Advertising

Saturday 28 May 2011

[wanita-muslimah] Kelulusan UN dan Kualitas Pendidikan

 

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=96866:kelulusan-un-dan-kualitas-pendidikan&catid=78:umum&Itemid=131

Kelulusan UN dan Kualitas Pendidikan

Oleh : Honriani Nst, S.T

Secara Nasional Kelulusan peserta Ujian Nasional (UN) SMA/MA Tahun Ajaran 2010/2011 mencapai 99,22 persen atau dari sebanyak 1.461.941 peserta UN SMA/MA jumlah peserta yang lulus sebanyak 1.450.498, sedangkan peserta yang tidak lulus 11.443 peserta atau 0,78 persen.

"Dibandingkan angka kelulusan tahun 2009/2010 ada kenaikan jumlah kelulusan. Angka kelulusan UN tahun lalu gabungan ujian utama dan ujian ulang sebanyak 99,04 persen," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh saat menyampaikan data hasil kelulusan UN dan distribusinya di Jakarta, Jumat.

Mendiknas juga menyebutkan data awal yang mendaftar 1.476.575 peserta, tetapi dalam perjalanan, sekolah yang memasukkan nilai sekolah sebanyak 1.467. 058 atau 99,36 persen. "Ada sebanyak 9.517 siswa atau 0,64 persen yang tidak dimasukkan nilai sekolahnya. Hal ini karena bisa jadi di tengah jalan ada yang drop out atau bekerja," katanya saat memberikan keterangan pers di Kemdiknas.

Mendiknas lebih lanjut menyatakan dari sebanyak 1.467.058 siswa yang tidak mengikuti UN sebanyak 5.117 siswa. Provinsi yang paling banyak tidak lulus dari sisi prosentase adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), sedangkan paling banyak lulus adalah Bali. Mohammad Nuh menyatakan terdapat sebanyak 14. 131 sekolah yang siswanya 100 persen lulus dan lima sekolah yang semua siswanya tidak lulus dengan jumlah 147 siswa. Sekolah yang kelulusannya nol persen yaitu di DKI Jakarta ada tujuh siswa; Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam 26 siswa; Jambi dua siswa; Kian Darat Maluku 48 siswa; dan Urei Fasei Papua 64 siswa. Sementara jumlah kelulusan peserta UN SMK mencapai 99,51 persen. Dari total 8.074 sekolah negeri dan swasta dan 942.698 peserta, dinyatakan lulus 938.043 peserta. Sekolah yang angka kelulusannya 100 persen sebanyak 768.854 siswa (81,48 persen). "Di SMK tidak ada sekolah yang kelulusannya nol persen," kata Menteri Nuh. (Antaranews.com, 13 Mei 2011).

Tingkat kelulusan UN SMA, SMK, MAN, SMA-LB untuk propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mencapai angka 97,11 persen dari total 63.021 peserta Ujian Nasional (UN) tahun 2011, sedangkan siswa yang gagal lulus UN tahun ini sebanyak 1.821 orang atau sekitar 2,89 persen. Tingkat kelulusan UN 2011 di Provinsi Aceh jauh melampaui angka kelulusan UN pada tahun lalu. Dalam UN tahun 2010, tingkat kelulusan untuk tingkat SMA sederajat hanya 82,96 persen. "Alhamdulillah, ada peningkatan kelulusan dalam UN tahun ini. Dari 63.021 siswa yang ikut UN, yang lulus sebanyak 61.200 siswa dan tidak lulus 1.821 siswa," ujar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Drs Bakhtiar Ishak, kepada wartawan di Banda Aceh, Minggu (15/5). (Analisadaily.com, 16 Mei 2011).

Sementara itu di Sumatera Utara tingkat kelulusan SMA,MAN, dan SMK, Dinas Pendidikan Kota Medan mengumumkan hasil ujian nasional (UN) tahun 2011. Dari 39.326 peserta UN SMA/MA dan SMK yang tidak lulus mencapai 109 orang. Dengan perincian SMA dan MA peserta 24.440, tidak lulus 66 orang sama dengan 0,27 persen. Khusus SMA peserta 22.579 orang, tidak lulus 56 sama dengan 0,25 persen.

Sedangkan SMK peserta 14.886 tidak lulus 43 orang sama dengan 0,29 persen. Demikian disampaikan Kadis Pendidikan Kota Medan, Drs Hasan Basri, MM kepada wartawan di Medan, Minggu (15/5). (Analisadaily.com, 16 Mei 2011)

Merayakan Kelulusan

Lulus UN merupakan sebuah keberhasilan bagi anak sekolah, sehingga sesuatu yang wajar jika mereka yang lulus merayakannya. Namun, sebagai seorang yang telah menyelesaikan sekolah menengah tingkat atas yang sudah memasuki usia dewasa - suatu usia yang telah mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dan suatu usia yang telah memahami makna tanggungjawab - , hendaknya merayakan kelulusan tersebut dengan sesuatu yang tidak bertentangan dengan ajaran agama dan norma-norma kehidupan di tengah-tengah masyarakat.

Sesuatu yang lumrah jika mereka yang lulus UN mengekspresikan perasaannya dengan berbagai cara, namun hendaknya tidaklah dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran agama dan yang merugikan orang lain. Ambil contoh seperti aksi siswa di Pamekasan Madura yang membuka baju seragamnya di tempat umum sehingga aurat siswi tersebut terlihat dengan jelas. Ironisnya aksi tersebut didokumentasikan oleh salah seorang anggota DPRD Pamekasan yang kebetulan berpapasan dengan rombongan siswa tersebut. Ada juga yang meluapkan kegembiraannya dengan cara merobek rok, membuat grafiti di pakaian sekolahnya, dan konvoi kendaraan di jalan umum. Mereka pun konvoi biasanya dengan memasang suara kendaraan yang memekakkan telinga. Padahal alangkah lebih baiknya jika kelulusan mereka rayakan dengan menyumbangkan seragam mereka kepada adik-adik kelas, ingat bahwa masih banyak anak negeri ini yang kesulitan untuk membeli seragam sekolah yang layak. Atau bisa saja mereka meluapkan kegembiraannya dengan cara menyumbangkan sebagian hartanya kepada kalangan yang tidak mampu, mendonorkan darah, dan yang paling terpenting sebelum melakukan semua aktivitas tadi mereka melakukan sujud syukur, karena apapun yang kita peroleh dalam kehidupan kita semata-mata karena kehendak Allah Yang Maha Kuasa.

Kemana Setelah Lulus

Saat melihat pengumuman kelulusan, para siswa yang lulus tentu merasa gembira. Namun kegembiraan itu hanya sementara karena mereka segera dihadapkan kepada dua permasalahan, yaitu apakah melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi atau masuk ke dunia kerja. Mereka yang memilih melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan tinggi maka di hadapan mereka telah menanti ujian seleksi masuk perguruan tinggi nasional yang akan diadakan pada tanggal 31 Mei dan 1 Juni 2011. Ujian yang tingkat kelulusannya hanya sekitar 10 persen, artinya untuk memasuki perguruan tingi negeri harus melalui persaingan yang lebih ketat dibandingkan dengan ujian akhir SMU.

Sementara bagi mereka yang memilih untuk masuk dunia kerja mereka bersaing dengan pengangguran yang masih banyak, pengangguran yang lulus SMU, SMP, SD, dan yang lulusan perguruan tinggi. Ironisnya lagi, andaikan pun mereka memperoleh pekerjaan, maka gaji yang mereka dapatkan masih jauh dari jumlah dana yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena saat mereka masuk dunia kerja mereka dinilai tidak memiliki kemampuan dan kecakapan, sehingga mereka masih harus melalui beberapa training. Ini bermakna bahwa materi pelajaran yang diperoleh di sekolah tidak mumpuni untuk menyelesaikan pekerjaan/ permasalahan yang akan mereka hadapi di dunia kerja. Jika kondisinya begini, maka patut dipertanyakan tingkat kualitas lulusan sekolah. Lulus sekolah ternyata tidak mempunyai kemampuan dan kecakapan! Ada apa dengan kurikulum sekolah yang selama ini diterapkan?

Membangun Pendidikan yang Berkualitas

Perlu dipahami bahwa pendidikan berkualitas apabila output pendidikan menghasilkan manusia yang berkepribadian Islam serta menguasai sains dan teknologi. Output pendidikan yang sepert itu hanya dihasilkan dalam pendidikan Islam. Untuk mewujudkan Pendidikan yang berkualitas ada tiga hal yang harus dimiliki, pertama: adanya aktor-aktor visioner dan berdedikasi tinggi untuk bekerja keras mewujudkan pendidikan Islam. Merekalah yang siap "kotor tangannya" dengan aktivitas rinci dalam jangka panjang agar dapat memperbanyak SDM, menyiapkan "software" dan melobi tokoh-tokoh untuk diyakinkan pentingnya pendidikan Islam yang sebenarnya.

Kedua: Adanya budaya pendidikan atau cinta ilmu yang sesungguhnya. Untuk itu harus ditumbuhkan opini di tengah-tengah masyarakat bahwa sekolah bukan sekadar agar dapat gelar dan pekerjaan, tetapi untuk menjadi manusia yang lebih bermanfaat bagi manusia lain. Rasulullah SAW banyak sekali bersabda tentang keutamaan ilmu. Budaya cinta ilmu sampai melanda kaum aghniya' sehingga mereka belum merasa kaya jika belum menyumbangkan sesuatu pada dunia ilmu, entah wakaf fasilitas ilmiah (perpustakaan, observatorium), membiayai riset atau ekspedisi ilmiah, mensponsori seorang alim untuk mengajar atau memberi beasiswa kepada para pelajar.

Ketiga: adanya sistem yang efisien dari negara berikut segala perangkatnya dalam mengelola pendidikan, mulai dari menentukan prioritas, membuat kurikulum, merekrut guru, membiayai operasionalnya hingga mengawasi mutunya. Negara wajib turut campur jika ada keluarga yang kondisinya sedemikian rupa sehingga anaknya terhalang menuntut ilmu. (Majalah Al-wa'ie no 81 Tahun VII Mei 2007 hal 21)

Yang terpenting lagi perlu dipahami bahwa pendidikan yang berkualitas akan membutuhkan biaya yang mahal, namun biaya yang mahal itu tidak dibebankan kepada masyarakat, karena jika dibebankan kepada masyarakat maka akan ada masyarakat yang tidak mampu untuk membiayainya yang akhirnya menyebabkan adanya anggota masyakat yang tidak mengecap pendidikan. Islam telah menetapkan bahwa biaya pendidikan semuanya menjadi tanggungjawab/ dibebankan kepada negara. ***

Penulis adalah Asisten Juru Bicara Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia dan Praktisi Pendidikan


[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment