Artikel Buletin An-Nur :
Tazkiyatunnufus dan Dzikir:
KIAT-KIAT AGAR TERHINDAR DARI MAKSIAT
Kamis, 23 Desember 10
Mungkin kita tidak akan pernah menemukan satu pun di antara makhluk
ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang dinamakan 'manusia' termasuk kita
luput dari melakukan maksiat. Tidak sedikit di antara mereka yang hidupnya
penuh dengan maksiat, bahkan ada yang melakukannya setiap saat bak sebuah
nikmat (wal 'iyadzu billah).
Kendati demikian, bukan berarti kita lantas bebas dan semaunya berbuat
maksiat, seharusnya kita takut terhadap siksa Allah Subhanahu Wa Ta'ala
yang pedihnya teramat sangat lagi maha dahsyat. Sudah sepatutnya kita
sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang terus menerus diberikan
nikmat untuk selalu berusaha ta'at dan berupaya semaksimal mungkin mencari
kiat-kiat agar terhindar dari segala maksiat yang merupakan tipu muslihat
para setan yang terlaknat. Di antara kiat-kiat agar kita terhindar dari
maksiat adalah sebagai berikut:
Kiat Pertama: Hendaklah seorang hamba mengetahui bahwa maksiat itu adalah
perbuatan tercela, buruk dan hina.
Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengharamkan dan melarang untuk
melakukannya semata-mata untuk menjaga dan melindungi manusia dari
kehinaan tersebut, sebagaimana halnya seorang ayah yang penyayang dan
penuh perhatian menjaga anaknya dari sesuatu yang membahayakannya. Dan
faktor/ kiat ini tentu membawa seorang yang berakal untuk meninggalkan
kemaksiatan yang diharamkan Allah Azza Wa Jalla, meskipun tidak disertai
dengan ancaman akan siksa Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kiat kedua: Memiliki rasa malu terhadap Allah Azza Wa Jalla.
Sesungguhnya seorang hamba ketika dia mengetahui bahwa Allah Subhanahu Wa
Ta'ala senantiasa melihatnya dan mengetahui kedudukanNYa atas dirinya, dan
bahwasanya dirinya selalu dilihat/ dipantau dan (ucapannya selalu)
didengar olehNya, maka tentu dia akan merasa malu kepadaNya untuk
memperlihatkan atau melakukan perbuatan yang mengundang kemurkaanNya.
Kiat ketiga: Memelihara nikmat-nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan semua
kebaikan yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepadamu.
Sesungguhnya tidak diragukan lagi bahwa dosa-dosa merupakan sebab yang
dapat menghilangkan nikmat-nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Maka tidaklah
seorang hamba melakukan perbuatan dosa melainkan hilang nikmat Allah
Subhanahu Wa Ta'ala darinya sebanyak atau sebesar dosa yang dikerjakan.
Dan jika dia bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, maka
kembalilah nikmat tersebut atau yang semisalnya kepadanya. Dan jika dia
mengulangi kembali atau terus menerus melakukan dosa, maka nikmat pun
tidak kembali kepadanya. Maka dosa-dosa itu pun senantiasa menghilangkan
nikmat demi nikmat sampai semuanya lenyap dan tak tersisa. Sebagaimana
yang difirmankan Allah Subhanahu Wa Ta'ala, artinya, "Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri." (QS. ar-Ra'd: 11).
Dan nikmat yang paling agung adalah nikmat iman, sedang dosa berzina,
mencuri, minum khamer, dan mengambil hak/ harta orang lain dapat
menghilangkan dan melenyapkannya. Sebagian salaf berkata, "Aku pernah
melakukan dosa, dan aku pun diharamkan (terhalang) untuk melakukan shalat
sunnah di waktu malam." Dan yang lainnya berkata, "Aku pernah melakukan
dosa, maka aku pun diharamkan (sulit) untuk memahami al-Qur`an." Dan
perkataan yang senada dengan ini, "Jika engkau mendapatkan kenikmatan,
maka peliharalah ia, karena sesungguhnya kemaksiatan menghilangkan
kenikmatan."
Kesimpulannya sesungguhnya kemaksiatan adalah api yang membakar kenikmatan
seperti api yang memakan kayu. Na'udzu billah dari kehilangan nikmat dan
ampunanNya.
Kiat keempat: Takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan adzabNya.
Sesungguhnya hal ini hanyalah bagi orang yang beriman dengan janji dan
ancaman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan beriman denganNya, kitabNya, dan
RasulNya. Dan kiat/ faktor ini menjadi kuat dengan ilmu dan keyakinan dan
menjadi lemah dengan lemahnya keduanya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala
berfirman, artinya, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (QS. al-Hajj: 28).
Dan sebagian salaf berkata, "Cukuplah dengan ilmu, membuat (seseorang)
takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dan cukuplah dengan kebodohan,
membuat (seseorang) lalai mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala."
Kiat kelima: Mencintai Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dan inilah adalah kiat/ faktor yang paling kuat untuk melatih sabar untuk
tidak menentang dan mendurhakaiNya. Karena sesungguhnya orang yang
mencintai pasti patuh dan taat kepada siapa yang dicintainya.
Kiat keenam: Menjaga kehormatan diri, kesuciannya, keutamaannya,
semangatnya, dan wibawanya, dari melakukan kemaksiatan.
Kiat ketujuh: Mengetahui dengan benar akan dampak buruk kemaksiatan, dan
bahaya yang ditimbulkan olehnya.
Seperti: berupa wajah yang hitam, membuat hati menjadi gelap, sempit,
gelisah, sedih dan sakit, menyesakkan dada, merusaknya, dan lemahnya hati
untuk melawan musuhnya. Karena sesungguhnya dosa mematikan hati. Dan
seorang hamba, apabila berbuat dosa, maka diletakkan titik hitam di dalam
hati-nya, jika dia bertaubat darinya, maka bersinarlah hatinya. Dan
apabila berbuat dosa yang lain, diletakkan kembali titik/ noda hitam
lainnya, dan terus menerus (titik hitam itu menodai hatinya, pen.) sampai
hatinya menjadi sombong, maka itulah hati yang telah tertutup. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya, "Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." (QS.
al-Muthaffifin: 14).
Kesimpulannya adalah bahwa dampak-dampak buruk maksiat lebih banyak dari
apa yang diketahui oleh seorang hamba, dan dampak-dampak baik ketaatan
lebih banyak dari apa yang diketahui olehnya. Maka kebaikan dunia dan
akhirat adalah dengan bersungguh-sungguh dalam mentaati Allah Subhanahu Wa
Ta'ala, sedangkan keburukan dunia dan akhirat adalah dengan
bersungguh-sungguh dalam bermaksiat kepadaNya. Dalam hadits qudsi, Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Siapakah orang yang mentaatiku, lalu dia
menjadi sengsara dengan mentaatiku? Dan siapakah orang yang mendurhakaiku,
lalu dia menjadi bahagia dengan mendurhakaiku?"
Kiat kedelapan: Pendek angan-angan dan mengetahui betapa cepatnya
perpindahannya.
Dan sesungguhnya dia bagaikan seorang musafir yang masuk ke dalam suatu
kampung sedangkan dia bertekad bulat untuk keluar darinya, atau bagaikan
seorang penunggang yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan
meninggalkannya, karena dia mengetahui bahwa singgahnya hanya sesaat
sedangkan kepergiannya begitu cepat, sehingga mendorongnya untuk
meninggalkan sesuatu yang memberatkan bebannya, membahayakan dan tidak
bermanfaat baginya. Serta dia pun berkeinginan untuk pindah ke tempat yang
lebih baik baginya. Maka tidak ada yang lebih bermanfaat bagi seorang
hamba dari pendeknya angan-angan dan tidak ada yang lebih mudharat baginya
dari "At-Taswif" (menunda-nunda/ucapan, 'saya akan begini ...saya akan
begitu..') dan panjang angan-angan.
Kiat kesembilan: Menjauhi (sikap) berlebihan dalam makan, minum,
berpakaian, tidur dan berinteraksi dengan manusia.
Sesungguhnya kekuatan yang mendorong untuk berbuat maksiat adalah tumbuh
dari hal-hal yang berlebihan tersebut. Sesungguhnya ia menuntut adanya
perubahan, mempersempit yang halal dan membawanya kepada yang haram. Dan
sesuatu yang paling berbahaya bagi seorang hamba adalah di waktu dia
menganggur dan waktu kosongnya. Sesungguhnya jiwa, janganlah berada dalam
keadaan kosong, bahkan jika ia tidak disibukkan dengan sesuatu yang
bermanfaat baginya, maka ia pasti akan disibukkan dengan sesuatu yang
membahayakannya.
Kiat kesepuluh: Inti dari kiat-kiat ini semua adalah tertancapnya pohon
iman di dalam hati.
Kesabaran seorang hamba untuk tidak melakukan maksiat sesungguhnya
terletak pada besarnya kadar kekuatan imannya. Setiap imannya bertambah
kuat, maka semakin sempurnalah kesabarannya. Sedangkan jika imannya lemah,
maka lemahlah kesabaran tersebut. Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala menentukan
siapa yang dikehendakiNya (untuk diberi) rahmatNya; dan Allah Subhanahu Wa
Ta'ala mempunyai karunia yang besar. (Abu Nabiel)
Sumber: Diterjemahkan dari kitab, "An-Nuqath al-'Asyru adz-Dzahabiyah",
karya: Syaikh Abdur Rahman bin Ali ad-Dausary.
YAYASAN AL-SOFWA
Jl.Raya Lenteng Agung Barat No.35 PostCode:12810 Jakarta Selatan -
Indonesia
Phone: 62-21-78836327. Fax: 62-21-78836326. e-mail: info @alsofwah.or.id |
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment