Advertising

Wednesday 14 December 2011

Re: [wanita-muslimah] Fw: [BUGINESE] Fwd: Bandingkan Bangsa yg diembargo 30 th dg Bangsa yg berhutang 43 th

 

SESAL SEORANG MANTAN PRESIDEN
http://www.socineer.com/soc-banisadr.html

Abol-Hassan Bani-Sadr termenung di pengasingannya di Paris. Bani-Sadr
adalah penasehat utama Ayatollah Khomeini dalam merencanakan
Revolusi Islam di Iran, dan kemudian menjadi Presiden Republik Islam
Iran sesudah Mehdi Bazargan terdepak. Dia mencoba menjalankan
pembangunan di Iran tanpa hasil, dan sebelum dia digantung oleh para
milisia radikal, dia harus melarikan diri keluar dari Iran. Apa yang salah?
Kenapa keadaan bisa menjadi seperti ini?

<Image: Foto Bani-Sadr>

Sebelum revolusi, Iran adalah negara monarki dengan kekuasaan Shah
Iran yang besar. Shah Muhammad Reza Pahlevi, mewarisi kekuasaan dari
bapaknya, Colonel Reza Shah, yang menjadi Shah pada tahun 1926.
Colonel Reza Shah adalah adalah komandan dari Brigade Kossak. Kossak
(Cossack) adalah tentara yang berasal dari milisia preman yang dikenal di
Eropa Timur dan Turki. Kata Kossak berasal dari kata Turki, yang berarti
petualang atau freeman. Milisia Kossak terkenal dengan keandalannya,
mereka memang berjiwa petualang dan banyak yang juga menjadi tentara
bayaran. Tidak heran, bahwa kemudian Reza Shah, dan kemudian juga
anaknya, Muhammad Reza, mempertahankan kekuasaan lewat militer
(bandingkan dengan Soeharto, anak desa yang dilatih menjadi tentara,
fasih sekali dengan cara-cara ala militer dalam mempertahankan
kekuasaan).

Shah Reza mewarisi tahta Iran pada waktu Perang Dunia II. Dia
melancarkan modernisasi di Iran, dan dalam waktu tak begitu lama, Iran
menjadi negara modern, dan merupakan negara besar paling maju di
Timur Tengah. Salah sekali membandingkan Iran dengan Afghan (juga
mempunyai pengalaman dengan rejim Sunni Taliban yang lebih parah
daripada rejim di Iran), yang memang dari dulu belum pernah menjadi
negara modern. Iran pada tahun 60an, menjadi negara modern, jauh lebih
maju daripada Indonesia pada saat itu. Salah satu akibat kemajuan Iran
adalah, lahirnya masyarakat kelas menengah dan intelektual di Iran, dan
dengan demikian, lahir juga pemikiran-pemikiran maju dan liberal di Iran.
Bagaimana negara yang cukup maju seperti Iran ini bisa terjerumus dalam
sebuah kekalutan yang menyeret Iran mundur seperti itu?

Masalah terbesar pada rejim Shah adalah, rejim ini menginginkan
kemajuan fisik, tetapi tidak ingin ada proses demokratisasi di sana.
Kelompok yang paling menguasai masyarakat adalah kelompok tentara,
komandan-komandan tentara menjadi kelompok elite dalam masyarakat.
Shah mengandalkan mereka sebagai tulang punggung stabilitas dan
mengandalkan mereka untuk menghancurkan setiap lawan-lawan
politiknya. Kelompok-kelompok oposisi utama adalah Partai Tudeh yang
beraliran Marxist, para intelektual liberal di kota-kota besar, dan para
mullah yang berdiam terutama di pelosok Iran. Kelompok-kelompok
oposisi ini dibuat tidak berdaya oleh SAVAK, polisi rahasia rejim Shah,
yang menggunakan penangkapan dan penyiksaan untuk mencapai
tujuannya. Tetapi jestru karena kekejaman itu, kelompok-kelompok
oposisi semakin kuat.

Kekuatan kelompok oposisi adalah kekuatan moral, terdiri dari kelompok
terpelajar intelektual liberal di daerah perkotaan, dan kelompok komunis
dan agama yang meresap baik di kota besar maupun kecil. Ketiga
kelompok ini berlainan ideologinya, tetapi mereka menghadapi musuh
yang sama, yaitu rejim Shah dengan kekuatan militernya. Pada tahun 70an,
Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur membuat Amerika
mendukung rejim Shah Iran secara buta. Rejim Shah Iran diandalkan
untuk membendung faham komunisme ke Timur Tengah, yang pada saat
itu memang semakin kuat disana. Dengan demikian, kelompok oposisi
menghadapi kekuatan besar, yaitu rejim Shah dengan persenjataan
Amerika.

Satu-satunya cara untuk bisa menumbangkan rejim Shah, menurut
kelompok oposisi tersebut, adalah dengan menyatukan kekuatan oposisi.
Dengan demikian, kelompok sekular liberal, kelompok sosialis, dan
kelompok para mullah bersatu. Mereka juga membutuhkan lambang
persatuan, dan mereka mendapatkannya dalam satu tokoh pembangkang
yang hidup dalam pengasingan waktu itu, yaitu Khomeini.

Kenapa para liberal, sosialis, dan sekular itu bisa percaya dengan
kelompok mullah? Itu disebabkan karena mereka salah memperhitungkan
arah motivasi para mullah tersebut. Islam Shiah sudah menjadi lambang
yang mempersatukan Iran sejak ratusan tahun lalu dari kekuatan Islam
Sunni di regional tersebut. Para oposisi non agamis itu sudah terbiasa
dalam budaya Islam Shiah, mereka merasa tidak ada masalah dengan itu.
Menurut Bani-Sadr, kaum intelektual juga terpengaruh oleh posisi Partai
Tudeh yang mengatakan para mullah itu tidak bermasalah (kelompok
komunis lebih merasa terancam oleh Amerika dan militer). Para mullah
menurut mereka, cuma menginginkan kebebasan beragama, dan mereka
toh tidak bisa memanage program-program pembangunan, dan akhirnya
akan diserahkan pada kelompok liberal dan sosialis untuk
melaksanakannya.

Jadi persepsi mereka, okaylah, kita membangun Iran dibawah panji Islam,
melakukan demokratisasi, membawa keadilan untuk semua warga.
Bukankah itu impian yang indah? Karena itu, kelompok oposisi bersama-
sama mempolulerkan Khomeini sebagai tokoh revolusioner. Mereka
mendapat jaminan dari Khomeini bahwa Iran sesudah rejim Shah adalah
Iran yang egaliter. Mereka membantu Khomeini mendapat dukungan dari
seluruh dunia, dengan menjadi juru bicara Khomeini. Mereka lancar
berbahasa Inggris dan Perancis. Pada waktu para jurnalis dunia datang ke
Paris untuk mendengarkan jawaban Khomeini, mereka mengkoordinirnya.
Mereka mendiskusikan pertanyaan para wartawan itu, dan memberikan
kepada Khomeini untuk menjawab. Salah satunya adalah penekanan
bahwa tindakan akan diambil untuk mencegah para mullah mengambil
alih pemerintahan nantinya. Khomeini mengiyakan begitu saja.

Rejim Shah yang sudah merasa kepepet, beralih pada kelompok oposisi,
dan memberikan jabatan Perdana Menteri kepada Dr. Shapour Bakhtiar,
salah satu pemimpin sekular dari kelompok oposisi. Tetapi semua itu
sudah terlambat, kelompok oposisi menolak dan memecat Bakhtiar dari
kelompok oposisi. Rejim Shah runtuh, dan Khomeini kembali ke Iran dari
Paris dikawal oleh para liberal dan sosialis. Pada waktu Shah mengungsi
keluar Iran, Khomeini membentuk Dewan Revolusi Islam. Kelompok
oposisi merasa curiga, tetapi Khomeini bilang jangan khawatir, dia tidak
akan campur tangan dalam pemerintahan, dan kelompok sekular dan
liberal juga dimasukkan dalam Dewan itu sebagai anggota. Kelompok
liberal dan sosialis berhasil ditenangkan, terutama setelah Khomeini
menunjuk Dr. Mehdi Bazargan sebagai Presiden Republik Islam Iran. Dr.
Mehdi Bazargan adalah intelektual berpendidikan Perancis, dan pernah
menjabat sebagai menteri dalam rejim Shah sebelum menjadi oposisi.

Ralli dan demonstrasi mendukung Khomeini berlangsung semarak di
Teheran oleh semua kelompok yang gembira bahwa akhirnya rejim Shah
berakhir. Kegembiraan itu tidak berlangsung lama, satu demi satu
kelompok merasa dipinggirkan. Pembuatan referendum untuk mendirikan
Republik Islam dibuat sedemikian rupa, dan pemilih tidak melakukan
pemilihan secara rahasia, tetapi dilihat oleh publik. Kelompok Kurdi yang
beragama Islam Sunni menolak dan melakukan boikot, demikian juga
kelompok oposisi lain.

Para pendukung Khomeini dari pihak liberal dan sosialis berusaha
menjalankan pemerintahan dengan baik, tetapi hal itu ternyata sukar
dilakukan. Seorang mullah radikal mendapat restu dari Khomeini untuk
melakukan penangkapan dan pengadilan di luar presedur yang ada. Karena
aparat keamanan regular tidak bisa diandalkan untuk melaksanakan
tindakan-tindakan yang tidak masuk akal, maka dibentuk milisi Pasdaran,
yaitu pasukan pengawal revolusi. Termasuk dalam kelompok ini adalah
Basiji, paramiliter yang juga merekrut anak-anak. Kelompok ini merekrut
anggota dari mesjid-mesjid, dan menjadikan mesjid sebagai tempat
koordinasi paramiliter. Tindakan milisi dan kelompok-kelompok yang
dikoordinir oleh milisi ini mirip dengan tindakan Pengawal Merah waktu
Revolusi Kebudayaan di China yang menghancurkan banyak sendi-sendi
budaya China. Mereka menyerbu tempat-tempat yang dianggap tidak
islami, memukul wanita di jalan jika tidak memakai jilbab hitam,
menangkap setiap orang yang diperkirakan tidak mendukung penerapan
hukum Islam secara radikal. Pengadilan dilakukan di halaman mesjid, dan
hukuman-hukuman mati dijatuhkan langsung. Ribuan anggota Partai
Tudeh yang tadinya membantu kesuksesan revolusi, mati dalam upaya
pembersihan unsur-unsur anti-islami para milisi ini sesudah revolusi.
Memang ironis.

<Image: Basiji dan Mullah>

Perdana Menteri Dr. Bazargan merasa bahwa dia tidak bisa membenahi
negara dalam situasi seperti itu. Khomeini menginginkannya sebagai
boneka untuk dipasang di depan untuk memperlihatkan Iran sebagai
negara demokratis, tetapi di jalan-jalan berlangsung tindakan semena-
mena. Pemerintah Bazargan diganti oleh Bani-Sadr dalam kapasitas
sebagai Presiden. Bani-Sadr adalah seorang intelektual yang ikut-ikutan
meneriakkan slogan-slogan revolusioner, dan bertahun-tahun menjadi
penasehat politik dari Khomeini. Tetapi bahkan Bani-Sadr pun harus
tersingkir. Bagaimana bisa memerintah di sebuah negara dimana terdapat
otoritas-ganda? Dia bisa memerintah polisi dan tentara, tetapi di jalanan,
yang berkuasa adalah anak-anak belasan tahun kelompok milisia yang
didukung para mullah. Para milisia ini melakukan patroli sendiri, dan juga
melakukan demonstrasi-demonstrasi yang membuat kacau. Bayangkan
suatu negara, ada milisi yang terus menerus berkeliaran di jalanan, boleh
memeriksa rumah penduduk kapan saja, secara rutin melakukan
demonstrasi, boleh menangkap setiap orang yang dicurigai dan dibawa ke
pemimpinnya untuk diadili di depan mesjid. Hukuman matipun boleh
dilakukan karena mereka bertindak seperti pemilik negara. Iya, betul,
secara de facto, mereka sudah menjadi pemilik negara. Dan bahkan
dukungan militer tidak bisa melindungi Bani-Sadr ketika para milisi
meneriakkan hukuman gantung untuknya. Bani-Sadrpun berangkat
meninggalkan Iran.

Golongan menengah Iran pada jaman Shah, adalah kelompok yang cukup
kritis, bisa dikatakan paling kritis di Timur Tengah. Jumlah masyarakat
terdidik itu banyak, sebagian mengabdi pada Shah yang dirasakan sebagai
pelindung mereka, tetapi sebagian terbesar dari mereka menginginkan Iran
menjadi negara demokratis yang maju, baik yang liberal maupun yang
sosialis. Jumlah kelompok ini besar dan merupakan kekuatan yang mampu
mempengaruhi jalannya sejarah di Iran. Bahwa pada saat ini kelompok
terdidik sekular ini tidak lagi punya jejak jelas di Iran, adalah kesalahan
mereka sendiri yang mempercayai para mullah pada awal revolusi. Tetapi
mungkin juga, pada waktu itu mereka tidak punya pilihan lain dalam
menghadapi rejim oppresif seperti rejim Shah.

Bersama dengan Bani-Sadr, terjadi gelombang emigrasi keluar Iran yang
besar. Banyak dari mereka adalah pendukung revolusi Khomeini pada
awalnya. Mereka itu adalah warga yang berpendidikan relatif baik,
berpakaian seperti umumnya warga modern lain di dunia. Mereka
mencukur janggut, dan mendengarkan musik-musik Persia maupun
Beatles. Kehidupan mereka di kota-kota besar itu mirip dengan kehidupan
penduduk di Jakarta misalnya. Mereka melakukan sholat jamaah di mesjid,
merayakan hari-hari raya Islam termasuk hari Ashura, yaitu hari wafatnya
Imam Husein. Tetapi selain kehidupan agama, mereka ingin punya
kehidupan lain, ingin bisa menonton film Hollywood, bisa berpakaian
wajar seperti yang sudah mereka lakukan sejak kecil, dan para wanita
mempunyai karir yang cukup bagus. Mereka mendukung revolusi karena
rejim Shah sudah keterlaluan dalam melakukan oppresi terhadap
masyarakat. Mereka ingin kebebasan.

Tetapi bukannya kebebasan yang mereka dapat, malah oppresi yang jauh
lebih besar daripada rejim Shah. Tidak ada lagi kehidupan privat yang bisa
lepas dari tatapan para remaja yang berkeliaran di jalan. Wanita yang
memakai celana jeans dianggap layak untuk dipukul. Ada milisi yang
menyediakan cairan asam, sehingga bisa merusak wajah wanita yang
dianggap menggunakan make-up. Jika rejim Shah menangkap pentolan-
pentolan oposisi oleh SAVAK, sesudah revolusi Islam, Anda tidak perlu
menjadi pentolan oposisi rejim untuk ditangkap dan diadili di halaman
mesjid. Jika waktu rejim Shah, yang menangkap adalah anggota pasukan
elite, maka sesudah revolusi, anak remaja tetangga yang sudah dicuci otak
bisa terus menerus memata-matai Anda dan menangkap Anda. Oppresi
dalam rejim Shah itu terasa di tingkat atas, sedangkan oppresi dalam rejim
Islam di Iran terasa sampai udara sehari-hari yang dihirup.

Tidak mengherankan, ribuan memutuskan untuk meninggalkan Iran,
hidup kota-kota di Eropa, Amerika dan Canada. Dari mereka inilah
kemudian muncul penulis-penulis yang mencoba untuk merefleksikan
pengalaman mereka. Sebagian besar dari penulis-penulis ini adalah wanita.
Mungkin karena wanitalah yang paling merasa tertindas oleh rejim
tersebut.

Kondisi di Indonesia saat ini sebenarnya merupakan bentuk mikro dari
apa yang terjadi di Iran. Di Indonesia terdapat kelompok milisi di luar
sistem yang bisa melakukan aksi polisioner illegal tetapi polisi regularpun
tidak bisa banyak waktu mereka menyerbu ke sana sini. Mereka mencoba
untuk masuk dalam sistem lewat jalur legislatif sehingga bisa menentukan
apa yang boleh dipakai oleh masyarakat dan bagaimana seseorang harus
bersikap. Pengalaman Iran mungkin bisa dijadikan bahan banding, apakah
ingin memutuskan untuk "tidur bersama" dengan para fundamentalis
agama? Situasi politik di Indonesia bukan lagi seperti era Soeharto,
demokrasi sudah mulai jalan, media sudah cukup bebas. Para intelektual
dan pembaharu saat ini di Indonesia bukan seperti mereka di Iran tahun
70an yang tidak punya pilihan selain bergabung dengan para mullah, yang
sudah berhasil kemudian menggantung mereka.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment