gue sih terang terangan gak setuju sama organized religion yang mempu
melahirkan dan menghadirkan orang seperti syekh puji di muka bumi. suka
cita menikah dengan anak 11 tahun dan sudah disetubuhi pula. dan masih koar
koar di media, kalau dia akan menambah istri dari usia yang lebih muda.
dan mui di kota tempatnya tinggal merestuinya pulak.
thank's god, pengadilan menjatuhkan hukuman bersalah dan beliau masuk
penjara.
salam,
Ari
<http://papabonbon.wordpress.com>
2010/12/27 Yudi Yuliyadi <yudi@geoindo.com>
>
>
> Gerakan New Age: Bahaya Agama Gado-Gado
> Rabu, 22 Desember 2010 11:38 eman Mulyatman
>
> Mereka hanya mengasembling dan mencampur aduk sebagian ajaran agama atau
> spiritual sesuai kebutuhan. Mereka juga disebut tourist of religion dan
> berujung pada paham pluralisme agama (menyamakan semua agama).
>
> Seorang warga Amerika Serikat (AS) yang berumur 26 tahun ketika ditanya
> tentang agamanya tanpa ragu menyebut sebagai Methodist, Taoist Native,
> American Quaker, Russian Orthodox, Buddhist, and Jew. Ia menjelaskan,
> sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan Methodist dan pergi ke gereja
> hampir tiap hari Ahad.
>
> Mengikuti acara keagamaan di Synagogue dengan temannya secara teratur.
> Mengikuti pertemuan Quaker di College. Dibaptis oleh gereja Orthodox saat
> berkunjung ke Rusia. Melakukan meditasi agama Budha dan berpartisipasi
> tiap bulan dalam upacara sweat lodge orang Indian.
>
> Itulah hasil studi tentang spiritualitas orang Amerika yang dikutip Robert
> Wuthnow dalam artikel berjudul "A Reasonable Role for Religion? Moral
> Practices, Civic Participation, and Market Behavior" (1998). Pada kutub
> lain, ada juga masyarakat AS yang tidak percaya lagi pada institusi agama
> formal (a growing distrust of organized religion), yang sebenarnya
> ditujukan pada Kristen. Ekstremnya, seperti dislogankan futurolog John
> Naisbitt dan istrinya, Patricia Aburdene, dalam Megatrend 2000:
> "Spirituality Yes, Organized Religion No."
>
> Jadi, ada arus penolakan terhadap agama formal sambil mencari spiritual
> baru lintas agama tanpa harus terikat dengan aturan, tata cara, dogma,
> ajaran, atau syariah agama tertentu. Menurut pengamat sosial keagamaan
> Abdul M Naharong dalam artikelnya "Agama dan Spiritualitas Gado-Gado"
> menyebutkan, gejala ini muncul sejak pemerintah AS menghapus kuota imigran
> Asia pada 1965, sehingga guru-guru spiritual dari Asia banyak berimigrasi
> ke negeri itu.
>
> Akibatnya, berpengaruh besar pada perkembangan agama, sekte, cult, dan
> aliran spiritual di AS yang berbasis lintas agama. Apalagi, penerjemahan
> kitab suci, teks esoteric, ajaran spiritualitas dari berbagai macam agama
> dan kepercayaan ke dalam bahasa Inggris juga marak. Dengan berkembangnya
> mentalitas konsumtif (consumer mentality) dan do it yourself culture
> masyarakat Amerika, mereka pun mempelajari sendiri sekaligus mempraktikkan
> satu, atau beberapa agama, atau ajaran spiritual secara bersamaan.
>
> Empat tahun lalu (2006) ketika pemerintah AS mengadakan sensus penduduk
> secara resmi, Amerika sudah memiliki 2.100 agama, sekte, aliran
> kepercayaan, kelompok spiritualitas, dan cult. Diprediksi, jumlah ini
> sekarang semakin bertambah.
>
> Edward Shils dalam "Tradition" (1981) menulis, pada sebagian masyarakat
> Amerika, agama dan spiritualitas merupakan komoditas yang perlu dicoba.
> Satu atau beberapa agama atau beberapa latihan spiritual bisa tetap
> dipakai, "if it works," tulis Edward.
> Jika tidak, orang seperti ini akan mencari kepercayaan, praktik-praktik
> keagamaan, atau spiritual lain yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya.
>
> Pendekatan instrumental seperti ini, lanjut Edward, membuat fungsi latent
> (terpendam) agama, seperti ketenangan batin dan kebahagian, menjadi fungsi
> manifest (nyata). Karena itu, semua aktivitas keagamaan dan spiritual
> harus dinilai dari bisa atau tidaknya memenuhi fungsi menenangkan batin
> dan menciptakan kebahagiaan "instant" yang langsung dirasakan oleh
> pelakunya.
>
> Sikap seperti ini melahirkan trend baru dalam beragama, yakni "membuat"
> atau "mengasembling" agama atau spiritual sendiri sesuai dengan kebutuhan.
> Caranya, dengan mencampur aduk atau menggabungkan berbagai macam ajaran,
> ritual, kepercayaan, praktik, ritus, dan latihan spiritual dari berbagai
> sumber (agama, sekte, atau cult), tanpa bergabung pada salah satu sumber
> tersebut.
>
> Bahkan, ada yang menjadi pengikut dua atau lebih agama, sekte, atau cult
> yang berbeda pada waktu yang sama, karena mereka meyakini paham pluralisme
> agama (menyamakan semua agama). Inilah yang oleh Abdul M Naharong disebut
> "agama gado-gado, "patiche spirituality", "pick and mix spirituality",
> alias "spiritualitas gado-gado". Model religiusitas ini umumnya gandrung
> dan tergabung pada spiritualitas New Age, ada juga yang menyebut New Age
> Movement (Gerakan Era Baru), atau New Agers.
>
> Ciri-Ciri Ajaran
>
> Rais Syuriyah PBNU KH Saifuddin Amsir MA, Peneliti Aliran Sesat dari LPPI
> Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, dan Peneliti INSIS Nirwan Safrin PhD di tempat
> berbeda menyatakan pada SABILI bahwa ajaran atau kepercayaan New Age
> dicomot dari berbagai macam sumber (agama, sekte, kepercayaan, atau cult),
> diramu dan diracik sesuka mereka sesuai dengan kebutuhannya.
>
> Bahkan, Abdul M Naharong menyebutkan, ajaran ketuhanan mereka ada yang
> bercorak pantheisme, yaitu Tuhan itu immanent (tetap ada) di dalam setiap
> atom dari alam semesta. Ada juga yang mirip aliran kebatinan Manunggaling
> Kawula Gusti, yaitu aku adalah Tuhan, Tuhan adalah aku. New Age juga
> mengambil ajaran karma dan reinkarnasi sebagai ajaran yang paling
> disenanginya. Ini karena, karma dan reinkarnasi menafikan atau mengingkari
> doktrin neraka dan surga serta kekekalan di dalamnya.
>
> Karenanya, dalam usaha mereka memperoleh pengalaman transformasi, yang
> bersifat mistik maupun non-mistik, misalnya penyembuhan, New Age
> menggunakan berbagai teknik atau pelatihan, seperti meditasi dalam agama
> Budha, Yoga dalam agama Hindu, latihan pernapasan dalam kelompok tarikat
> Naqshabandi, dan lainnya. Teknik ini sering dipakai secara bersamaan. Jika
> salah satunya dianggap it doesn't work karena tidak bisa memberikan hasil
> yang sesuai dengan keinginan mereka, teknik tersebut ditinggalkan dan
> beralih pada teknik lain.
>
> Dalam pandangan Nirwan Safrin, ini menunjukkan bahwa mereka selalu
> mengalami kegelisahan yang tak berujung. Padahal, kebahagiaan dan
> ketenangan bisa diraih jika orang sampai pada keyakinan. Jika orang tidak
> yakin ia tidak akan bahagia dan tenang, ia akan selalu ragu, terus mencari
> tanpa henti, seperti penganut New Age ini. Mereka terus mencari metoda
> untuk mencapai spiritualitas yang mereka dambakan. Jika tidak cocok dengan
> sebuah metoda, akan mereka tinggalkan dan berganti dengan metoda lain,
> begitu seterusnya.
>
> "Berarti mereka tidak pernah tenang dan bahagia. Sehingga, apa yang mereka
> klaim sebagai tingkat dan ketinggian spiritualitas itu tidak benar.
> Berbeda dengan Islam yang sudah jelas syariahnya dalam menggapai tingkat
> spiritualitas, tinggal kita mau menjalankannya atau tidak. Keyakinan
> berdasarkan syariah inilah yang membuat orang bahagia dan tenang. Inilah
> yang disebut keimanan. Contoh, orang beriman dan yakin bahwa Allah akan
> memberi rezeki, ia tidak akan gundah gulana jika rezeki yang diharapkan
> tak kunjung datang, karena Allah mempunyai berbagai cara dan dalam
> memberikan rezeki pada umatnya," terang lulusan S3 Pemikiran Islam Arab
> ISTAC, Malaysia ini.
>
> Ciri lain dari agama dan spiritualitas New Age adalah sifatnya yang
> experiential dan tidak dogmatis. Penganut agama dan spiritualitas
> gado-gado ini hanya menekankan aspek pengalaman dari berbagai ritus
> keagamaan dan latihan spiritual, dan tidak peduli pada dogma, aturan, tata
> cara, atau syariah yang terdapat di dalam berbagai agama.
>
> Akibatnya, agama dan spiritualitas jenis ini hampir-hampir tidak mempunyai
> aturan, tata cara, atau pedoman baku seperti yang dikenal dalam agama
> formal (organized religion). Karenanya, dalam lingkungan seperti ini, tak
> jarang agama dan spiritualitas menjadi terapi, yang hanya berfungsi untuk
> membuat orang merasa senang apapun yang mereka lakukan. Sehingga, New Age
> tidak menuntun orang berbuat berdasarkan kaidah-kaidah moral yang
> diformalkan dalam bentuk "syariah".
>
> Karenanya, penganut agama dan spiritualitas gado-gado tergolong ke dalam
> "tourist of religion", meminjam istilah Wade Roof, dalam Spiritual
> Marketplace: Baby Boomers and the Remaking of American Religion (1999).
> Mereka percaya bahwa semua agama sama benar dan baiknya, karenanya
> mengambil dan mencampur berbagai (ajaran) agama dan pelatihan spiritual
> (eklektisisme dan sinkretisme) adalah hal wajar. Inilah ujung dari ajaran
> ini, meyakini paham pluralisme agama (menyamakan semua agama).
>
> Agama Baru
>
> Rais Syuriah PBNU KH Saifuddin Amsir MA menegaskan, New Age hanyalah
> pengulangan alias lagu lama yang sudah kesekian kalinya. Mereka menyebut
> sebagai agama baru, religiusitas, atau spiritualitas, tanpa nabi, tanpa
> kitab suci, dan tanpa Tuhan, tapi mencampuradukan semua agama. Ini adalah
> agama yang dibuat oleh para filosof dengan membuat komunitas sendiri. Para
> filosof itu mengatakan, inilah agama baru dengan semboyannya God With Out
> God (Tuhan Tanpa Tuhan).
>
> Persoalannya, lanjut Guru Besar UIN Syarif Hidyatullah ini, kita tidak
> memiliki lembaga khusus yang meneliti dan menangani masalah ini, padahal
> sudah beberapa kali mereka muncul. Kemunculan mereka, didasari oleh sikap
> mereka yang menganggap paling super di dunia bagaikan "Superman". Dalam
> filsafatnya Red Neck disebutkan, adanya pemisahan antara moral budak dan
> moral iman. Selanjutnya, Neck menulis, jika ingin menjadi Tuhan maka harus
> membunuh Tuhan. "Inilah salah satu dasar kesesatan agama yang sekarang
> berganti nama menjadi New Age ini," tambahnya.
>
> Soal penyebutan New Age sebagai agama baru juga disematkan oleh Ustadz
> Hartono Ahmad Jaiz. Menurutnya, belakangan ini ada upaya mencampuradukan
> semua agama. Setelah Baha'i berkembang di California, Iran, dan Israel,
> tahun 1960-an muncul New Age, sejenis aliran kebatinan dan spiritual yang
> merupakan agama baru juga.
>
> Tapi menurut Peneliti INSIST Nirwan Safrin PhD, menyematkan New Age
> sebagai agama harus dijelaskan dalam pengertian yang tepat. Jika
> mendefinisikan agama dalam konsepsi Barat, maka New Age bisa disebut
> sebagai agama. Karena dalam konsepsi Barat, agama adalah ciptaan manusia,
> bagian dari culture (budaya), termasuk dalam ranah ilmu sosial, dan New
> Age juga termasuk dalam katagori culture karena diciptakan oleh manusia.
>
> Tapi jika kita mendefinisikan agama dalam konsep Islam sebagai ad-Din,
> lanjut Nirwan, New Age bukan agama. Pasalnya, mereka hanya mencaplok
> sebagian dari berbagai nilai, ajaran, dan syariah agama. Yang jelas agama
> tidak mungkin dibuat oleh manusia.
>
> "Konsepsi Islam jauh lebih komprehensif dari sekadar culture. Apalagi,
> Barat tidak memiliki terminologi yang pas dan tepat tentang agama. Dalam
> Bahasa Inggris disebut religius yang menjadi bagian dari culture. Makanya,
> buku agama dalam perpustakaan di Barat, masuk dalam katagori culture yang
> menjadi bagian dari Ilmu Sosial," jelasnya.
>
> Jumlah Pengikut
>
> George Barna dalam The Index of Leading Spiritual Indicators (1996)
> memperkirakan, sekitar 20% orang dewasa Amerika adalah pengikut New Agers.
> Majalah Newsweek edisi 28 November 1994 menulis jumlah pengikut New Age di
> Amerika sangat fantastis, yakni mencapai 58% dari jumlah responden dalam
> suatu survei.
>
> Russel Chandler, mantan jurnalis agama pada Los Angeles Times dalam
> "Understanding the New Age" (1988) mengklaim, 40% orang Amerika percaya
> pada panteisme (kepercayaan yang berprinsip pada all is God and God is
> all). 36% percaya pada astrologi sebagai scientific, yakni percaya
> astrologi sebagai metode peramalan masa depan (a method of foretelling the
> future). Dan, 25% percaya pada reinkarnasi.
>
> Itulah sebagian temuan angka statistik pengikut New Age di AS. Bagaimana
> di Indonesia? Wallahu'alam.
>
> (Dwi Hardianto - Telaah Utama Majalah Sabili 01/XVIII)
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
0 comments:
Post a Comment