Advertising

Friday 28 September 2012

[wanita-muslimah] Dari File Lama : Prosesnya Nyaris Seperti Mimpi

 

“Dan serulah manusia untuk melakukan haji. Mereka akan datang kepadamu dengan bertelanjang-kaki atau dengan menunggang unta yang sudah lemah dan mereka akan datang kepadamu dari setiap padang pasir yang jauh letaknya”;

Al-Qur’an, S 22 : 27

Satu hari di bulan September 2002

Saya masih setengah percaya bahwa saya dan isteri saya Kurniah—kalau tidak ada aral melintang—akan dapat segera memenuhi seruan mulia tersebut. Dan saya masih setengah percaya ketika pada suatu Sabtu pagi di bulan bulan September 2002 kami berdua  berada  di Aula Bank Mandiri Jalan Gatot Subroto Jakarta guna memenuhi undangan Yayasan / Kelompok Bimbingan Haji (KBIH) yang akan membimbing dan mengurus perjalanan haji kami selama di Tanah Suci. Hari itu kami akan memperoleh penjelasan mengenai jadwal bimbingan manasik haji dan sekaligus mendengar presentasi Ustadz Hatta yang bertajuk “Berhaji Seperti Rasulullah SAW”.

Prosesnya begitu cepat bahkan seperti mimpi. Adalah sang isteri pada suatu hari di pertengahan Pebruari yang lalu menyatakan keinginan dan tekadnya, bahwa kami berdua akan memenuhi panggilan Nabi Ibrahim tersebut dalam musim haji tahun 2002/2003 ini. Walaupun hasrat untuk menunaikan Rukun Islam kelima itu sudah lama terpendam dalam sanubari saya, mula-mula saya hanya terpana, karena kami berdua tahu bahwa ketika itu kami nyaris tidak punya tabungan di Bank.

Lalu terpikir oleh saya, kalau tidak sekarang ya kapan lagi, mumpung badan masih cukup sehat dan masih mempunyai penghasilan tetap. Lalu dengan mengucapkan  “Bismillah” kami membulatkan tekad untuk berangkat, dengan catatan, lebih baik tidak jadi berangkat dari pada harus menolak permintaan bantuan kerabat yang benar-benar membutuhkan bantuan kami. .

Keesokan harinya doi langsung membuka Tabungan haji di Bank Mandiri Depok—Alhamdulillah—sebesar Rp 2,5 juta. Dan ketika itu sungguh, saya belum  tahu, apakah kami akan dapat menyisihkan dari penghasilan kami setiap bulannya  guna melunasi pembayaran ONH “biasa” bagi kami berdua sampai batas akhir pembayaran pada bulan September, yang ketika itu saya kira besarnya—karena “kuper”—hanya Rp 40 juta, tetapi kemudian ternyata mencapai hampir Rp 55 juta, termasuk fee Rp 2,5 juta perorang  untuk Yayasan.

Dan saya tidak dapat melukiskan perasaan saya ketika Kur menelepon saya sehabis menyetor uang ke tabungan kami berdua pada pertengahan Agustus yang lalu, yang memberitahukan bahwa menurut petugas Bank Mandiri, jumlah tabungan kami berdua sudah lebih dari cukup untuk melunasi setoran ONH ke Departemen Agama. Lalu kami minta Yayasan untuk segera memprosesnya ke Departemen Agama tanpa mempersoalkan apakah dollar akan menguat atau melemah dan membayar fee untuk Yayasan tersebut.

Ya prosesnya nyaris seperti mimpi, berawal dari mulai diberlakukan aturan gaji bulan ke 14 yang saya terima akhir Februari. Lalu ada kenaikan gaji yang cukup lumayan pada bulan Februari tersebut yang saya ketahui pada bulan berikutnya. Dan “gong”nya adalah—sesuatu yang tidak pernah diduga—adanya award sebesar USD 1,000 dari Presiden organisasi riset internasional yang berpusat di North Carolina, Amerika Serikat, yang  mempekerjakan saya untuk sebuah proyeknya di Indonesia, bagi para staf yang sudah bekerja sebelum Februari 2001.

Lalu saya ingat sebuah hadis Qudsi: “Apabila hamba-Ku mendekati-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendekatinya dengan berlari”

Allah Mahakaya,  Allah Maha Pemurah, Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Sejak ada kepastian bahwa kami akan dapat menunaikan ibadah haji pada musim haji 1423 H, ada perasaan ringan dalam dada, yang berlanjut terus sampai saat-saat menjelang hari keberangkatan.

Dan presentasi Ustadz Hatta yang bergelar PhD itu pada pertemuan pertama tersebut sangat memikat dan sistematis, sehingga waktu tiga jam, termasuk tanya jawab terasa sangat singkat. Sangat menarik dan dalam makna dari salah satu uraian Ustadz Hatta, bahwa “Berhaji Seperti Rasulullah SAW” ialah mengikuti dengan sungguh-sungguh amalan-amalan yang Nabi sunnahkan, artinya wajib diikuti kaum muslimin.

Hal ini didasarkan sebuah Hadis Nabi yang dirawikan Baihqi: “Ambillah contoh amalan haji kalian dariku.” Di sini tentu misalnya tidak termasuk bahwa kaum muslimin naik haji harus naik onta seperti yang Nabi lakukan empat belas abad yang lalu, atau menyembelih hewan kurban dengan tangan sendiri. Seperti yang diriwayatkan, saat menjalankan ibadah haji, Junjungan miliaran kaum muslimin tersebut menyembelih sendiri 63 ekor hewan ternak dengan tangan Beliau yang mulia itu.

Dan ketika Ustadz Hatta melafazkan bacaan talbiyah yang akan banyak dilafazkan oleh para jemaah nanti selama di Tanah Suci: “Labbayk Allahummalabbayk, labbaykallasyarikalaka labbayk, innal hamda wa nni’mata laka walmulku la syarikalak” yang saya ikuti di dalam hati, dengan tidak terasa air mata mengambang di pelupuk mata saya.

Wassalam, Darwin

__._,_.___
Recent Activity:
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

Milis ini tidak menerima attachment.
.

__,_._,___

0 comments:

Post a Comment