Advertising

Tuesday, 27 September 2011

[wanita-muslimah] Lima Tahun Istriku Bergelut dengan Tumor (6-Tamat)

 

Lima Tahun Istriku Bergelut dengan Tumor (6-Tamat) *Istriku Meninggal Saat
Khatib Naik Mimbar*
*SEBELUMNYA* diceritakan istri Sofian semakin kritis. Hari-harinya
dihabiskan di tempat tidurnya. Ia pun terus memikirkan ayahnya. Beberapa
kali berkeinginan untuk bertemu ayahnya tetapi sang ayah tak mau
menemuninya. Entah apa kesalahan istri Sofian. Bagaimana selanjutnya? Inilah
akhir kisahnya yang ditulis *Kuswari*. Semoga ada manfaatnya.

*SUARA* takbir di masjid terus menggema. Tabuhan dulag terus bertalu-talu
seolah mengguncang dada dan hatiku yang semakin terasa perih. Perlahan-lahan
aku mengikuti alunan takbir. Bibirku kudekatkan di telinga istriku, terlihat
bibirnya bergerak-gerak. Ia mengucapkan takbir bersamaku. Pelan sekali. Dua
matanya tertutup. Dari sudut matanya keluar butiran bening. Lalu meleleh di
antara tulang pipinya yang semakin menonjol. Kuusap perlahan sambil terus
mengucapkan takbir.

Aku berharap malam ini ada keajaiban dari Allah. Aku ingin istriku kembali
sehat seperti biasa, sehingga esok hari, kami bisa menikmati Idulfitri
dengan penuh sukacita.

Beberapa kali kutatap wajahnya yang pucat. Dia tampak lebih tua sepuluh
tahun dari usianya. Matanya cekung, bibirnya kering, tulang pipinya
menonjol. Tapi, aku masih melihat garis-garis kecantikannya. Kucium pipi dan
keningnya dalam-dalam. Jauh di lubuk hati kuucap doa pada Allah. Semoga
orang yang kukasihi ini dusembuhkan dan diberkati.

"Sudahlah. Istirahat, Pak. Esok kita Lebaran bersama. Esok banyak tamu.
Bapak harus sehat," katanya perlahan. Matanya terbuka sedikit. Ia melirik ke
arahku. Aku menggigit bibir menahan tangis. Lalu mengangguk.

Aku terus menemaninya. Bibirku tetap bergerak mengikuti gema takbir di
masjid. Aku ingin menghabiskan malam takbiran ini bersama istriku. Entahlah,
aku merasa sangat sayang padanya pada malam ini. Aku tak ingin berpisah. Aku
ingin selalu bersamanya, ada perasaan lain malam ini.

Sementara di luar anak-anak menyiapkan ketupat dan opor. Selama lima tahun
terakhir, rutinitas tahunan itu selalu dilakukan anak-anak karena ibu mereka
sudah tidak sanggup lagi untuk beraktivitas. Paling-paling sesekali mereka
berkonsultasi padaku tentang resep atau rasa hasil masakan mereka. Aku
bahagia, anak-anakku bersikap sabar, tegar, dan juga mandiri.

Di tengah rumah, televisi juga masih menyala. Beberapa acara unggulan dari
sejumlah stasiun televisi swasta ditampilkan malam itu. Anakku yang bungsu
terdengar beberapa kali memindahkan channel, mencari-cari siaran yang lebih
menarik baginya. Aku tak peduli. Hanya satu yang kukerjakan : melantunkan
takbir sambil terus berdoa untuk istriku.

Malam semakin larut, tapi takbir terus menggema. Hanya sesekali ada jeda.
Mungkin sekadar ganti orang yang memimpin takbir atau meneguk air dan
mencicipi makanan ringan yang biasanya disediakan jemaah. Kulihat istriku
sudah tertidur pulas. Nafasnya naik turun secara teratur. Ia tampak tenang
sekali. Kubetulkan posisi selimutnya yang agak melorot. Pelan sekali. Aku
tak mau mengganggu istirahatnya.

Kutinggalkan sejenak istriku. Aku pergi ke ruang tengah, aku tiduran di
kursi melepas lelah. Sementara televisi kubiarkan menyala. Mungkin karena
aku terlalu capek. Aku pun tertidur pulas dan baru terjaga saat suara azan
Subuh menggema. Aku cepat bangun. Sebelum mengambil air wudu, kutengok
istriku yang masih tertidur. Usai salat Subuh kudekati istriku, kuingatkan
dia untuk salat. Aku bahagia mendapatkan seorang istri yang taat beribadah.
Dalam keadaan sakit pun ia tidak pernah meninggalkannya.

Tetapi ketika akan kuingatkan untuk salat, aku melihat keadaan istriku
sangat mengkhawatirkan. Nafasnya naik turun tidak teratur. Sekilas matanya
melirik ke arahku kemudian tertutup kembali. Aku merasa sangat khawatir. Aku
mulai gelisah. Aku tidak tahu, tiba-tiba ada perasaan tidak enak bersaput
dalam hatiku.

Kurangkul dia. Aku mencoba untuk menuntunnya dengan kalimat-kalimat toyibah.
Kudekatkan bibirku ke telinganya. Kubisikkan asma Allah dan kalimat tahlil.
Kulihat bibir istriku bergerak-gerak mengikuti semua ucapanku.
Alhamdulillah.

Hari semakin siang. Salat Idulfitri sudah dimulai. Aku masih tetap berada di
samping istriku. Nafasnya semakin tesenggal. Beberapa kali kulihat ia
meriringis seperti menahan sakit yang luar biasa. Bola matanya mulai
terbalik. Aku semakin kuat menuntunnya dengan kalimat-kalimat toyibah.

Persis ketika kudengar khatib berkhotbah, nafas istriku berhenti. Tubuhnya
terkulai. Kulihat wajahnya putih sekali. Matanya sedikit terbuka, sementara
bibirnya seperti tersenyum. "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.
Allaahumagfir lahaa warhamhaa wa 'aafihaa wa'fu 'anhaa wa wasi' madkholahaa
wa akrim nuzulahaa birahmatika yaa arhamar raahiimin." Istriku meninggal di
pangkuanku.

Ya Allah, ampunilah dia, sayangi dia, luaskanlah pintu masuknya, dan
muliakankan tempat kembalinya. Berilah kami kesabaran dan biarlah kami
menyusulnya dalam keadaan husnul hatimah.

Aku bingung sekali. Semua tetanggaku sedang tidak ada di rumah. Mereka semua
sedang melaksanakan salat Idulfitri. Demikian pula anak-anakku. Setelah
selesai masak, mereka pergi ke rumah neneknya. Aku di rumah hanya bersama
istriku.

Dalam keadaan panik dan sedih aku mencoba mempersiapkan keperluan
pemulasaraan jenazah agar ustaz dan orang-orang yang akan membantuku nanti
mudah mengerjakannya.

Usai Idulfitri anak-anakku datang. Kusambut mereka dengan pelukan.
Kubisikkan pada mereka bahwa ibunya telah wafat. Kunasihati mereka agar
tidak menangis dekat jenazah ibunya.

"Sebaiknya kita doakan Mama agar ia mendapatkan ampunan dan kebahagiaan di
sisi Allah," ucapku.

Betul sekali kata istriku semalam. Hari ini rumah ramai sekali. Banyak orang
berdatangan, tapi hatiku semakin sunyi, semakin sedih karena orang terkasih
meninggalkanku dan anak-anakku untuk selamanya. (tamat)**

Cataatan : Narasumber kisah ini pun telah meninggal pada tahun 2009,
beberapa tahun setelah istrinya meninggal. **

--
Aldo Desatura ® & ©
Twitter = @desatura
YM = desatura
Facebook = hanjakal@gmail.com

================
Kesadaran adalah matahari, Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala dan Perjuangan Adalah pelaksanaan kata kata

[Non-text portions of this message have been removed]

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
MARKETPLACE

Stay on top of your group activity without leaving the page you're on - Get the Yahoo! Toolbar now.

.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment