Advertising

Wednesday, 28 September 2011

[wanita-muslimah] Buku yang Tegaskan Islam Tidak Monolitik

 

http://www.sinarharapan.co.id/content/read/buku-yang-tegaskan-islam-tidak-monolitik/
24.09.2011 12:01

Buku yang Tegaskan Islam Tidak Monolitik
Penulis : Mark Scheel*

(foto:dok/ist)
Bagi banyak orang non-muslim, tahu kalau Islam bukanlah agama monolitik boleh jadi mengejutkan. Ini karena praktik dan amalan Islam bisa saja, dan memang, berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya, atau antara satu kelompok dengan kelompok lain.

Berita-berita utama di media arus utama, terlebih di negara-negara Barat, pun cenderung menekankan sisi yang represif dan tidak menyenangkan yang dinisbatkan pada kelompok minoritas tertentu. Ini justru mengabaikan banyak sisi positif dalam mayoritas muslim arus utama.

Sebuah buku baru, Islam Without Extremes: A Moslem Case for Liberty yang digarap oleh jurnalis Turki, Mustafa Akyol, akan membantu meluruskan banyak miskonsepsi itu, dengan berfokus pada persepsi keliru bahwa Islam itu memang agama otoriter yang hanya punya sedikit ruang bagi kebebasan individu.

Karya ini melacak akar-akar liberalisme dalam Islam klasik, dan mengkritik berbagai hukum serta sikap opresif dalam Islam, seperti pelarangan murtad atau penistaan agama, yang menurut penulis didasarkan pada tradisi dan bukan pada wahyu.

Akyol memulai dengan tinjauan historis dan teologis tentang perkembangan Islam selama berabad-abad. Ia juga memperlihatkan bahwa pesan inti Islam, yakni monoteisme, menyelamatkan individu dari "ikatan suku".

Dengan kata lain, hidup ala Islam itu didasari oleh gagasan hebat bahwa individu bertanggung jawab kepada Tuhan, dan hanya Tuhan semata.

Akyol kemudian menerangkan bagaimana pesan Islam ini mendorong kebebasan di Timur Tengah zaman pertengahan, seperti tampak dalam prinsip-prinsip hukum Islam (di mana hukum Islam menegakkan kedaulatan hukum, bukan kedaulatan penguasa).

Namun, perdebatan seputar kebebasan memicu konflik serius dalam Islam era pertengahan, yang menghasilkan perselisihan doktrinal dalam Islam, seperti antara kaum tradisionalis dan kaum rasionalis.

Akyol bahkan membeberkan bagaimana faktor-faktor nonkeagamaan, seperti kondisi geografis Timur Tengah, juga bermain dalam "perang gagasan" abad pertengahan ini, dan mendukung mazhab teologi yang kurang rasional dan lebih menindas.

Buku ini juga menggunakan berbagai contoh dari pembaruan Kekhilafahan Utsmani dan evolusi politik di Turki modern untuk memberi gambaran tentang praktik Islam masa sekarang, dan bagaimana masyarakat Turki saat ini.

Kalangan "borjuis Islam", khususnya, yang tengah mengembangkan pandangan liberal dalam politik dan ekonomi yang bisa menjadi sebuah inspirasi bagi dunia muslim zaman sekarang.

Visi ke Depan

Akhirnya, Akyol menawarkan sebuah visi masa depan yang mengemukakan cara untuk mengenyahkan tafsir otoriter atas Islam dan mendukung akomodasi pluralistik di dalam maupun di luar Islam, termasuk dalam tulisan-tulisan yang judulnya tampak kontroversial, seperti Freedom from The State (Kebebasan dari Negara), Freedom to Sin (Kebebasan untuk Berdosa), dan Freedom from Islam (Kebebasan dari Islam).

Sepanjang buku ini, acuan Akyol adalah Alquran. Meski ia menghargai hadis, sumber kedua Islam, ia memandang perlunya revisi kritis atas literatur hadis, yang menurutnya kurang bisa dijadikan sandaran, tidak seperti pandangan kalangan tradisional.

Ia menunjukkan bahwa sisi-sisi paling kontroversial hukum Islam—dari rajam hingga pelarangan murtad atau perilaku maksiat—berasal dari hadis dan bukan dari Alquran. Ia juga berpendapat bahwa hadis-hadis ini boleh jadi merefleksikan sikap historis alih-alih perintah abadi Islam.

Para pembaca modern boleh jadi terkejut bahwa selama "Zaman Keemasan" Islam awal, banyak orang Kristen terkesan dengan kebebasan intelektual dan kemajuan ilmiah dalam Islam, dan menjadi para "kandidat" Muslim.

Beberapa gerakan menarik, tetapi lupa diperkenalkan, seperti kaum Murjiah (para penunda) yang dengan kemauan mereka untuk "menunda" penyelesaian perselisihan keagamaan hingga akhirat, menciptakan sebuah landasan bagi toleransi yang dinyatakan ulang oleh filsuf liberal Inggris abad ke-17, John Locke, satu milenium kemudian.

Beberapa konsep yang mendapat konotasi buruk di Barat sekarang, seperti hukum syariat, dilihat dalam konteks sejarahnya sebagai peningkatan dan pendorong keadilan, sekaligus pembebasan. Salah satu alasan mengapa sebagian besar muslim menghargai hukum Islam adalah karena hukum Islam melindungi hak-hak individu dari tirani para penguasa lalim.

Buku Akyol menyuguhkan kepada non-muslim maupun muslim suatu bahasan rinci tentang Islam yang akan memandu, mendidik, dan merangsang nalar pembaca. Buku ini dikerjakan dengan semangat untuk mengajak dan berbagi gairah alih-alih didaktisisme yang kering.

Niatan Akyol tampaknya bukanlah untuk menjadi seorang "Martin Luther Muslim"—tokoh reformasi keagamaan yang dipuja sebagian kalangan—tetapi mungkin seorang "John Locke Muslim", yang mengartikulasikan pentingnya toleransi agama dan kebebasan individu.

*Penulis adalah mantan editor di Shawnee Mission, Kansas, dan banyak mengulas tentang hubungan antaragama baik di Amerika Serikat atau negara lain. Buku terbarunya, A Backward View, mendapat penghargaan J Donald Coffin Memorial Book Award.

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment