Tuhan tetap Maha Pengasih dan Maha Penyayang, meskipun ada hamba-hamba-Nya yang
bikin agama gado-gado, ibarat orang jualan, akan berlaku hukum alam yang paling
baik dan memberikan value addedlah yang paling laku, tetap survive dan eksis
terus, ayo buktikan kalau Islam paling baik dan paling tinggi value addednya,
jangan cuma berlindung pada fatwa sesat saja. Kalau agama gado-gado menarik hati
bagi para pembeli gak usah takut bahayanya, buktikan saja dalam amalan
sehari-hari bahwa Islam menawarkan racun yang dapat menetralisir bahaya tsb.
Wassalam
Abdul Mu'iz
________________________________
Dari: Yudi Yuliyadi <yudi@geoindo.com>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Sen, 27 Desember, 2010 14:07:25
Judul: [wanita-muslimah] Gerakan New Age: Bahaya Agama Gado-Gado
Gerakan New Age: Bahaya Agama Gado-Gado
Rabu, 22 Desember 2010 11:38 eman Mulyatman
Mereka hanya mengasembling dan mencampur aduk sebagian ajaran agama atau
spiritual sesuai kebutuhan. Mereka juga disebut tourist of religion dan
berujung pada paham pluralisme agama (menyamakan semua agama).
Seorang warga Amerika Serikat (AS) yang berumur 26 tahun ketika ditanya
tentang agamanya tanpa ragu menyebut sebagai Methodist, Taoist Native,
American Quaker, Russian Orthodox, Buddhist, and Jew. Ia menjelaskan,
sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan Methodist dan pergi ke gereja
hampir tiap hari Ahad.
Mengikuti acara keagamaan di Synagogue dengan temannya secara teratur.
Mengikuti pertemuan Quaker di College. Dibaptis oleh gereja Orthodox saat
berkunjung ke Rusia. Melakukan meditasi agama Budha dan berpartisipasi
tiap bulan dalam upacara sweat lodge orang Indian.
Itulah hasil studi tentang spiritualitas orang Amerika yang dikutip Robert
Wuthnow dalam artikel berjudul "A Reasonable Role for Religion? Moral
Practices, Civic Participation, and Market Behavior" (1998). Pada kutub
lain, ada juga masyarakat AS yang tidak percaya lagi pada institusi agama
formal (a growing distrust of organized religion), yang sebenarnya
ditujukan pada Kristen. Ekstremnya, seperti dislogankan futurolog John
Naisbitt dan istrinya, Patricia Aburdene, dalam Megatrend 2000:
"Spirituality Yes, Organized Religion No."
Jadi, ada arus penolakan terhadap agama formal sambil mencari spiritual
baru lintas agama tanpa harus terikat dengan aturan, tata cara, dogma,
ajaran, atau syariah agama tertentu. Menurut pengamat sosial keagamaan
Abdul M Naharong dalam artikelnya "Agama dan Spiritualitas Gado-Gado"
menyebutkan, gejala ini muncul sejak pemerintah AS menghapus kuota imigran
Asia pada 1965, sehingga guru-guru spiritual dari Asia banyak berimigrasi
ke negeri itu.
Akibatnya, berpengaruh besar pada perkembangan agama, sekte, cult, dan
aliran spiritual di AS yang berbasis lintas agama. Apalagi, penerjemahan
kitab suci, teks esoteric, ajaran spiritualitas dari berbagai macam agama
dan kepercayaan ke dalam bahasa Inggris juga marak. Dengan berkembangnya
mentalitas konsumtif (consumer mentality) dan do it yourself culture
masyarakat Amerika, mereka pun mempelajari sendiri sekaligus mempraktikkan
satu, atau beberapa agama, atau ajaran spiritual secara bersamaan.
Empat tahun lalu (2006) ketika pemerintah AS mengadakan sensus penduduk
secara resmi, Amerika sudah memiliki 2.100 agama, sekte, aliran
kepercayaan, kelompok spiritualitas, dan cult. Diprediksi, jumlah ini
sekarang semakin bertambah.
Edward Shils dalam "Tradition" (1981) menulis, pada sebagian masyarakat
Amerika, agama dan spiritualitas merupakan komoditas yang perlu dicoba.
Satu atau beberapa agama atau beberapa latihan spiritual bisa tetap
dipakai, "if it works," tulis Edward.
Jika tidak, orang seperti ini akan mencari kepercayaan, praktik-praktik
keagamaan, atau spiritual lain yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
Pendekatan instrumental seperti ini, lanjut Edward, membuat fungsi latent
(terpendam) agama, seperti ketenangan batin dan kebahagian, menjadi fungsi
manifest (nyata). Karena itu, semua aktivitas keagamaan dan spiritual
harus dinilai dari bisa atau tidaknya memenuhi fungsi menenangkan batin
dan menciptakan kebahagiaan "instant" yang langsung dirasakan oleh
pelakunya.
Sikap seperti ini melahirkan trend baru dalam beragama, yakni "membuat"
atau "mengasembling" agama atau spiritual sendiri sesuai dengan kebutuhan.
Caranya, dengan mencampur aduk atau menggabungkan berbagai macam ajaran,
ritual, kepercayaan, praktik, ritus, dan latihan spiritual dari berbagai
sumber (agama, sekte, atau cult), tanpa bergabung pada salah satu sumber
tersebut.
Bahkan, ada yang menjadi pengikut dua atau lebih agama, sekte, atau cult
yang berbeda pada waktu yang sama, karena mereka meyakini paham pluralisme
agama (menyamakan semua agama). Inilah yang oleh Abdul M Naharong disebut
"agama gado-gado, "patiche spirituality", "pick and mix spirituality",
alias "spiritualitas gado-gado". Model religiusitas ini umumnya gandrung
dan tergabung pada spiritualitas New Age, ada juga yang menyebut New Age
Movement (Gerakan Era Baru), atau New Agers.
Ciri-Ciri Ajaran
Rais Syuriyah PBNU KH Saifuddin Amsir MA, Peneliti Aliran Sesat dari LPPI
Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, dan Peneliti INSIS Nirwan Safrin PhD di tempat
berbeda menyatakan pada SABILI bahwa ajaran atau kepercayaan New Age
dicomot dari berbagai macam sumber (agama, sekte, kepercayaan, atau cult),
diramu dan diracik sesuka mereka sesuai dengan kebutuhannya.
Bahkan, Abdul M Naharong menyebutkan, ajaran ketuhanan mereka ada yang
bercorak pantheisme, yaitu Tuhan itu immanent (tetap ada) di dalam setiap
atom dari alam semesta. Ada juga yang mirip aliran kebatinan Manunggaling
Kawula Gusti, yaitu aku adalah Tuhan, Tuhan adalah aku. New Age juga
mengambil ajaran karma dan reinkarnasi sebagai ajaran yang paling
disenanginya. Ini karena, karma dan reinkarnasi menafikan atau mengingkari
doktrin neraka dan surga serta kekekalan di dalamnya.
Karenanya, dalam usaha mereka memperoleh pengalaman transformasi, yang
bersifat mistik maupun non-mistik, misalnya penyembuhan, New Age
menggunakan berbagai teknik atau pelatihan, seperti meditasi dalam agama
Budha, Yoga dalam agama Hindu, latihan pernapasan dalam kelompok tarikat
Naqshabandi, dan lainnya. Teknik ini sering dipakai secara bersamaan. Jika
salah satunya dianggap it doesn't work karena tidak bisa memberikan hasil
yang sesuai dengan keinginan mereka, teknik tersebut ditinggalkan dan
beralih pada teknik lain.
Dalam pandangan Nirwan Safrin, ini menunjukkan bahwa mereka selalu
mengalami kegelisahan yang tak berujung. Padahal, kebahagiaan dan
ketenangan bisa diraih jika orang sampai pada keyakinan. Jika orang tidak
yakin ia tidak akan bahagia dan tenang, ia akan selalu ragu, terus mencari
tanpa henti, seperti penganut New Age ini. Mereka terus mencari metoda
untuk mencapai spiritualitas yang mereka dambakan. Jika tidak cocok dengan
sebuah metoda, akan mereka tinggalkan dan berganti dengan metoda lain,
begitu seterusnya.
"Berarti mereka tidak pernah tenang dan bahagia. Sehingga, apa yang mereka
klaim sebagai tingkat dan ketinggian spiritualitas itu tidak benar.
Berbeda dengan Islam yang sudah jelas syariahnya dalam menggapai tingkat
spiritualitas, tinggal kita mau menjalankannya atau tidak. Keyakinan
berdasarkan syariah inilah yang membuat orang bahagia dan tenang. Inilah
yang disebut keimanan. Contoh, orang beriman dan yakin bahwa Allah akan
memberi rezeki, ia tidak akan gundah gulana jika rezeki yang diharapkan
tak kunjung datang, karena Allah mempunyai berbagai cara dan dalam
memberikan rezeki pada umatnya," terang lulusan S3 Pemikiran Islam Arab
ISTAC, Malaysia ini.
Ciri lain dari agama dan spiritualitas New Age adalah sifatnya yang
experiential dan tidak dogmatis. Penganut agama dan spiritualitas
gado-gado ini hanya menekankan aspek pengalaman dari berbagai ritus
keagamaan dan latihan spiritual, dan tidak peduli pada dogma, aturan, tata
cara, atau syariah yang terdapat di dalam berbagai agama.
Akibatnya, agama dan spiritualitas jenis ini hampir-hampir tidak mempunyai
aturan, tata cara, atau pedoman baku seperti yang dikenal dalam agama
formal (organized religion). Karenanya, dalam lingkungan seperti ini, tak
jarang agama dan spiritualitas menjadi terapi, yang hanya berfungsi untuk
membuat orang merasa senang apapun yang mereka lakukan. Sehingga, New Age
tidak menuntun orang berbuat berdasarkan kaidah-kaidah moral yang
diformalkan dalam bentuk "syariah".
Karenanya, penganut agama dan spiritualitas gado-gado tergolong ke dalam
"tourist of religion", meminjam istilah Wade Roof, dalam Spiritual
Marketplace: Baby Boomers and the Remaking of American Religion (1999).
Mereka percaya bahwa semua agama sama benar dan baiknya, karenanya
mengambil dan mencampur berbagai (ajaran) agama dan pelatihan spiritual
(eklektisisme dan sinkretisme) adalah hal wajar. Inilah ujung dari ajaran
ini, meyakini paham pluralisme agama (menyamakan semua agama).
Agama Baru
Rais Syuriah PBNU KH Saifuddin Amsir MA menegaskan, New Age hanyalah
pengulangan alias lagu lama yang sudah kesekian kalinya. Mereka menyebut
sebagai agama baru, religiusitas, atau spiritualitas, tanpa nabi, tanpa
kitab suci, dan tanpa Tuhan, tapi mencampuradukan semua agama. Ini adalah
agama yang dibuat oleh para filosof dengan membuat komunitas sendiri. Para
filosof itu mengatakan, inilah agama baru dengan semboyannya God With Out
God (Tuhan Tanpa Tuhan).
Persoalannya, lanjut Guru Besar UIN Syarif Hidyatullah ini, kita tidak
memiliki lembaga khusus yang meneliti dan menangani masalah ini, padahal
sudah beberapa kali mereka muncul. Kemunculan mereka, didasari oleh sikap
mereka yang menganggap paling super di dunia bagaikan "Superman". Dalam
filsafatnya Red Neck disebutkan, adanya pemisahan antara moral budak dan
moral iman. Selanjutnya, Neck menulis, jika ingin menjadi Tuhan maka harus
membunuh Tuhan. "Inilah salah satu dasar kesesatan agama yang sekarang
berganti nama menjadi New Age ini," tambahnya.
Soal penyebutan New Age sebagai agama baru juga disematkan oleh Ustadz
Hartono Ahmad Jaiz. Menurutnya, belakangan ini ada upaya mencampuradukan
semua agama. Setelah Baha'i berkembang di California, Iran, dan Israel,
tahun 1960-an muncul New Age, sejenis aliran kebatinan dan spiritual yang
merupakan agama baru juga.
Tapi menurut Peneliti INSIST Nirwan Safrin PhD, menyematkan New Age
sebagai agama harus dijelaskan dalam pengertian yang tepat. Jika
mendefinisikan agama dalam konsepsi Barat, maka New Age bisa disebut
sebagai agama. Karena dalam konsepsi Barat, agama adalah ciptaan manusia,
bagian dari culture (budaya), termasuk dalam ranah ilmu sosial, dan New
Age juga termasuk dalam katagori culture karena diciptakan oleh manusia.
Tapi jika kita mendefinisikan agama dalam konsep Islam sebagai ad-Din,
lanjut Nirwan, New Age bukan agama. Pasalnya, mereka hanya mencaplok
sebagian dari berbagai nilai, ajaran, dan syariah agama. Yang jelas agama
tidak mungkin dibuat oleh manusia.
"Konsepsi Islam jauh lebih komprehensif dari sekadar culture. Apalagi,
Barat tidak memiliki terminologi yang pas dan tepat tentang agama. Dalam
Bahasa Inggris disebut religius yang menjadi bagian dari culture. Makanya,
buku agama dalam perpustakaan di Barat, masuk dalam katagori culture yang
menjadi bagian dari Ilmu Sosial," jelasnya.
Jumlah Pengikut
George Barna dalam The Index of Leading Spiritual Indicators (1996)
memperkirakan, sekitar 20% orang dewasa Amerika adalah pengikut New Agers.
Majalah Newsweek edisi 28 November 1994 menulis jumlah pengikut New Age di
Amerika sangat fantastis, yakni mencapai 58% dari jumlah responden dalam
suatu survei.
Russel Chandler, mantan jurnalis agama pada Los Angeles Times dalam
"Understanding the New Age" (1988) mengklaim, 40% orang Amerika percaya
pada panteisme (kepercayaan yang berprinsip pada all is God and God is
all). 36% percaya pada astrologi sebagai scientific, yakni percaya
astrologi sebagai metode peramalan masa depan (a method of foretelling the
future). Dan, 25% percaya pada reinkarnasi.
Itulah sebagian temuan angka statistik pengikut New Age di AS. Bagaimana
di Indonesia? Wallahu'alam.
(Dwi Hardianto - Telaah Utama Majalah Sabili 01/XVIII)
[Non-text portions of this message have been removed]
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment