Advertising

Tuesday, 1 February 2011

[wanita-muslimah] Fw: [ppiindia] luput dari liputan media

 

Dari milist tetangga,

Bagi yang mau tahu berapa ongkos untuk ikut di Davao, click situs dibawah ini :

http://www.theatlanticwire.com/features/view/feature/How-Much-Does-It-Cost-to-Attend-Davos-3046#

----- Original Message -----
From: krisna d
To: ppiindia@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, February 01, 2011 7:27 AM
Subject: [ppiindia] luput dari liputan media

http://www.facebook.com/note.php?saved&&note_id=487298087059

delegasi diperkirakan lebih dari 60 orang

sby didemo di davos, kbri kalang kabut

Masuk Koran Sindo (31/1)

Perhatian datang juga terhadap rombongan Presiden SBY di Davos. Hanya saja bentuk perhatian tersebut bukan yang diharapkan. Sebuah kelompok yang menamakan diri sebagai Komunitas Warga Swiss Indonesia (Kowarnis) mengecam keras kedatangan SBY dan delegasinya. "Karena terlalu banyak, tidak efisien dan buang buang uang rakyat saja," tutur Slamet Triono ketika dihubungi SINDO Sabtu (29/1). Warga Indonesia yang belasan tahun ini mengaku kesal dengan besarnya jumlah delegasi Indonesia ke ajang World Economic Forum (WEF) Davos.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Presiden SBY beserta rombongan datang ke WEF Davos. Selain mengajak Ny Ani Yudoyono, beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu 2, SBY juga diikuti 20-an wartawan yang biasanya meliput di Istana Negara, serta 20-an orang delegasi kesenian. Bagi Triono, Presiden SBY terlalu banyak mengajak wartawan. "Bagaimana bisa sebanyak itu, apa tak cukup lima wartawan saja," kata Triono.

Laki laki yang menetap di Swiss Selatan ini mencontohkan betapa efisien dan hematnya Presiden Swiss Doris Leuthard saat berkunjung ke Jakarta dan Surabaya setahun silam. "Dia hanya membawa lima wartawan, itu pun harus bayar sendiri," kata Triono.

Korwanis bahkan akhirnya melakukan demonstrasi di Davos. Cuma, sebelum mereka masuk jantung kota Davos, polisi setempat menyita spanduk dan sejenisnya. "Kami juga diinterograsi 30 menitan, tapi dilepaskan kembali," imbuh Slamet Triyono.

Kendati demikian, pihaknya berhasil menemui tiga orang delegasi Indonesia yang sedang berjalan jalan di Davos. "Mulanya ramah, tapi setelah tahu isi petisi, mereka langsung buang muka dan kabur," katanya.

Pantauan SINDO di Swiss menemukan bahwa beberapa wartawan yang biasanya meliput di Istana Negara sudah mendarat di Swiss sejak Rabu (26/1) lalu. Kalangan wartawan ini diinapkan di Hotel Movenpick di dekat Bandara Zurich. Saban hari, mereka diangkut bus khusus menuju Davos. Lima orang tercatat memiliki akreditasi resmi WEF, selebihnya hanya sekadar numpang kegiatan Presiden. Jika wartawan yang memiliki akreditasi bisa masuk ke Kongreszentrum, gedung utama WEF, sementara yang hanya berlisensi Istana Negara hanya bisa melihat kegiatan WEF dari layar kaca di Holland Haus, Davos.

Delegasi kesenian, imbuh Triono, juga lebih cenderung hanya pemborosan uang negara. WEF, katanya, bukanlah ajang tepat untuk memamerkan budaya Indonesia. "Kalau mau menunjukkan keindahan Indonesia itu di ajang pameran pariwisata. WEF lebih ke arah lobby antar pengusaha atau politikus," katanya.

Sementara itu, delegasi kesenian yang berjumlah 20-an orang, sejak Jumat (27/1) sudah meninggalkan Hotel Seebuel, Davos dan bertolak ke tanah air. Kelompok yang bertugas mengisi acara hiburan di malam Indonesian Co Night di Hotel Schweizerhof Davos itu mengaku sukses. "Kami mendapatkan sambutan meriah, termasuk dari mantan Sekjen PBB Koffi Annan," kata salah seorang pengisi acara.

Kendati demikian, pihaknya mengaku sempat kelabakan saat gladi resik. "Banyak colokan kabel yang nggak cocok atau kurang panjang," akunya. Dia bahkan harus sampai mencari keperluan teknisi tata suara dan lampu itu hingga ke Zurich. "Syukurlah semua bisa teratasi pada akhirnya," katanya.

Presiden SBY dan rombongannya meninggalkan Swiss Sabtu (29/1) petang waktu setempat. Sebuah pesawat jenis Air Bus berbendera Garuda tampak diparkir di Bandara Zurich. Beberapa orang Indonesia berjas dan berdasi terlihat banyak di Hotel Radisson dan Movenpick. Djadmiko, bagian sosial masyarakat KBRI Bern menampik bahwa staffnya menginap di hotel tersebut. "Saya nggak disitu, saya nginap diluar," katanya. Sementara staf yang lain, terus terang mengaku sudah berada di Mövenpick sejak Kamis (26/1). "Kami sudah sejak Kamis (26/1) disini kok," ujar salah satu staff KBRI Bern.

Adanya demo beberapa warga Indonesia di Swiss membuat KBRI Bern kalang kabut. "Mudah-mudahan mereka tidak membikin malu kita," katanya. Keterkejutan KBRI Bern bukan tanpa alasan. Selama ini, komunitas warga Indonesia di Swiss tak pernah "nakal". SINDO lebih banyak menemukan organisasi keagamaan atau kesukuan. Di Jenewa ada Joglo Semar yang mengumpukan etnis Jawa. Di Zurich muncul Pengajian Percikan Iman yang rutin mengajar anak anak Indonesia mendalami Al Quran. Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Swiss pun lebih sibuk belajar ketimbang memikirkan politik.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment