisa ribut melulu.
>
> Salam,
> l.meilany
>
>
> ----- Original Message -----
> From: Ari
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Sunday, February 13, 2011 6:30 PM
> Subject: Re: [wanita-muslimah] Jalan Penyelesaian Ahmadiyah
>
> monggo dilengkapi mbak mia, kalau begitu.
>
> mungkin ada step step atau urutan yang lebih detail.
>
> salam,
> Ari
>
> <http://papabonbon.wordpress.com>
>
> 2011/2/13 <aldiy@yahoo.com>
>
> > Nggak make sense, masak Ahmadiyah dibubarkan, sedangkan yang
> menghasut2
> > kebencian dan suka menjarah seperti FPI dkk ndak dibubarkan? Sadarkah
> kalau
> > menurutin para preman terus menerus negara akan mendekati kriteria the
> > failed state? Itu pilihan kita?
> > Salam
> > Mia
> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
> > Teruuusss...!
> >
> > -----Original Message-----
> > From: Ari <masarcon@gmail.com>
> > Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Date: Sun, 13 Feb 2011 16:07:44
> > To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> > Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Subject: Re: [wanita-muslimah] Jalan Penyelesaian Ahmadiyah
> >
> > kayaknya penyelesaiannya bakalan kayak islam jamaah a.k.a darul hadits
> > dulu.
> >
> > - organisasi dibubarkan
> > - bikin payung organisasi baru
> > - berada dalam pengayoman mui dan depag untuk verifikasi keyakinan
> > - mendekat ke partai politik yang kuat, dulu sih mereka ke golkar,
> sekarang
> > pilihannya bisa ke pkb, pdi-p, demokrat, golkar juga
> > - mungkin perlu ganti organisasi beberapa kali sampai proses
> verifikasi
> > keyakinan selesai dan dinyatakan bukan organisasi sesat lagi dan
> diterima
> > masuk islam :D
> >
> > salam,
> > Ari
> >
> > <http://papabonbon.wordpress.com>
> >
> >
> > 2011/2/13 H. M. Nur Abdurahman <mnur.abdurrahman@yahoo.co.id>
> >
> > >
> > >
> > > Jalan Penyelesaian Ahmadiyah
> > >
> > > Sewaktu masih kuliah di Islamabad, Pakistan, saya sempat beberapa
> kali
> ke
> > > kota Lahore, ibukota provinsi Punjab. Jarak Islamabad - Lahore
> sekitar
> > 300
> > > kilometer. Dan, meski Islamabad adalah ibukota negara, sesungguhnya
> kota
> > > budaya Pakistan adalah Lahore. Selain memiliki banyak universitas,
> Lahore
> > > merupakan saksi dari lanskap peradaban yang amat panjang. Di kota
> itu
> > > terdapat Masjid Badhsahi, tempat di mana Allama Iqbal, penyair besar
> > > Pakistan, acap mementaskan pembacaan puisi-puisinya yang
> mengagumkan.
> Di
> > > kota ini pula terdapat pusat jamaah Ahmadiyah (selain Qadian di
> India)
> > > sehingga dikenal jamaah Ahmadiyah Lahore.
> > >
> > > Ribut-ribut soal Ahmadiyah di tanah air saat ini, mengingatkan saya
> saat
> > ke
> > > Lahore sekian tahun lalu. Waktu itu, mobil bis yang saya tumpangi
> mogok
> > di
> > > tengah jalan. Oleh sopir, kami dipindah ke mobil wagon yang hanya
> mampu
> > > memuat sebagian penumpang. Karena hari sudah mulai gelap, dan -
> mungkin
> -
> > > karena saya dianggap foreigner, oleh sopir saya didahulukan bersama
> > sejumlah
> > > orang tua. Rupanya, di antara penumpang wagon ada seorang pengikut
> > > Ahmadiyah. Saya tahu itu, saat kami sudah sampai di kota Lahore, dan
> saya
> > > mencari masjid untuk shalat Maghrib dan Isya yang digabungkan.
> > >
> > > Demi menyadari saya sedang celingukan, Bapak tersebut menawarkan
> shalat
> > di
> > > tempatnya. Namun Bapak itu terlihat ragu. Ia buru-buru menambahkan,
> "Tapi
> > > ini bukan masjid. Kami tidak berhak menyebutnya demikian. Ini adalah
> Bait
> > > al-Hikmah." Saya pun menolak dengan halus. Saya teringat bahwa Umar
> bin
> > > Khattab menolak shalat di synagogue Yahudi saat ia menguasai
> Palestina.
> > Tak
> > > ada larangan, memang. Tetapi Umar khawatir jika ia melakukannya akan
> > menjadi
> > > preseden bagi yang lainnya. Dalam konstitusi Pakistan, Ahmadiyah
> memang
> > > tidak dimasukkan dalam kelompok Islam. Setelah terjadi ketegangan
> antara
> > > Ahmadiyah dan umat Islam Pakistan, Parlemen Pakistan melakukan
> amandemen
> > > ke-dua tahun 1974 atas konstitusinya. Isinya, antara lain,
> menyatakan
> > bahwa
> > > Ahmadiyah adalah suatu aliran di luar Islam dan menjadi bagian dari
> agama
> > > minoritas (Pasal 260 ayat 3b). Sejak itu, ketegangan tentang
> Ahmadiyah
> > tidak
> > > pernah lagi terdengar di Pakistan. Mereka hidup berdampingan sebagai
> > aliran
> > > (agama) baru non-Islam.
> > >
> > > Konsekuensinya, secara legal-kultural, mereka tidak berhak
> menggunakan
> > > idiom yang lazim digunakan umat Islam. Seperti masjid, adzan,
> shalat,
> > haji
> > > dan seterusnya. Sehingga, rumah ibadahnya pun disebut sebagai Bait
> > > al-Hikmah. Konsekuensi politik pun demikian. Karena tergolong
> minoritas,
> > > Ahmadiyah hanya berhak memperebutkan kursi sepuluh persen di
> parlemen
> > > bersama-sama agama minoritas lain di negeri itu. Bagi para penganut
> > > demokrasi liberal, keputusan itu terlihat diskriminatif. Tetapi
> patut
> > > diingat, Pakistan memang bukan sebuah negara demokrasi liberal
> an-sich.
> > > Negeri itu dibangun atas dasar agama (Islam) sehingga pemahaman
> demokrasi
> > > dibatasi dalam dikotomi Islam dan agama minoritas. Harap diingat,
> > pemisahan
> > > mereka dari India di tahun 1947 memang didasarkan pada pemisahan
> agama
> > Hindu
> > > (India) dan Islam (Pakistan).
> > >
> > > Karena itu, dalam menyikapi kasus Ahmadiyah di Indonesia, setidaknya
> ada
> > > dua hal yang mesti dicermati. Pertama secara teologis. Seperti
> diketahui,
> > > Ahmadiyah mengklaim Mirza Ghulam Ahmad (selanjutnya disebut, MGA)
> adalah
> > > seorang Nabi. Belakangan, karena desakan berbagai pihak, Jamaah
> Ahmadiyah
> > > Indonesia (JAI) menghapus kata Nabi dan mempertahankan gelar,
> "pembawa
> > kabar
> > > baik dan buruk (mubasyirat)" kepadanya. Dalam pandangan Islam baik
> Sunni
> > > ataupun Syiah, doktrin kenabian telah mencapai kata sepakat. Yaitu
> bahwa
> > > Nabi Muhammad (saw) adalah "Khatam an-Nabiyyin". Doktrin ini
> berbasis
> > pada
> > > ayat dalam al-Qur'an, "adalah penutup segala Nabi." Sedemikian
> pentingnya
> > > doktrin tersebut, sehingga siapapun yang memiliki pandangan
> menyimpang
> > wajib
> > > dinyatakan telah keluar dari Islam. Dalam sejarah Islam, Musailamah
> > adalah
> > > tokoh pertama yang mengklaim sebagai Nabi setelah kematian
> Rasulallah
> > saw.
> > > Musailamah kemudian dibunuh oleh Wahsyi, seorang budak hitam yang
> sebelum
> > > masuk Islam membunuh Hamzah, paman Nabi saw.
> > >
> > > Doktrin Khatam an-Nabiyyin ini mengantarkan pada satu titik simpul,
> bahwa
> > > tidak ada Nabi setelah Muhammad (saw) wafat. Jikapun ada seorang
> tokoh
> > agama
> > > yang berpengaruh setelahnya, tokoh itu tak pernah bisa disebut
> sebagai
> > Nabi.
> > > Dalam teologi Syiah, tokoh tersebut dikenal sebagai Imam, sehingga
> Syiah
> > > mengenal teologi tentang imam dua belas (itsna asyariyah). Kelompok
> Sunni
> > > menyebutnya dengan beragam istilah: mujaddid, wali, ulama, kyai,
> ajengan
> > dan
> > > lain sebagainya. Intinya, para pembaharu yang oleh Nabi Muhammad
> > dijanjikan
> > > akan hadir pada setiap satu abad itu, tetap tidak bisa menyebut
> dirinya,
> > > atau disebut oleh pengikutnya, sebagai Nabi. Di pesantren Asshogiri
> > Bogor,
> > > misalnya, Abdul Qadir Zaelani diagungkan dengan gelar yang sangat
> tinggi:
> > > Sulthan al-Awliya (Raja para wali) tetapi tetap tak disebut Nabi.
> Sebab,
> > > para pemuka agama tak lebih dari pewaris Nabi.
> > >
> > > Meski telah berkali-kali Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI)
> menjelaskan
> > bahwa
> > > mereka mengucapkan kalimat syahadat yang sama, namun masyarakat
> muslim
> > > Indonesia tak percaya dengan penjelasan tersebut. Hal Kedua: sebagai
> > salah
> > > satu bukti penyebutan istilah Nabi yang terus dilakukan, stasiun TV
> > > Ahmadiyah (MTA channel), dengan tegas dan jelas, setiap kali nama
> MGA
> > > disebut, selalu dibarengi dengan doa, "Alaihi Salam". Bagi kalangan
> Islam
> > > (Sunni), doa tersebut hanya diperuntukkan bagi para nabi sebelum
> Nabi
> > > Muhammad saw seperti Isa, Musa, Ismail, dan yang lainnya. Untuk para
> > sahabat
> > > Nabi Muhammad saja, teologi Sunni hanya menyebutkan doa, "radiallahu
> > anhu"
> > > (Semoga Allah meridhoinya). Artinya, bagi umat Islam, pelafalan kaum
> > > Ahmadiyah dengan do'a "allaihi salam" menunjukkan bahwa MGA lebih
> mulia
> > dari
> > > sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab dan lain-lain.
> > >
> > > Alasan-alasan teologis seperti inilah yang mengusik ketenangan
> masyarakat
> > > Pakistan, empat puluh tahun lalu, dan mereka menyelesaikannya dengan
> > > menyatakan Ahmadiyah non-muslim. Ketegangan yang sama kini tengah
> merebak
> > di
> > > Indonesia.
> > >
> > > Kedua: Secara hukum. Sejak Surat Keputusan Bersama (SKB) dikeluarkan
> pada
> > > bulan Juni tahun 2008 menyusul kasus kerusuhan Monas, penyerangan
> > Ahmadiyah
> > > di Pandeglang adalah yang terparah dan paling mengerikan di awal
> tahun
> > 2011
> > > ini. Menurut saya, muara dari persoalan ini adalah ketidaktegasan
> aturan
> > > dalam SKB itu. Jika di Pakistan, Ahmadiyah dengan tegas disebut
> > non-muslim
> > > dalam konstitusi mereka, kita hanya mengaturnya dengan SKB yang
> > menggunakan
> > > bahasa bersayap seperti "Memberi peringatan dan memerintahkan kepada
> > > penganut, anggota dan/atau anggota pengurus Jemaat Ahmadiyah
> Indonesia
> > > (JAI), sepanjang mengaku beragama Islam, untuk menghentikan
> penyebaran
> > > penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran
> agama
> > Islam,
> > > yaitu penyebaran paham yang mengakui adanya nabi dengan segala
> ajarannya
> > > setelah Nabi Muhammad S.a.w;" (Poin 2 SKB).
> > >
> > > Kini, bola penyelesaian hukum tentang Ahmadiyah (dan gerakan
> penodaan
> > agama
> > > lainnya) ada di tangan presiden. Presiden tidak perlu lagi
> "prihatin"
> > atau
> > > membentuk satuan tugas (satgas) dalam menyelesaikannya. Presiden
> tinggal
> > > menerbitkan Peraturan Presiden untuk membubarkan organisasi Jemaat
> > Ahmadiyah
> > > Indonesia. Sebab, faktanya, kegiatan Ahmadiyah di Indonesia bukan
> sekedar
> > > kegiatan individu para penganutnya, tetapi suatu kegiatan yang
> > > terorganisasikan melalui JAI. Organisasi ini terdaftar di
> Kementerian
> > > Kehakiman RI sebagai sebuah vereneging atau perkumpulan berdasarkan
> > > Keputusan Menteri Kehakiman tanggal 13 Maret 1953. Berdasarkan
> ketentuan
> > > Pasal (2) UU Nomor 1/PNPS/1965, apabila kegiatan kegiatan penodaan
> ajaran
> > > agama itu dilakukan oleh organisasi, maka Presiden dapat membubarkan
> > > organisasi itu dan menyatakannya sebagai "organisasi/aliran
> terlarang",
> > > setelah Presiden mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Menteri
> Dalam
> > > Negeri dan Jaksa Agung.
> > >
> > > Dalam hal setelah Peraturan Presiden yang membubarkan Ahmadiyah
> > > diterbitkan, dan pihak Ahmadiyah tetap melakukan kegiatannya,
> ketentuan
> > > Pasal 156a KUH Pidana berlaku. Yaitu, "Dipidana dengan pidana
> penjara
> > > selama-lamanya lima tahun barangsiapa dengan sengaja di muka umum
> > > mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: yang pada pokoknya
> > bersifat
> > > permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap sesuatu agama yang
> > dianut
> > > di Indonesia". Sehingga, alur hukum penyelesaian tentang Ahmadiyah
> > menjadi
> > > jelas tanpa perlu berputar-putar.
> > >
> > > Wallahua'lam bishowab.
> > > Oleh: Inayatullah Hasyim
> > >
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> > >
> > >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
> >
> >
> > ------------------------------------
> >
> > =======================
> > Milis Wanita Muslimah
> > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
> masyarakat.
> > Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
> > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
> > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> >
> > Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
> >
> > ------------------------------------
> >
> > =======================
> > Milis Wanita Muslimah
> > Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun
> masyarakat.
> > Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
> > Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
> > ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
> > Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
> > Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
> > Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
> > Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
> >
> > Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
> >
> >
> >
> >
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> __________ NOD32 5903 (20110224) Information __________
>
> This message was checked by NOD32 antivirus system.
> http://www.eset.com
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment