Mas Miftahalzaman,
Kalau menurut saya, sejak awal saya katakan bahwa bibit, bobot, dan bebet yang
kemudian ditambahkan pak Chodjim beubeut adalah tawaran filosofi jawa. Yang
namanya tawaran bukanlah harga mati, sehingga akan paradoks dengan sikap
equality (anti diskriminatif).
Bahwa diharapkan menikah yang sekufu itu adalah lebih mudah mencapai titik ideal
menurut filosofi jawa, meskipun dalam dinamika hidup rumah tangga tidak selalu
demikian, boleh jadi pasangan kaya menikah dengan pasangan miskin ternyata
langgeng, atau pasangan sehat bibitnya menikah dengan pasangan yang tidak sehat
bibitnya, ternyata ketika kumat dapat diupayakan pengobatan sampai sembuh,
sehingga pernikahannya langgeng sampai meninggal, dsb dsb. Sebaliknya bisa saja
terjadi pasangan sudah sesuai dengan prinsip bibit, bobot, bebet dan beubeut
ternyata berantakan alias cerai di tengah jalan. Inilah dinamika sosial yang
tidak selalu serba matematis.
Ada kisah menarik ketika Rasulullah menikahkan pasangan beda status yaitu zaid
bin haritsah (mantan budak) dengan wanita bangsawan yaitu zainab (yang masih
kerabat Nabi Muhammad), ternyata kedua pasangan ini tidak seiring dan sejalan,
ada saja kendala psikologis yang membuat pasangan ini tidak seiring dan sejalan,
maka karena keduanya merasa tidak cocok karena memang sejak awal tidak sekufu
akhirnya memilih solusi cerai. Ini hanya sekedar contoh real di zaman nabi.
Tidak mustahil pada zaman sekarang ada banyak pasangan yang meskipun beda status
sosial, ekonomi dan pendidik tetapi pernikahan tetap langgeng dan bahagia sampai
akhir hayat.
Jadi sekali lagi menurut saya prinsip filosofi jawa tsb adalah bukan harga mati,
hanya sebuah tawaran, kalau cocok ya syukur, kalau tidak cocok ya tidak mengapa
apabila tidak mengikuti empat prinsip tersebut apalagi sampai merasa berdosa.
Toh kedua pasangan tersebutlah yang paling tahu bagaimana menjalani komitmen dan
tekad yang akan direnda bersama-sama, termasuk memprediksi segala resiko yang
bakal ditanggung.
Wassalam
Abdul Mu'iz
________________________________
Dari: Miftaha <miftahalzaman@yahoo.com>
Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Terkirim: Sab, 26 Februari, 2011 16:50:34
Judul: Re: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Imam Homo:
'Homoseksualitas Bukan Dosa'
Jadi untuk soal cari pasangan ini sikap diskriminatif memang dibenarkan ya? Ide
bahwa semua manusia adalah sama, untuk soal yang satu ini, tidak berlaku rupanya
...
Jodoh sebaiknya yang dicari adalah yang sebanding tingkat ekonominya. Kalau
dapat yang keluarga miskin - kata Pak Chodjim - nanti ada perilaku yang tidak
diharapkan. Jadi, jangan kawin dengan orang miskin. Kalau begitu orang miskin
ini nanti kawin dengan siapa? ... Jodoh harus juga yang berbobot baik kecerdasan
maupun kecantikan. Lalu bagaimana dengan orang yang sudah bodoh, jelek lagi ...
? Belum lagi kalau miskin ... Kalau orang-orang konsisten menjalankan seperti
syarat empat itu, maka pasti ada orang yang susah kawin. Nah, kalau ini terjadi
pada laki-laki dengan libido tinggi bagaimana? ... Masa iya disuruh puasa terus?
Apa perlu dikebiri saja? ... Kalau memang syarat empat yang diskriminatif itu
dianggap Islami, maka tidak adil dong kalau orang bernasib sial (sudah bodoh,
jelek, miskin, keluarganya ada yang gila lagi) divonis dosa kalau memuaskan
libidonya dengan pelacur, misalnya. Siapa juga yang pengen nasib sial seperti
itu? Toh bukan pilihannya? ....
Ada teman yang dulu pacaran dengan calon dokter, tetapi putus di tengah jalan
karena ibu si pacar ini tidak setuju sebab teman ini seorang pegawai kecil
biasa. Nah apa ibu si pacar ini telah bersikap Islami? ... Di sebuah universitas
ada juga seorang pegawai tata usaha laki-laki yang ternyata bisa punya istri
seorang dokter. Ada famili dengan latar belakang keluarga sederhana (guru
sekolah), tetapi menikah dengan anak perempuan seorang mantan pejabat yang kaya
raya. Pernikahannya sangat megah dan mengundang orang-orang penting. Apakah
kedua contoh terakhir ini tidak Islami?
Keempat syarat seperti itu sepertinya sebuah Darwinisme sosial ya? ... Tujuannya
adalah mencari manusia unggulan. Dengan begitu kan orang-orang jelek, miskin,
bodoh, keturunan orang gila dan sebagainya, semua sampah kehidupan itu,
pelan-pelan bisa dieliminasi dari muka bumi, sehingga akhirnya hanya ada
Uebermensch. Manusia super.
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Abdul Muiz <muizof@...> wrote:
>
> Tambahan dari saya OOT ya. Bibit itu termasuk apa ada leluhurnya yang sakit
> syaraf, karena bisa menurun secera genetika, wah, kasihan dong yang sudah jatuh
>
> cinta setenga mati, ibarat tai kucing rasa coklat, kemudian dapat info calon
> pasangan ternyata punya nashab yang pernah menderita syaraf alias gila, kacien
> deh, jadi bingung jadian apa enggak ya ?? :)
>
>
>
>
> ________________________________
> Dari: chodjim <chodjim@...>
> Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Terkirim: Sab, 26 Februari, 2011 10:35:35
> Judul: Re: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Imam Homo:
> 'Homoseksualitas Bukan Dosa'
>
>
> Ini untuk menambah "pengelanturan". OOT-lah dari pertanyaan Mbak Mia. :)
> Dalam falsafah Jawa, dalam mencari jodoh haruslah memperhatikan 4 hal tetapi
> sekarang sudah minus satu seperti yang diungkapkan Mas Muiz.
>
> 1. Bibit.
> Hal ini berkaitan dengan faktor keturunan, alias nasab. Ini untuk mencari yang
> sekufu atau sebanding agar tidak terjadi perbedaan latar belakang keluarga yang
>
> mencolok.
>
> 2. Bobot.
> Hal ini berkaitan dengan kualitas individu yang akan dijadikan pasangan
> hidupnya. Tentu seorang ortu akan mencari menantu yang berbobot alias
> berkualitas. Dan, bobot mencakup kualitas kecerdasan maupun
> kecantikan/kegantengan.
>
> 3. Bebet (baca: e seperti pada te-man).
> Hal ini berkaitan dengan ekonomi. Kalau calon pasangan berasal dari keluarga
> miskin, ada kemungkinan timbul hal-hal (perilaku) yang tidak diharapkan.
>
> 4. Bebet (baca: e seperti pada teks, pen-dek).
> Hal ini berkaitan dengan lingkungan hidup (lingkungan kecil dalam rumah,
> lingkungan besar seperti adat, pergaulan, dan lainnya).
>
> Banyak konflik rumahtangga atau perceraian akibat kebiasaan-kebiasaan yang
> berbeda latar belakang lingkungan hidupnya, yang tidak bisa diatasi lagi.
>
> Dari keempat faktor itu seringkali bebet atau bebet digugurkan salah satunya.
> Padahal keempatnya penting.
>
> Wassalam,
>
> chodjim
>
> ----- Original Message -----
> From: Abdul Muiz
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Saturday, February 26, 2011 7:32 AM
> Subject: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Imam Homo:
> 'Homoseksualitas Bukan Dosa'
>
> makanya filosofi jawa menawarkan untuk mencari pendamping hidup supaya meneliti
>
> dengan cermat bibit, bobot dan bebet.
>
> ________________________________
> Dari: sunny <ambon@...>
> Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Terkirim: Sab, 26 Februari, 2011 06:47:19
> Judul: Re: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Imam Homo:
> 'Homoseksualitas Bukan Dosa'
>
> Ganguan syaraf bisa diwarisi turun temurun. Saya mempunyai teman menderita
> Alhzeimer, ternyata ayahnya juga penderita penyakit tsb.
>
> ----- Original Message -----
> From: Abdul Muiz
> To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Sent: Friday, February 25, 2011 10:28 PM
> Subject: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Imam Homo:
> 'Homoseksualitas Bukan Dosa'
>
> om sunny, analisa spekulatif apapun masih mungkin, yang jelas anak teman saya
> yang di Bandung itu dari garis ibunya memang punya leluhur yang memiliki
> kemampuan berkomunikasi dengan alam ghaib (semacam paranormal). Ibunya yang
> melahirkan juga mampu melihat makhluq asing (makhluq halus bukan kayak tepung
> lho ??).
>
> ________________________________
> Dari: sunny <ambon@...>
> Kepada: wanita-muslimah@yahoogroups.com
> Terkirim: Sab, 26 Februari, 2011 02:11:04
> Judul: Re: Bls: Bls: Bls: Bls: Bls: [wanita-muslimah] Imam Homo:
> 'Homoseksualitas Bukan Dosa'
>
> Jangan-jangan anaknya itu mempunyai gangguan syaraf seperti yang disebut
> "seasonal disorder syndrome", ini gangguan syaraf otak musiman. Orang yang
> menderita gangungan ini mendengar ada orang yang berbicara dengan dia. Jadi dia
>
> berbicara seperti berkonversasi antara dua orang, karena dia mendengar ada
> biskian suara, lalu dia jawab.
> __
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
[Non-text portions of this message have been removed]
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment