Mba Lina, masalah "organised religion" itu kan masalah kolektif, dimana ulama (termasuk syekh puji) dianggap representatifnya. Bukan masalah pribadi syekh puji, yg dalam kasus ini dia melakukan pelanggaran kriminal, dan sesumbar di media, dan karena itu jeblos ke penjara.
Fatwa MUI memang ndak semestinya ngaruh ke hukum negara, wong bukan negara kayak saudi.
"Organised religion" di sini adalah semacam "kegagalan pasar" kenapa kita (diwakili para ulama) gagal me-mainstream-kan moral agama ke hukum negara kita? Maksud arcon kukira, itulah, justru karena "organised religion" itu yang bikin gagal. Dan mba Mei menawarkan pandangan agama sbg wilayah pribadi ketimbang "organised religion" . Diharapkan dari situ bisa menguatkan kaidah moral (etika) kita termasuk syekh puji.
Salam
Mia
-----Original Message-----
From: "wpamungk@centrin.net.id" <wpamungk@centrin.net.id>
Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Tue, 28 Dec 2010 18:31:27
To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Gerakan New Age: Bahaya Agama Gado-Gado
Nimbrung :
Sebenernya yg pokok : agama itu adalah hal yg pribadi. Hubungan manusia
dengan Tuhannya.
Jadi silaken saja mau bikin apa saja yg dirasa bisa bikin hepi dirinya
sendiri, asal tak melibatkan orang lain. Betul tidak?
Orang yg solat dengan bahasa indonesia dan membuatnya nyaman dan merasa
Alloh menerima solatnya kan gak pa-pa juga. Asal jangan di sebarluaskan
ke khalayak.
Orang2 yg kayak syeh puji kan juga banyak, untungnya mereka adalah orang2
biasa, bukan orang yg ngetop.
MUI, sepengetahuan saya kan cuma sebagai 'penengah'. Fatwa MUI gak punya
kekuatan hukum atawa agama itu kan cuma sebagai pengambil keputusan jika
ada bermacam pendapat yg terjadi di kehidupan beragama.
Mau diikuti silaken gak diikuti juga ndak pa-pa.
Salam,
l.meilany
Dalam suatu hal, ada yang gak percaya ama keputusan/fatwa insitusi
agama/organised religion/formal religion, semacam MUI tetapi ade yang
percaya. Tetep aje balik nya ke kita2 juga.
Kelakuan Syekh Puji yang sesumbar itu soal die lah. Masa MUI harus
mengeluarkan fatwa haram karena kelakuan syekh Puji yang sesumbar itu
sih? bukan karena perkara nya?
"Pelarangan nikah (=seks ?) di bawah umur" semua mungkin setuju, tinggal
batasan dibawah umurnya itu berapa sih?. Lagi2 ini akan mengacu pada
kebudayaan.
wassalam,
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, aldiy@... wrote:
>
> Mungkin maksudnya arcon perbuatan syekh puji yang melanggar hukum itu
> dibenarkan oleh MUI dan fiqh yang merepresentasikan "organised
> religion". Bahkan tanpa penyesalan sedikitpun syekh puji sesumbar di
> media, tetep saja ulama MUI nggak mengharamkan sex dan perkawinan di
> bawah umur. Kita semua setuju dengan hukum pelarangan di bawah umur
> itu, tapi nggak mampu merekonsiliasikan hukum dari "oganised religion"
> ke hukum negara, sehingga moral beragama nggak jalan, bahkan dilanggar
> oleh ulamanya sendiri.
> Salam
> Mia
> -----Original Message-----
> From: "Lina" <linadahlan@...>
> Sender: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Date: Tue, 28 Dec 2010 02:29:12
> To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
> Reply-To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Subject: [wanita-muslimah] Re: Gerakan New Age: Bahaya Agama Gado-Gado
>
> Jadi kepikiran "apakah unorganized religion tidak mampu melahirkan dan
> menghadirkan orang spt syeikh Puji?". Mungkin emang gak ya? he he
> namanya aja "unorganized". Tapi apa orang spt syeikh Puji akan tidak
> muncul kalo tidak ada "organized religion?"
>
> Jadi kepikiran "perlu enggaknya agama di organized???" sehingga agama
> gak di kotak2an sehingga agama dibiarkan menjadi pilihan pribadi masing2
> sehingga ada Islamnya masarcon, Islamnya Lina, Islamnya MAS, Islamnya
> Abdul Muiz, dan Islamnya Syeikh Puji...???
>
> salam binun,
>
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari <masarcon@> wrote:
> >
> > gue sih terang terangan gak setuju sama organized religion yang mempu
> > melahirkan dan menghadirkan orang seperti syekh puji di muka bumi.
> suka
> > cita menikah dengan anak 11 tahun dan sudah disetubuhi pula. dan
> masih koar
> > koar di media, kalau dia akan menambah istri dari usia yang lebih
> muda.
> >
> > dan mui di kota tempatnya tinggal merestuinya pulak.
> >
> > thank's god, pengadilan menjatuhkan hukuman bersalah dan beliau masuk
> > penjara.
> >
> > salam,
> > Ari
> >
> > <http://papabonbon.wordpress.com>
> >
> >
> > 2010/12/27 Yudi Yuliyadi <yudi@>
> >
> > >
> > >
> > > Gerakan New Age: Bahaya Agama Gado-Gado
> > > Rabu, 22 Desember 2010 11:38 eman Mulyatman
> > >
> > > Mereka hanya mengasembling dan mencampur aduk sebagian ajaran agama
> atau
> > > spiritual sesuai kebutuhan. Mereka juga disebut tourist of religion
> dan
> > > berujung pada paham pluralisme agama (menyamakan semua agama).
> > >
> > > Seorang warga Amerika Serikat (AS) yang berumur 26 tahun ketika
> ditanya
> > > tentang agamanya tanpa ragu menyebut sebagai Methodist, Taoist
> Native,
> > > American Quaker, Russian Orthodox, Buddhist, and Jew. Ia
> menjelaskan,
> > > sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan Methodist dan pergi ke
> gereja
> > > hampir tiap hari Ahad.
> > >
> > > Mengikuti acara keagamaan di Synagogue dengan temannya secara
> teratur.
> > > Mengikuti pertemuan Quaker di College. Dibaptis oleh gereja Orthodox
> saat
> > > berkunjung ke Rusia. Melakukan meditasi agama Budha dan
> berpartisipasi
> > > tiap bulan dalam upacara sweat lodge orang Indian.
> > >
> > > Itulah hasil studi tentang spiritualitas orang Amerika yang dikutip
> Robert
> > > Wuthnow dalam artikel berjudul "A Reasonable Role for Religion?
> Moral
> > > Practices, Civic Participation, and Market Behavior" (1998). Pada
> kutub
> > > lain, ada juga masyarakat AS yang tidak percaya lagi pada institusi
> agama
> > > formal (a growing distrust of organized religion), yang sebenarnya
> > > ditujukan pada Kristen. Ekstremnya, seperti dislogankan futurolog
> John
> > > Naisbitt dan istrinya, Patricia Aburdene, dalam Megatrend 2000:
> > > "Spirituality Yes, Organized Religion No."
> > >
> > > Jadi, ada arus penolakan terhadap agama formal sambil mencari
> spiritual
> > > baru lintas agama tanpa harus terikat dengan aturan, tata cara,
> dogma,
> > > ajaran, atau syariah agama tertentu. Menurut pengamat sosial
> keagamaan
> > > Abdul M Naharong dalam artikelnya "Agama dan Spiritualitas
> Gado-Gado"
> > > menyebutkan, gejala ini muncul sejak pemerintah AS menghapus kuota
> imigran
> > > Asia pada 1965, sehingga guru-guru spiritual dari Asia banyak
> berimigrasi
> > > ke negeri itu.
> > >
> > > Akibatnya, berpengaruh besar pada perkembangan agama, sekte, cult,
> dan
> > > aliran spiritual di AS yang berbasis lintas agama. Apalagi,
> penerjemahan
> > > kitab suci, teks esoteric, ajaran spiritualitas dari berbagai macam
> agama
> > > dan kepercayaan ke dalam bahasa Inggris juga marak. Dengan
> berkembangnya
> > > mentalitas konsumtif (consumer mentality) dan do it yourself culture
> > > masyarakat Amerika, mereka pun mempelajari sendiri sekaligus
> mempraktikkan
> > > satu, atau beberapa agama, atau ajaran spiritual secara bersamaan.
> > >
> > > Empat tahun lalu (2006) ketika pemerintah AS mengadakan sensus
> penduduk
> > > secara resmi, Amerika sudah memiliki 2.100 agama, sekte, aliran
> > > kepercayaan, kelompok spiritualitas, dan cult. Diprediksi, jumlah
> ini
> > > sekarang semakin bertambah.
> > >
> > > Edward Shils dalam "Tradition" (1981) menulis, pada sebagian
> masyarakat
> > > Amerika, agama dan spiritualitas merupakan komoditas yang perlu
> dicoba.
> > > Satu atau beberapa agama atau beberapa latihan spiritual bisa tetap
> > > dipakai, "if it works," tulis Edward.
> > > Jika tidak, orang seperti ini akan mencari kepercayaan,
> praktik-praktik
> > > keagamaan, atau spiritual lain yang diharapkan bisa memenuhi
> kebutuhannya.
> > >
> > > Pendekatan instrumental seperti ini, lanjut Edward, membuat fungsi
> latent
> > > (terpendam) agama, seperti ketenangan batin dan kebahagian, menjadi
> fungsi
> > > manifest (nyata). Karena itu, semua aktivitas keagamaan dan
> spiritual
> > > harus dinilai dari bisa atau tidaknya memenuhi fungsi menenangkan
> batin
> > > dan menciptakan kebahagiaan "instant" yang langsung dirasakan oleh
> > > pelakunya.
> > >
> > > Sikap seperti ini melahirkan trend baru dalam beragama, yakni
> "membuat"
> > > atau "mengasembling" agama atau spiritual sendiri sesuai dengan
> kebutuhan.
> > > Caranya, dengan mencampur aduk atau menggabungkan berbagai macam
> ajaran,
> > > ritual, kepercayaan, praktik, ritus, dan latihan spiritual dari
> berbagai
> > > sumber (agama, sekte, atau cult), tanpa bergabung pada salah satu
> sumber
> > > tersebut.
> > >
> > > Bahkan, ada yang menjadi pengikut dua atau lebih agama, sekte, atau
> cult
> > > yang berbeda pada waktu yang sama, karena mereka meyakini paham
> pluralisme
> > > agama (menyamakan semua agama). Inilah yang oleh Abdul M Naharong
> disebut
> > > "agama gado-gado, "patiche spirituality", "pick and mix
> spirituality",
> > > alias "spiritualitas gado-gado". Model religiusitas ini umumnya
> gandrung
> > > dan tergabung pada spiritualitas New Age, ada juga yang menyebut New
> Age
> > > Movement (Gerakan Era Baru), atau New Agers.
> > >
> > > Ciri-Ciri Ajaran
> > >
> > > Rais Syuriyah PBNU KH Saifuddin Amsir MA, Peneliti Aliran Sesat dari
> LPPI
> > > Ustadz Hartono Ahmad Jaiz, dan Peneliti INSIS Nirwan Safrin PhD di
> tempat
> > > berbeda menyatakan pada SABILI bahwa ajaran atau kepercayaan New Age
> > > dicomot dari berbagai macam sumber (agama, sekte, kepercayaan, atau
> cult),
> > > diramu dan diracik sesuka mereka sesuai dengan kebutuhannya.
> > >
> > > Bahkan, Abdul M Naharong menyebutkan, ajaran ketuhanan mereka ada
> yang
> > > bercorak pantheisme, yaitu Tuhan itu immanent (tetap ada) di dalam
> setiap
> > > atom dari alam semesta. Ada juga yang mirip aliran kebatinan
> Manunggaling
> > > Kawula Gusti, yaitu aku adalah Tuhan, Tuhan adalah aku. New Age juga
> > > mengambil ajaran karma dan reinkarnasi sebagai ajaran yang paling
> > > disenanginya. Ini karena, karma dan reinkarnasi menafikan atau
> mengingkari
> > > doktrin neraka dan surga serta kekekalan di dalamnya.
> > >
> > > Karenanya, dalam usaha mereka memperoleh pengalaman transformasi,
> yang
> > > bersifat mistik maupun non-mistik, misalnya penyembuhan, New Age
> > > menggunakan berbagai teknik atau pelatihan, seperti meditasi dalam
> agama
> > > Budha, Yoga dalam agama Hindu, latihan pernapasan dalam kelompok
> tarikat
> > > Naqshabandi, dan lainnya. Teknik ini sering dipakai secara
> bersamaan. Jika
> > > salah satunya dianggap it doesn't work karena tidak bisa memberikan
> hasil
> > > yang sesuai dengan keinginan mereka, teknik tersebut ditinggalkan
> dan
> > > beralih pada teknik lain.
> > >
> > > Dalam pandangan Nirwan Safrin, ini menunjukkan bahwa mereka selalu
> > > mengalami kegelisahan yang tak berujung. Padahal, kebahagiaan dan
> > > ketenangan bisa diraih jika orang sampai pada keyakinan. Jika orang
> tidak
> > > yakin ia tidak akan bahagia dan tenang, ia akan selalu ragu, terus
> mencari
> > > tanpa henti, seperti penganut New Age ini. Mereka terus mencari
> metoda
> > > untuk mencapai spiritualitas yang mereka dambakan. Jika tidak cocok
> dengan
> > > sebuah metoda, akan mereka tinggalkan dan berganti dengan metoda
> lain,
> > > begitu seterusnya.
> > >
> > > "Berarti mereka tidak pernah tenang dan bahagia. Sehingga, apa yang
> mereka
> > > klaim sebagai tingkat dan ketinggian spiritualitas itu tidak benar.
> > > Berbeda dengan Islam yang sudah jelas syariahnya dalam menggapai
> tingkat
> > > spiritualitas, tinggal kita mau menjalankannya atau tidak. Keyakinan
> > > berdasarkan syariah inilah yang membuat orang bahagia dan tenang.
> Inilah
> > > yang disebut keimanan. Contoh, orang beriman dan yakin bahwa Allah
> akan
> > > memberi rezeki, ia tidak akan gundah gulana jika rezeki yang
> diharapkan
> > > tak kunjung datang, karena Allah mempunyai berbagai cara dan dalam
> > > memberikan rezeki pada umatnya," terang lulusan S3 Pemikiran Islam
> Arab
> > > ISTAC, Malaysia ini.
> > >
> > > Ciri lain dari agama dan spiritualitas New Age adalah sifatnya yang
> > > experiential dan tidak dogmatis. Penganut agama dan spiritualitas
> > > gado-gado ini hanya menekankan aspek pengalaman dari berbagai ritus
> > > keagamaan dan latihan spiritual, dan tidak peduli pada dogma,
> aturan, tata
> > > cara, atau syariah yang terdapat di dalam berbagai agama.
> > >
> > > Akibatnya, agama dan spiritualitas jenis ini hampir-hampir tidak
> mempunyai
> > > aturan, tata cara, atau pedoman baku seperti yang dikenal dalam
> agama
> > > formal (organized religion). Karenanya, dalam lingkungan seperti
> ini, tak
> > > jarang agama dan spiritualitas menjadi terapi, yang hanya berfungsi
> untuk
> > > membuat orang merasa senang apapun yang mereka lakukan. Sehingga,
> New Age
> > > tidak menuntun orang berbuat berdasarkan kaidah-kaidah moral yang
> > > diformalkan dalam bentuk "syariah".
> > >
> > > Karenanya, penganut agama dan spiritualitas gado-gado tergolong ke
> dalam
> > > "tourist of religion", meminjam istilah Wade Roof, dalam Spiritual
> > > Marketplace: Baby Boomers and the Remaking of American Religion
> (1999).
> > > Mereka percaya bahwa semua agama sama benar dan baiknya, karenanya
> > > mengambil dan mencampur berbagai (ajaran) agama dan pelatihan
> spiritual
> > > (eklektisisme dan sinkretisme) adalah hal wajar. Inilah ujung dari
> ajaran
> > > ini, meyakini paham pluralisme agama (menyamakan semua agama).
> > >
> > > Agama Baru
> > >
> > > Rais Syuriah PBNU KH Saifuddin Amsir MA menegaskan, New Age hanyalah
> > > pengulangan alias lagu lama yang sudah kesekian kalinya. Mereka
> menyebut
> > > sebagai agama baru, religiusitas, atau spiritualitas, tanpa nabi,
> tanpa
> > > kitab suci, dan tanpa Tuhan, tapi mencampuradukan semua agama. Ini
> adalah
> > > agama yang dibuat oleh para filosof dengan membuat komunitas
> sendiri. Para
> > > filosof itu mengatakan, inilah agama baru dengan semboyannya God
> With Out
> > > God (Tuhan Tanpa Tuhan).
> > >
> > > Persoalannya, lanjut Guru Besar UIN Syarif Hidyatullah ini, kita
> tidak
> > > memiliki lembaga khusus yang meneliti dan menangani masalah ini,
> padahal
> > > sudah beberapa kali mereka muncul. Kemunculan mereka, didasari oleh
> sikap
> > > mereka yang menganggap paling super di dunia bagaikan "Superman".
> Dalam
> > > filsafatnya Red Neck disebutkan, adanya pemisahan antara moral budak
> dan
> > > moral iman. Selanjutnya, Neck menulis, jika ingin menjadi Tuhan maka
> harus
> > > membunuh Tuhan. "Inilah salah satu dasar kesesatan agama yang
> sekarang
> > > berganti nama menjadi New Age ini," tambahnya.
> > >
> > > Soal penyebutan New Age sebagai agama baru juga disematkan oleh
> Ustadz
> > > Hartono Ahmad Jaiz. Menurutnya, belakangan ini ada upaya
> mencampuradukan
> > > semua agama. Setelah Baha'i berkembang di California, Iran, dan
> Israel,
> > > tahun 1960-an muncul New Age, sejenis aliran kebatinan dan spiritual
> yang
> > > merupakan agama baru juga.
> > >
> > > Tapi menurut Peneliti INSIST Nirwan Safrin PhD, menyematkan New Age
> > > sebagai agama harus dijelaskan dalam pengertian yang tepat. Jika
> > > mendefinisikan agama dalam konsepsi Barat, maka New Age bisa disebut
> > > sebagai agama. Karena dalam konsepsi Barat, agama adalah ciptaan
> manusia,
> > > bagian dari culture (budaya), termasuk dalam ranah ilmu sosial, dan
> New
> > > Age juga termasuk dalam katagori culture karena diciptakan oleh
> manusia.
> > >
> > > Tapi jika kita mendefinisikan agama dalam konsep Islam sebagai
> ad-Din,
> > > lanjut Nirwan, New Age bukan agama. Pasalnya, mereka hanya mencaplok
> > > sebagian dari berbagai nilai, ajaran, dan syariah agama. Yang jelas
> agama
> > > tidak mungkin dibuat oleh manusia.
> > >
> > > "Konsepsi Islam jauh lebih komprehensif dari sekadar culture.
> Apalagi,
> > > Barat tidak memiliki terminologi yang pas dan tepat tentang agama.
> Dalam
> > > Bahasa Inggris disebut religius yang menjadi bagian dari culture.
> Makanya,
> > > buku agama dalam perpustakaan di Barat, masuk dalam katagori culture
> yang
> > > menjadi bagian dari Ilmu Sosial," jelasnya.
> > >
> > > Jumlah Pengikut
> > >
> > > George Barna dalam The Index of Leading Spiritual Indicators (1996)
> > > memperkirakan, sekitar 20% orang dewasa Amerika adalah pengikut New
> Agers.
> > > Majalah Newsweek edisi 28 November 1994 menulis jumlah pengikut New
> Age di
> > > Amerika sangat fantastis, yakni mencapai 58% dari jumlah responden
> dalam
> > > suatu survei.
> > >
> > > Russel Chandler, mantan jurnalis agama pada Los Angeles Times dalam
> > > "Understanding the New Age" (1988) mengklaim, 40% orang Amerika
> percaya
> > > pada panteisme (kepercayaan yang berprinsip pada all is God and God
> is
> > > all). 36% percaya pada astrologi sebagai scientific, yakni percaya
> > > astrologi sebagai metode peramalan masa depan (a method of
> foretelling the
> > > future). Dan, 25% percaya pada reinkarnasi.
> > >
> > > Itulah sebagian temuan angka statistik pengikut New Age di AS.
> Bagaimana
> > > di Indonesia? Wallahu'alam.
> > >
> > > (Dwi Hardianto - Telaah Utama Majalah Sabili 01/XVIII)
> > >
> > > [Non-text portions of this message have been removed]
> > >
> > >
> > >
> >
> >
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment