Rekayasa Ahmadiyah Cari Dukungan Musuh Islam
Oleh Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede*
\Ujian bagi Ummat, mau jadi munafiq (musuh Islam), mengaku Islam namun
membela Ahmadiyah pemalsu Islam, atau pilih tetap mu'min dengan setia
membela Islam
***
Pucuk pimpinan dan para petinggi Ahmadiyah jelas bukan orang yang innocence
atau lugu. Perhatikan saja elite-elite Ahmadiyah saat tampil di depan
publik, terkesan cerdas. Namun demikian, kecerdasan belum tentu sejalan
dengan keimanan dan belum tentu memperoleh hidayah Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Kecerdasan itu bila berada di jalan kesesatan, cenderung menjadi
licik. Salah satu wujud licik adalah berbohong. Nah, dalam hal ini
orang-orang Ahmadiyah memang jagonya, sebagaimana elite-elite aliran dan
paham sesat lainnya seperti LDII, Syi'ah dan sebagainya.
Kebohongan yang dipublikasikan petinggi Ahmadiyah sangat tinggi
kedustaannya, yaitu berkenaan dengan syahadat. Di depan publik mereka
mengaku dan mengucapkan dua kalimat syahadat persis sama dengan dua kalimat
syahadat yang biasa diucapkan umat Islam: Asyhadu An laa ilaaha ilallah wa
asyhadu anna Muhammadarasulullah.
ÃóÔúåóÏõ Ãóäú áóÇ Åáóåó ÅáøóÇ Çááøóåõ æóÃóÔúåóÏõ Ãóäøó ãõÍóãøóÏðÇ ÑóÓõæáõ
Çááøóåö
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan (yang disembah dengan haq) kecuali Allah,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Namun, sesungguhnya Muhammad yang mereka maksud dalam dua kalimat syahadat
tadi, adalah Mirza Ghulam Ahmad. Dalam sebuah buku berjudul Memperbaiki
Kesalahan yang ditulis oleh H.S. Yahya Pontoh dan diterbitkan oleh Jemaah
Ahmadiyah Bandung (1993), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Muhammad
pada syahadat mereka bukanlah Muhammad bin Abdullah yang lahir di Makkah
Al-Mukarramah, tetapi "Ahmad" alias Mirza Ghulam Ahmad yang lahir di India,
yang merupakan nabi para penganut Ahmadiyah Qadiyan.
Sekali lagi, Nama MUHAMMAD dalam syahadat tersebut menurut para
pengikut/tokoh Ahmadiyah adalah Nabi/Rasul mereka, yaitu Mirza Ghulam Ahmad
yang lahir di India, sebagaimana tercantum dalam bukuMemperbaiki
Kesalahan,karya Mirza Ghulam Ahmad, yang dialih bahasakan oleh H.S. Yahya
Pontoh, dan diterbitkan oleh Jemaah Ahmadiyah cabang Bandung, tahun 1993,
pada halaman 5 tertulis:
ãõÍóãøóÏñ ÑóÓõæáõ Çááøóåö æóÇáøóÐöíäó ãóÚóåõ ÃóÔöÏøóÇÁõ Úóáóì ÇáúßõÝøóÇÑö
ÑõÍóãóÇÁõ Èóíúäóåõãú
"Dalam wahyu ini Allah SWT menyebutku Muhammad dan
Rasul_"(KitabTadzkirahhalaman 97).
Itulah dusta dan liciknya Ahmadiyah: ayat yang jelas-jelas mengenai Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, namun diputar balikkan menjadiAllah
SWT menyebutku(maksudnya Mirza Ghulam Ahmad sebagai)Muhammad dan Rasul.
Apa yang disebut wahyu dalam kitab Ahmadiyah yakni Tafzkirah lalu lafal
Muhammad diselewengkan maksudnya menjadi Mirza Ghulam Ahmad itu sejatinya
adalah ayat Al-Qur'an. Inilah ayat yang dibajak Ahmadiyah, kemudian
dipalsukan maknanya, lalu digunakan untuk menjelaskan bahwa syahadat
Ahmadiyah sama dengan syahadat Islam namun maknanya beda:
ãõÍóãøóÏñ ÑóÓõæáõ Çááøóåö æóÇáøóÐöíäó ãóÚóåõ ÃóÔöÏøóÇÁõ Úóáóì ÇáúßõÝøóÇÑö
ÑõÍóãóÇÁõ Èóíúäóåõãú [ÇáÝÊÍ/29]
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka. (QS Al-Fath/ 48: 29).
Lafal Muhammad di situ tidak dapat dibajak-bajak apalagi dipalsu menjadi
Mirza Ghulam Ahmad, karena berkaitan pula dengan pujian terhadap
sahabat-sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya
ditunjukkan dengan pujian Allah terhadap mereka:
áóÞóÏú ÑóÖöíó Çááøóåõ Úóäö ÇáúãõÄúãöäöíäó ÅöÐú íõÈóÇíöÚõæäóßó ÊóÍúÊó
ÇáÔøóÌóÑóÉö ÝóÚóáöãó ãóÇ Ýöí ÞõáõæÈöåöãú ÝóÃóäúÒóáó ÇáÓøóßöíäóÉó Úóáóíúåöãú
æóÃóËóÇÈóåõãú ÝóÊúÍðÇ ÞóÑöíÈðÇ [ÇáÝÊÍ/18]
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka
berjanji setia kepadamu di bawah pohon[1399], maka Allah mengetahui apa yang
ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)[1400]. (QS
Al-Fath/48: 18)[1399]. Lihat no. [1396]. [1396].
Pada bulan Zulkaidah tahun keenam Hijriyyah Nabi Muhammad s.a.w. beserta
pengikut-pengikutnya hendak mengunjungi Mekkah untuk melakukan 'umrah dan
melihat keluarga-keluarga mereka yang telah lama ditinggalkan.
Sesampai di Hudaibiyah beliau berhenti dan mengutus Utsman bin Affan lebih
dahulu ke Mekah untuk menyampaikan maksud kedatangan beliau dan kamu
muslimin. Mereka menanti-nanti kembalinya Utsman, tetapi tidak juga datang
karena Utsman ditahan oleh kaum musyrikin kemudian tersiar lagi kabar bahwa
Utsman telah dibunuh. Karena itu Nabi menganjurkan agar kamu muslimin
melakukan bai'ah (janji setia) kepada beliau.
Merekapun mengadakan janji setia kepada Nabi dan mereka akan memerangi kamu
Quraisy bersama Nabi sampai kemenangan tercapai. Perjanjian setia ini telah
diridhai Allah sebagaimana tersebut dalam ayat 18 surat ini, karena itu
disebut Bai'atur Ridwan.
Bai'atur Ridwan ini menggetarkan kaum musyrikin, sehingga mereka melepaskan
Utsman dan mengirim utusan untuk mengadakan perjanjian damai dengan kaum
muslimin. Perjanjian ini terkenal dengan Shulhul Hudaibiyah.
[1400]. Yang dimaksud dengan kemenangan yang dekat ialah kemenangan kaum
muslimin pada perang Khaibar.
Jelaslah dari dua ayat (QS Al-Fath 29 dan Al-Fath: 18) itu lafal Muhammad
hanyalah khusus untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yakni bin
Abdullah lahir di Makkah yang kemudian para sahabatnya berbai'at di bawah
pohon, lalu mengadakan perjanjian Hudaibiyah dengan kafirin Quraisy.
Ketika ada yang disebut wahyu dari Allah mengklaim ayat itu lalu makna
Muhammad adalah Mirza Ghulam Ahmad itu jelas dusta. Namun dusta itu justru
untuk mendustai pula, yakni bunyi syahadatnya sama dengan syahadat Islam
namun maknanya beda. Ini dusta atas nama Allah membuahkan dusta atas nama
syahadat. Betapa beraninya mereka dalam berdusta.
Demikian di antara bukti tingginya sikap licik dan dusta Ahmadiyah.
***
Pasca penyerangan markas Ahmadiyah di Parung, Bogor, Juni 2005, Abdul Basith
(Amir Nasional Pengurus Besar Jamaah Ahmadiyah Indonesia), ketika
diwawancarai Metro TV selalu menyebut nama Mirza Ghulam Ahmad dengan
tambahan Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagaimana umat Islam menyebut Nabi
Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini menjadi salah satu
bukti, bahwa pengikut Ahmadiyah menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi
sebagaimana Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Namun, mereka menyembunyikan akidah sesatnya melalui mekanisme pertahanan
diri taqiyyah sebagaimana juga berlaku di kalangan LDII, Syi'ah (termasuk
Ahlul Bait) dan sebagainya.
Meski menyebut Mirza Ghulam Ahmad lengkap dengan sebutan Shallallahu Alaihi
wa Sallam, namun Abdul Basith dalam rangka taqiyyah kala itu menyebut Mirza
Ghulam Ahmad "hanya" sebagai mursyid. Menurut salah seorang aktivis
Ahmadiyah Lahore, gara-gara ucapannya itu Abdul Basith sempat dimarahi oleh
pimpinan pusatnya di London: "Mirza Ghulam Ahmad itu nabi!" Begitu mereka
memarahi Abdul Basith Amir Nasional Pengurus Besar Jamaah Ahmadiyah
Indonesia.
Di TVONE (edisi 18 Februari 2011), ketika berada dalam satu forum dengan
Amin Djamaluddin dari LPPI dan Ali Mustafa Ya'qub (mantan Wakil Ketua Komisi
Fatwa MUI), salah satu jurubicara Ahmadiyah berusaha meyakinkan khalayak
bahwa Ghulam pada nama tengah Mirza Ghulam Ahmad berarti budak. Maksudnya,
Mirza Ghulam Ahmad itu budaknya si Ahmad, dan Ahmad yang dimaksud adalah
Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ini juga sesat.
Dengan kekuatan akal liciknya, mereka berusaha meyakinkan bahwa Mirza Ghulam
Ahmad "hanya" budak Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bukan Muhammad
itu sendiri, dengan cara-cara yang berlebihan, "bahasa pasaran" sekarang
lebay (berlebihan, dilebih-lebihkan), bahkan sesat menyesatkan. Karena,
tidak ada bukti sejarah bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu budak Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam. Budak adalah orang kafir yang berperang
melawan Muslimin lalu tertawan, maka jadi budak, dan boleh memerdekakan diri
dengan cara menebus.
Merekayasa Simpati
Upaya-upaya bohong di atas adalah bagian dari cara kelompok Ahmadiyah
merekayasa simpati, tentunya dalam rangka memperoleh dukungan. Begitu juga
ketika berhadapan dengan para wakil rakyat (anggota DPR RI) yang terhormat,
mereka berusaha menarik simpati khalayak dengan mengklaim bahwa WR Supratman
(1903-1938) pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya adalah pengikut
Ahmadiyah. Rasanya, pengakuan sepihak kalangan Ahmadiyah itu masih perlu
dikonfirmasi kepada pihak keluarga besar WR Supratman. Benarkah demikian?
Lagi pula, tidak disebutkan secara jelas, apakah WR Supratman pernah menjadi
bagian dari komunitas Ahmadiyah Qadian atau Ahmadiyah Lahore? Yang jelas,
bagi Ahmadiyah Qadian (JAI, Jemaat Ahmadiyah Indonesia), siapa saja yang
tidak mengakui kenabian Mirza Ghulam Ahmad adalah kafir. Termasuk Ahmadiyah
Lahore (GAI, Gerakan Ahmadiyah Indonesia), yang "hanya" menjadikan Mirza
Ghulam Ahmad sebagai mujaddid (pembaharu) juga dinyatakan kafir. Padahal
sama-sama memalsu Islam pula. (Lihat artikel Hartono Ahmad Jaiz, Ahmadiyah
Qodyan dan Ahmadiyah Lahore sama-sama Pemalsu Islam). Kalau toh benar WR
Supratman pengikut Ahmadiyah, tidak ada pengaruhnya dengan fakta kesesatan
Ahmadiyah (Qadian maupun Lahore).
Pada tahun 1926, Haji Rasul yang merupakan ayahanda Buya HAMKA dari Sumatera
Barat berangkat ke Yogyakarta, mendatangi tokoh-tokoh Muhammadiyah saat itu
untuk memberi pencerahan soal kesesatan Ahmadiyah Qadiyan dan Lahore.
Karena, saat itu salah satu aktivis Muhammadiyah, Raden Ngabehi Hadji
Minhadjurrahman Djojosoegito, terinfeksi Ahmadiyah Lahore. Upaya Haji Rasul
ternyata mampu menyadarkan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Kemudian di tahun 1929,
pada Muktamar Muhammadiyah 18 di Solo, dikeluarkan pernyataan: orang yang
percaya akan Nabi sesudah Muhammad adalah kafir. Maka, Raden Ngabehi Hadji
Minhadjurrahman Djojosoegito pun tercerabut dari Muhamadiyah. Sebagai
catatan tambahan, Raden Ngabehi Hadji Minhadjurrahman Djojosoegito merupakan
saudara sepupu Hasyim Asy'ari (1871-1947) salah seorang pendiri NU
(Nahdlatul Ulama).
Jadi, sudah sejak awal kehadirannya di Indonesia, Ahmadiyah (Qadian dan
Lahore) sudah ditolak umat Islam, bukan baru kemaren sore, ketika Fatwa MUI
tentang kesesatan Ahmadiyah dirilis ke hadapan publik pada Juni 1980 (Rajab
1400 H), dalam Musyawarah Nasional II MUI di Jakarta.
Menurut catatan Setara Institute, aksi kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah
terjadi hampir setiap tahun. Misalnya pada tahun 2007 terjadi 15 kasus, pada
tahun 2008 sebanyak 238 kasus, pada 2009 ada 33 kasus. Kalau data itu benar,
penyebabnya bukan Fatwa MUI yang sudah dirilis sejak 1980. Abdul Basith
sendiri mengakui, sejak Fatwa 1980 itu diterbitkan, tidak ada aksi kekerasan
terhadap Ahmadiyah. Begitu juga di masa pra kemerdekaan, 1933, ketika
Ahmadiyah "berdialog" dengan kalangan Persis, tidak menghasilkan kekerasan.
Abdul Basith dan laron-laron AKKBB menuding Fatwa MUI 2005 menjadi pemicu
tindak kekerasan terhadap Ahmadiyah, setidaknya sejak 2007 sebagaimana
disebutkan di atas. Data tersebut jelas tidak akurat. Karena, kekerasan
terhadap Ahmadiyah sudah berlangsung sejak tahun 2000 di masa Presiden
Abdurrahman Wahid, dan Ketua MPR dijabat Amien Rais. Pemicunya, ucapan Tahir
Ahmad yang sesumbar akan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pengikut
Ahmadiyah terbesar di dunia.
Sesumbar itu diucapkan Tahir Ahmad (Khalifah Ke-4 Ahmadiyah) ketika ia
dihadirkan ke Jakarta oleh Dawam Rahardjo. Pantas saja Tahir Ahmad mangkak
(berbangga) karena ia diperlakukan bagai tamu negara oleh Dawam Rahardjo:
dibawa menghadap Presiden Abdurahman Wahid dan Ketua MPR RI Amien Rais yang
hingga kini masih belum bertobat dari membela Ahmadiyah yang sesat dan
menyesatkan itu.
Dalam bilangan hari, kekerasan terhadap pemukiman Ahmadiyah terjadi. Namun
tidak diberitakan secara intensif oleh media massa, dan tidak banyak menuai
komentar dari para pendukungnya, karena laron-laron itu belum
mengorganisasikan diri ke dalam wadah cair bernama AKKBB. Mungkin karena
dananya belum turun dari London. Jangan juga heran bila AKKBB dirilis ke
publik sekitar Juni 2008, mungkin untuk mengenang satu windu kehadiran Tahir
Ahmad.
Kenapa dikaitkan dengan dana?
Ya, karena penulis pernah bertanya langsung di kompleks Ahmadiyah di Parung
Bogor kepada petugas waktu Tahir Ahmad datang ke kompleks itu. Pertanyaan
yang kami ajukan: Dari mana dananya, Dawam Rahardjo kok datang ke London
untuk mengundang Tahir Ahmad ke Indonesia?
Dijawab, dari Ahmadiyah.
Ahmadiyah dananya dari mana?
Dari jemaat Ahmadiyah. Tiap anggota ditarik dana seperenambelas (dari
penghasilannya) perbulan.
Pembaca yang kami hormati, dalam kasus semacam ini, kadang orang non Islam
pun kurang mampu untuk memahami tingkah polah di antara tokoh-tokoh yang
mengaku Islam namun membela yang memalsu Islam dan yang sesat-sesat.
Sampai-sampai ketika Dawam Rahardjo jadi pembicara di depan para aktivis
gereja di Balai Sarbini di Semanggi Jakarta beberapa tahun lalu, ada yang
bertanya setelah selesainya pemaparan Dawam.
Pertanyaannya: Lantas, kalau begitu, apa yang telah Pak Dawam lakukan?
Dawam Rahardjo kurang lebihnya menjawab, bahwa dirinya dalam keadaan
sakit-sakit panas-panas mendemo Menteri Agama untuk membela Lia Eden dan
Ahmadiyah.
Jadi, membela kesesatan yang amat sangat sesat itu justru
dibangga-banggakan… Sementara itu orang yang dipameri pun belum tentu senang
dengan apa yang dipamerkan itu. Murka Allah Ta'ala sudah jelas, sedang
kecintaan manusia yang mau dikais-kaisnya belum tentu didapat. Betapa
ruginya.
***
Kasus Cikeusik
Dalam konteks ini, kasus Cikeusik, Pandeglang, pada 6 Februari 2011 lalu,
diduga merupakan rekayasa Ahmadiyah untuk menarik simpati masyarakat luas,
bahkan dunia internasional. Suparman tokoh Ahmadiyah Cikeusik tidak menolak
ketika aparat keamanan mengevakuasi dirinya sekeluarga untuk menghindari
kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun Deden Sujana, yang mengaku sebagai kepala kemananan nasional
Ahmadiyah, dengan dalih menjaga aset Ahmadiyah di Cikeusik, pasca
dievakuasinya Suparman, justru menolak tawaran aparat untuk meninggalkan
lokasi meski sudah disampaikan adanya kemungkinan penyerbuan dari warga
masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit. Deden ketika itu seperti menantang
mengatakan: "Lepasin saja. Biar saja kita bentrok, biar seru. Kan asyik Pak.
Masa kita diginiin diem saja Pak. Biar banjir darah di sini."
Akhirnya bentrokan terjadi. Pemicunya, karena pihak Ahmadiyah memulainya.
Deden meninju bagian muka salah seorang pentolan penyerang berpita biru.
Kemudian diiringi dengan lemparan batu dan benda-benda lainnya. Sebelumnya,
ajakan Suparta untuk berdialog dibalas dengan sabetan clurit, sehingga
Suparta harus dirawat di rumah sakit dengan sejumlah jahitan.
Kekerasan yang dilakukan pihak Ahmadiyah terhadap Suparta membuahkan
kekerasan yang lebih keras lagi. Ujang, adik Suparta tidak tinggal diam
kakaknya jadi korban kekerasan Ahmadiyah. Ia dan sejumlah temannya melakukan
aksi balasan. Maka, terjadilah kasus 6 Februari 2011, dengan menghasilkan
tiga korban nyawa melayang dari pihak Ahmadiyah.
Boleh jadi, bagi Ahmadiyah, pengorbanan tiga nyawa anggota mereka sangat
sebanding dengan hasil yang diraihnya yaitu simpati masyarakat luas hingga
manca negara. Apalagi, pihak Ahmadiyah sudah mempersiapkan diri dengan
sistem pendokumentasian video yang cukup terlatih. Apalagi ada dukungan dari
Andreas Harsono dari HRW (Human Right Watch) yang mengunggah (upload) file
digital kasus kekerasan itu ke media publik You Tube, terutama bagian-bagian
yang menguntungkan Ahmadiyah.
Dalam tempo singkat, umat Islam jadi tertuduh. Sementara itu, Ahmadiyah yang
sesat dan menyesatkan ini –atas rekayasa licik tersebut-- berada dalam
posisi yang patut dikasihani, karena telah menjadi korban kekerasan Islam
garis keras. Maka, laron-laron AKKBB pun beterbangan menyampaikan opini yang
ngawur dan tendensius.
Bila boleh berandai-andai, seandainya Suparta tidak dibacok oleh pihak
Ahmadiyah, boleh jadi kekerasan tidak timbul sebegitu. Tapi, kemungkinan
pengorbanan itu sudah diperkirakan pihak Ahmadiyah. Bagi mereka, itu
merupakan bentuk kongkrit "jihad" membela agamanya, keyakinannya terhadap
nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad sang pendusta. Mereka merasa mati syahid.
Padahal, tidak ada mati syahid dalam membela kesesatan, dalam membela nabi
palsu.
Kasus Cikeusik rupanya telah dijadikan semacam inspiring moment bagi
sebagian kalangan. Misalnya, kalangan syi'ah. Kasus penyerangan Pesantren
Yapi, Pasuruan, Jawa Timur salah satu wujud kongkritnya. Menurut Munir
Shohih Sekretaris Ahlussunah wal Jama'ah (Aswaja), ketika sekitar seratus
jamaah Aswaja usai menghadiri undangan maulud Nabi di Singosari, mereka
melintas di depan Pesantren Yapi. Tiba-tiba iring-iringan jama'ah Aswaja ini
dilempari batu yang berasal dari dalam Pesantren Yapi. Maka terjadilah aksi
balasan.
Aksi balasan ini menjadi kian berwujud anarkis ketika satpam pada Pesantren
Yapi justru membuka pintu gerbang sambil menantang: "Ayo masuk kalau
berani." Maka, para jamaah Aswaja ini pun terprovokasi, dan masuk menyerbu
kawasan pesantren Yapi yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan
berpaham syi'ah. (Baca artikel Syi'ah memusuhi Islam di nahimunkar.com.
ternyata syi'ah itu lebih kejam terhadap Islam dibanding orang kafir
sekalipun).
Sikap satpam pesantren Yapi yang membuka pintu gerbang dan "mempersilakan"
jamaah Aswaja masuk, seolah-olah membuka peluang selebar-lebarnya untuk
terjadinya aksi balasan yang tidak sekedar adu mulut. Dan kenyatannya,
itulah yang terjadi. Maka, simpati pun mengalir, meski tidak sederas simpati
yang mengalir kepada pihak Ahmadiyah pasca kasus Cikeusik. Yang jelas, umat
Islam kembali jadi tertuduh. Sekelompok organisasi dikambinghitamkan bahkan
diancam untuk dibubarkan.
Pola serupa juga terjadi pada kasus 1 Juni 2008, ketika iring-iringan massa
AKKBB merubah rute yang telah disepakati dengan aparat kepolisian. Karena
merubah rute, maka iring-iringan massa AKKBB ini berpapasan dengan
iring-iringan massa Laskar Islam yang salah satu pimpinannya Munarman.
Ketika itu massa AKKBB juga ingin menempati kawasan Monas yang sejak awal
sudah disepakati digunakan oleh massa Laskar Islam. Terjadilah bentrokan,
Ketika bentrokan terjadi, Saidiman (korlap AKKBB) mengeluarkan sumpah
serapah berupa: "Dasar binatang-binatang. Islam anjing, orang Islam anjing…"
Kekerasan verbal yang diproduksi Saidiman menghasilkan balasan berupa
kekerasan fisik. Dan tentu saja yang menarik perhatian media massa adalah
meliput dan memblow-up kekerasan fisik yang dilakukan massa Laskar Islam.
Penyebab utamanya sama sekali tidak menarik untuk diungkap atau sekedar
disinggung. Begitulah watak media nasional kita yang minus pertimbangan
moral di dalam menentukan angle berita.
Dalam tempo singkat, umat Islam jadi tertuduh. Pendukung kesesatan berada
dalam posisi yang teraniaya dan patut didukung. Manipulasi opini seperti ini
ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu bisa menghasilkan kebakaran.
Merekayasa simpati dalam rangka meraih dukungan yang luas, juga menjadi
semacam modus operandi bagi seseorang yang berhajat menduduki kursi number
one di Indonesia. Ketika musim pemilu sudah kian dekat, ia memposisikan diri
sebagai sosok yang teraniaya, terdzalimi secara politis. Pancingannya
berhasil ketika salah seorang tokoh partai membalas sikapnya dengan ejekan
"seperti anak kecil". Maka, simpati pun mengalir. Hasilnya, ia mendapat
dukungan suara terbanyak di antara kandidat pemimpin nasional kala itu.
Hingga kini.
Rupa-rupanya, begitulah cara Ahmadiyah, Syi'ah dan para pendukung kesesatan
(AKKBB) meraih dukungan. Yaitu, dengan cara merekayasa simpati, menjadikan
diri sendiri sebagai korban kedzaliman yang teraniaya sembari menempatkan
orang lain pada posisi yang beringas dan tidak toleran, sehingga layak
dibubarkan atau dienyahkan. Namun, AllahTa'ala ora sare (tidak tidur). Becik
ketitik, olo ketoro. (Perbuatan baik akan tampak, dan perbuatan jelek akan
tampak pula).
Kalau di dunia ini mereka masih bisa tertawa-tawa dengan rekayasa yang
mereka lakukan untuk mengusung dan membela kesesatan, maka rekayasa itu
siksanya kelak tidak akan menimpa kecuali pada pembuat dan pelakunya.
æóáóÇ íóÍöíÞõ ÇáúãóßúÑõ ÇáÓøóíøöÆõ ÅöáøóÇ ÈöÃóåúáöåö [ÝÇØÑ/43]
Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya
sendiri. (QS Fathir/ 35: 43).
Ýóãóäú äóßóËó ÝóÅöäøóãóÇ íóäúßõËõ Úóáóì äóÝúÓöåö æóãóäú ÃóæúÝóì ÈöãóÇ
ÚóÇåóÏó Úóáóíúåõ Çááøóåó ÝóÓóíõÄúÊöíåö ÃóÌúÑðÇ ÚóÙöíãðÇ [ÇáÝÊÍ/10]
"…maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji
itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada
Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar." (QS Al-Fath/ 48: 10).
Dalam hal mengingkari janji, syahadat saja oleh Ahmadiyah diingkari dan
dipalsu, maka balasan siksa tentu akan menimpa mereka di akherat kelak.
Demikian pula para pendukungnya, dan siapa saja yang dhalim, tentu
kejahatannya itu akan menimpa mereka sendiri siksanya.
íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ ÅöäøóãóÇ ÈóÛúíõßõãú Úóáóì ÃóäúÝõÓößõãú ãóÊóÇÚó
ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ Ëõãøó ÅöáóíúäóÇ ãóÑúÌöÚõßõãú ÝóäõäóÈøöÆõßõãú ÈöãóÇ
ßõäúÊõãú ÊóÚúãóáõæäó [íæäÓ/23]
Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri;
(hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada
Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (QS Yunus/ 10: 23).
Kalau toh mereka mendapatkan sedikit kesenangan duniawi dengan tipuan-tipuan
ataupun dukungan terhadp kesesatan-kesesatan, maka itu hanyalah keni'matan
duniawi yang sedikit. Sedang di akherat kelak akan menerima balasan apa yang
mereka perbuat yang menyakitkan Ummat Islam, memalsu, menyesatkan,
mengusungnya ataupun mendukungnya.
Jabatan ataupun harta yang diperoleh di dunia ini tidak seberapa dibanding
siksa yang akan mereka derita kelak. Demikian pula simpati semu yang mereka
raih dengan aneka rekayasa sekarang ini tidak seberapa dibanding siksa yang
amat kerasnya di akherat kelak. Maka hendaknya mereka sadar, bertaubat, dan
meninggalkan semua dusta dan kepalsuan yang memusuhi dan menghalangi Islam
itu, sebelum waktu untuk bartaubat habis ketika sakaratul maut nyawa telah
di tenggorokan, dan siksa yang sangat dahsyat pun sudah di depan mata.
Kerugian besar
Rekayasa Ahmadiyah mencari simpati itu hanyalah menambah kerugian besar.
1. Mengukuhkan dan melestarikan penyembahan terhadap Mirza Ghulam Ahmad.
Karena syahadat yang mereka palsu maknanya itu diambil dari kitab Ahmadiyah,
Tadzkirah. Sedang Tadzkirah itu memuat apa yang mereka sebut wahyu dari
Allah namun isinya menuhankan Mirza Ghulam Ahmad. Yaitu Mirza Ghulam Ahmad
mengaku bahwa Allah itu berasal dari Mirza Ghulam Ahmad
ÇóäúÊó ãöäøöìú æóÇóäÇó ãöäúßó
Kamu berasal dari-Ku dan Aku darimu.(Tadzkirah, halaman 436).
2. Pengakuan bahwa Tuhan itu dari diri Mirza Ghulam Ahmad adalah seperti
pengakuan Fir'aun yang mengaku dirinya Tuhan yang Maha Tinggi. Dan itu
mengakibatkan adzab di dunia maupun di akherat:
åóáú ÃóÊóÇßó ÍóÏöíËõ ãõæÓóì (15)
ÅöÐú äóÇÏóÇåõ ÑóÈøõåõ ÈöÇáúæóÇÏö ÇáúãõÞóÏøóÓö Øõæðì (16) ÇÐúåóÈú Åöáóì
ÝöÑúÚóæúäó Åöäøóåõ ØóÛóì (17) ÝóÞõáú åóáú áóßó Åöáóì Ãóäú ÊóÒóßøóì (18)
æóÃóåúÏöíóßó Åöáóì ÑóÈøößó ÝóÊóÎúÔóì (19) ÝóÃóÑóÇåõ ÇáúÂóíóÉó ÇáúßõÈúÑóì
(20) ÝóßóÐøóÈó æóÚóÕóì (21) Ëõãøó ÃóÏúÈóÑó íóÓúÚóì (22) ÝóÍóÔóÑó ÝóäóÇÏóì
(23) ÝóÞóÇáó ÃóäóÇ ÑóÈøõßõãõ ÇáúÃóÚúáóì (24) ÝóÃóÎóÐóåõ Çááøóåõ äóßóÇáó
ÇáúÂóÎöÑóÉö æóÇáúÃõæáóì (25) Åöäøó Ýöí Ðóáößó áóÚöÈúÑóÉð áöãóäú íóÎúÔóì
[ÇáäÇÒÚÇÊ/15-26]
15. Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa.
16. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa;
17. "Pergilah kamu kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,
18. dan katakanlah (kepada Fir'aun): "Adakah keinginan bagimu untuk
membersihkan diri (dari kesesatan)."
19. Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut
kepada-Nya?"
20. Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
21. Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai.
22. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa).
23. Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil
kaumnya
24. (Seraya) berkata:"Akulah tuhanmu yang paling tinggi."
25. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.
26. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang
takut (kepada Tuhannya). (QS An-Nazi'at/79: 15-26).
3. Adzab di akherat mengepung pemimpin yang mengaku dirinya Tuhan dan
pengikutnya.
3. æóÍóÇÞó ÈöÂóáö ÝöÑúÚóæúäó ÓõæÁõ ÇáúÚóÐóÇÈö (45) ÇáäøóÇÑõ íõÚúÑóÖõæäó
ÚóáóíúåóÇ ÛõÏõæøðÇ æóÚóÔöíøðÇ æóíóæúãó ÊóÞõæãõ ÇáÓøóÇÚóÉõ ÃóÏúÎöáõæÇ Âóáó
ÝöÑúÚóæúäó ÃóÔóÏøó ÇáúÚóÐóÇÈö (46) æóÅöÐú íóÊóÍóÇÌøõæäó Ýöí ÇáäøóÇÑö
ÝóíóÞõæáõ ÇáÖøõÚóÝóÇÁõ áöáøóÐöíäó ÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ÅöäøóÇ ßõäøóÇ áóßõãú ÊóÈóÚðÇ
Ýóåóáú ÃóäúÊõãú ãõÛúäõæäó ÚóäøóÇ äóÕöíÈðÇ ãöäó ÇáäøóÇÑö (47) ÞóÇáó ÇáøóÐöíäó
ÇÓúÊóßúÈóÑõæÇ ÅöäøóÇ ßõáøñ ÝöíåóÇ Åöäøó Çááøóåó ÞóÏú Íóßóãó Èóíúäó
ÇáúÚöÈóÇÏö [ÛÇÝÑ/45-48]
"…dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.
46. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang[1324], dan pada
hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir'aun
dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras."
[1324]. Maksudnya: dinampakkan kepada mereka neraka pagi dan petang sebelum
hari berbangkit.
47. Dan (ingatlah), ketika mereka berbantah-bantah dalam neraka, maka
orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri:
"Sesungguhnya kami adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu
menghindarkan dari kami sebahagian azab api neraka?"
48. Orang-orang yang menyombongkan diri menjawab: "Sesungguhnya kita semua
sama-sama dalam neraka karena sesungguhnya Allah telah menetapkan keputusan
antara hamba-hamba-(Nya)." (QS Mu'min/ Ghafir/ 40:45-48).
Kerugian besar bagi pendukung dan pembela Ahmadiyah
1. Para pendukung dan pembela Ahmadiyah sangat rugi besar, karena berarti
mereka sadar atau tidak sejatinya sama dengan mengiklankan diri bahwa diri
mereka adalah sangat sesat sebagaimana Ahmadiyah yang mereka dukung.
Ketika mereka (pentolan-pentolan NU, LSM, Liberal, sepilis –sekuleris,
pluralis agama dan liberalis, sebagian pejabat-pejabat, AKKBB dan kaum
munafiqin) tadinya saat belum mendukung Ahmadiyah, mereka masih belum tampak
secara jelas kesesatannya. Namun begitu mereka membela Ahmadiyah, maka
jelaslah kesesatan mereka. Hingga orang awam pun (bila teguh Islamnya) maka
faham betul bahwa ternyata mereka sesat.
2. Upah yang mereka terima di dunia ini, atau kedudukan yang mereka
pertahankan, sama sekali tidak sebanding dengan dahsyatnya ancaman neraka
kelak di Akherat. Karena sebagai pendukung kesesatan apalagi nabi palsu
seperti Ahmadiyah itu, pendukungnya sangat diancam keras.
Mengenai pembela nabi palsu (terkena juga bagi orang yang membela pengikut
nabi palsu, seperti membela Ahmadiyah hakekatnya membela nabi palsu pula),
dalam Musnad Al-Humaidi diriwayatkan:
3. - ÍóÏøóËóäóÇ ÇáúÍõãóíúÏöìøõ ÞóÇáó ÍóÏøóËóäóÇ ÓõÝúíóÇäõ ÞóÇáó ÍóÏøóËóäóÇ
ÚöãúÑóÇäõ Èúäõ ÙóÈúíóÇäó Úóäú ÑóÌõáò ãöäú Èóäöì ÍóäöíÝóÉó Ãóäøóåõ ÓóãöÚóåõ
íóÞõæáõ ÞóÇáó áöì ÃóÈõæ åõÑóíúÑóÉó : ÃóÊóÚúÑöÝõ ÑóÌøóÇáÇð¿ ÞõáúÊõ : äóÚóãú.
ÞóÇáó : ÝóÅöäøöì ÓóãöÚúÊõ ÑóÓõæáó Çááøóåö -Õáì Çááå Úáíå æÓáã- íóÞõæáõ :«
ÖöÑúÓõåõ Ýöì ÇáäøóÇÑö ÃóÚúÙóãõ ãöäú ÃõÍõÏò ». ÝóßóÇäó ÃóÓúáóãó Ëõãøó
ÇÑúÊóÏøó æóáóÍöÞó ÈöãõÓóíúáöãóÉó.)ãÓäÏ ÇáÍãíÏí - ãßäÒ - (3 / 409)(
Dari Imran bin Dhabyan dari seorang dari Bani Hanifah (suku yang ada nabi
palsunya, Musailimah Al-Kadzdzab) bahwa ia mendengarnya, dia berkata, Abu
Hurairah berkata kepadaku: Kenalkah kamu (seorang bernama) Rajjal? Aku
jawab: ya. Dia (Abu Hurairah) berkata: Sesungguhnya aku telah mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Gigi gerahamnya
(Ar-Rajjal) di dalam neraka lebih besar daripada Gunung Uhud". Dia dulunya
masuk Islam kemudian murtad dan bergabung dengan Musailimah (Nabi palsu).
(Musnad Al-Humaidi).
Para pembela nabi palsu diancam siksa neraka sangat dahsyat. Termasuk para
pembela Ahmadiyah pada hakekatnya adalah pembela nabi palsu, karena
Ahmadiyah adalah pengikut nabi palsu Mirza Ghulam Ahmad.
Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia
berkata, "Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang,
di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,
4. ÅäÝíßã áÑÌáÇ ÖöÑúÓõåõ Ýöì ÇáäøóÇÑö ÃóÚúÙóãõ ãöäú ÃõÍõÏò
"Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka
lebih besar dari Gunung Uhud."
Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah
wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi
orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar
mengikuti Musailimah dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah
Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailimah." Hal
ini diriwayatkan oleh Ibnu Is-haq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra. (Lihat
Ibnu Katsir,Al-Bidayah wan-Nihayah, dalam bahasan nabi palsu Musailimah
Al-Kadzdzab, atau lihat buku Hartono Ahmad Jaiz,Nabi-nabi Palsu dan Para
Penyesat Umat,Pustaka Al-Kautsar, Jakrta, 2007, bab Nabi Palsu Musailimah
Al-Kadzdzab).
Bagi yang bukan Ahmadiyah, kasus ini adalah ujian bagi Ummat, mau jadi
munafiq alias kufur yang membela Ahmadiyah pemalsu Islam atau tetap mu'min
dengan membela Islam. Juga pelajaran bagi Ummat Islam yang teguh bahwa
mereka yang mengaku sebagai Muslim, baik jembel maupun tokoh bahkan
bersorban atau berjulukan ulama atau kyai atau duduk di ormas yang ada lafal
ulama-nya namun belum tentu pengakuannya itu benar sesuai dengan Islam.
Bahkan ada yang lebih cinta kepada pemalsu Islam daripada Islam yang
dipeluknya. Hingga terhadap pemalsu Islam, mereka keberatan kalau disebut
sesat atau dilarang, namun terhadap yang memurnikan Islam sesuai dengan
Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafus shalih justru dianggap
berbahaya dan bahkan sesat.
Sikap seperti itu (kepada Ahmadiyah mereka membela dengan aneka cara,
termasuk tak rela Ahmadiyah dibubarkan; namun kepada yang menegakkan sunnah
atau syari'ah maka mereka memusuhi) pada dasarnya mereka hampir sama dengan
Ahmadiyah pemalsu Islam itu sendiri, makanya mereka lebih nyaman bersama
pendusta-pendusta agama itu. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun.
Itulah pada dasarnya musuh-musuh Islam namun mengaku Muslim.
Pantas saja, Ahmadiyah yang memalsu Islam itu banyak pembelanya di sini. Lha
wong jeroan mereka –hinga lego lilo / tulus ikhlas membela pengikut nabi
palsu-- kurang lebihnya seperti itu. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
Tiada daya (untuk melaksanakan perintah-perintah Allah) dan tiada kekuatan
(untuk menjauhi larangan-Nya) kecuali karena Allah.
*Hartono Ahmad Jaiz dan Hamzah Tede, penulis buku Kuburan-Kuburan Keramat di
Nusantara, insya Allah dibedah di IBF Senayan Jakarta, Ruang Anggrek, Kamis
10 Maret 2011 jam 13.00.
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
0 comments:
Post a Comment