Forwarded by
HMNA
----- Original Message -----
From: "wirawan" <wirawan.smg@gmail.com>
To: <sabili@yahoogroups.com>
Sent: Friday, May 27, 2011 7:40 AM
Subject: Re: [Sabili] Pembahasan Tentang Jizyah (bagian 8)
Islam Tidak Anti Kekerasan
*Oleh: Wildan Hasan*
Seringkali kita mendengar ungkapan bahwa Islam anti kekerasan, seiring
terjadinya berbagai aksi-aksi kekerasan akhir-akhir ini di tanah air yang
entah kenapa dituduhkan kepada Islam. Islam anti kekerasan adalah sebuah
ungkapan apologetik yang menyesatkan saat dijadikan pembelaan bahwa Islam
sebagai *way of life* tidak mengajarkan kekerasan. Benarkah?
Keras atau kekerasan itu sifatnya *fithriyyah* (manusiawi) sebagaimana
lembut juga adalah fitrah. Hal yang menjadi tabiat dasar manusia yang tidak
bisa dan tidak boleh dihilangkan melainkan harus diarahkan dan diberdayakan
untuk tujuan kebajikan.
Oleh karena kekerasan adalah manusiawi, maka barangsiapa yang melarang
seseorang berbuat kekerasan maka telah melakukan pelanggaran terhadap hak
asasi manusia. Kekerasan tidak lagi manusiawi ketika dilakukan secara
berlebihan, sebagaimana juga dengan kelembutan atau kedamaian.
Di dalam Islam, 'berlebihan' dikenal dengan istilah *tatharruf*. Tatharruf
adalah setiap aktifitas yang dilakukan tidak sesuai dengan proporsinya.
Dalam literatur fikih Islam seringkali terdapat penggunaan kalimat
*ifrath*dan
*tafrith* yaitu upaya berlebihan dalam bermudah-mudah dan berlebihan dalam
mempersulit.
Islam adalah agama yang proporsional tidak berat sebelah dan sesuai dengan
sifat-sifat dasar kemanusiaan, sehingga Islam disebut juga agama fitrah.
Artinya jika seseorang tidak berislam berarti ia melawaan hakikat
kemanusiaannya. Dengan demikian 'berlebihan' bertentangan dengan ruh agama,
berlebihan sering dibahasakan dengan istilah ekstrim. Ekstrimisme inilah
yang dalam bahasa Islam disebut dengan tatharruf.
Kekerasan tidak lagi manusiawi ketika dilakukan secara berlebihan,
sebagaimana juga dengan kelembutan atau kedamaian.
Setiap hal yang berlebihan atau ekstrim pasti tidak baik, termasuk dalam
persoalan-persoalan kebaikan sekalipun. Sebagai contoh, kecintaan kita
kepada Allah harus proporsional sesuai dengan yang diajarkan di dalam
Al-Qur'an dan Sunnah. Jika tidak, bisa jadi kita menggambarkan Allah sebagai
sosok konkrit yang real ada di hadapan kita. Maka jadilah sebagaimana yang
dilakukan oleh masyarakat jahiliyyah sebelum Rasulullah *shallallaahu
'alaihi wasallam* diutus.
Oleh karena itu Allah *Subhanahu wa Ta'ala *sangat tidak menyukai hal-hal
yang berlebihan, sebagaimana yang ditegaskan-Nya dalam banyak ayat
Al-Qur'an. Diantaranya:
*æóÞóÇÊöáõæÇ Ýöí ÓóÈöíáö Çááøóåö ÇáøóÐöíäó íõÞóÇÊöáõæäóßõãú æóáóÇ ÊóÚúÊóÏõæÇ
Åöäøó Çááøóåó áóÇ íõÍöÈøõ ÇáúãõÚúÊóÏöíäó*
"*Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, tetapi
jangan melampaui batas. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.*" (QS. Al-Baqarah: 190)
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan berperang (melakukan kekerasan),
namun dengan syarat harus tetap di jalan Allah yang diterjemahkan dalam
bentuk perang yang tidak melebihi batas. Perang yang tetap menghormati
hak-hak kemanusiaan. Perang yang tidak seperti perang bar-barnya kaum selain
Islam. Perang yang memang menjadi salah satu Sunnatullah yang harus dijalani
saat keadaan mengharuskan demikian. Perang yang beradab dengan pemenuhan
terhadap syarat dan rukunnya. Inilah perang dalam Islam.
Oleh karena itu problemnya bukan pada persoalan kekerasannya. Tapi pada
penempatan kekerasan tersebut. Sebagai agama fitrah, Islam jelas mengadopsi
'kekerasan' sebagai salah satu manhaj dakwah. Namun Islam menempatkan
kekerasan pada proporsi yang sebenarnya. Sebab secara manusiawi, tidak semua
persoalan kehidupan hanya bisa diselesaikan oleh kelembutan semata.
Sebagai agama fitrah, Islam jelas mengadopsi 'kekerasan' sebagai salah satu
manhaj dakwah. Namun Islam menempatkan kekerasan pada proporsi yang
sebenarnya. Sebab secara manusiawi, tidak semua persoalan kehidupan hanya
bisa diselesaikan oleh kelembutan semata.
Kekerasan fisik yang salah satu bentuknya adalah perang (qital) diakui
secara syar'I oleh Islam sebagai hukum qhat'i dengan bertebarannya ayat
maupun hadits yang melegitimasinya.
Islam sebagai agama beradab sangat menghormati fitrah manusia saat
mengakomodir 'kekerasan' yang dengan secara ketat melakukan
pembatasan-pembatasan demi penghormatan terhadap hak asasi manusia tersebut.
Dalam peperangan, agar tetap di Jalan Allah dan tidak melebihi batas, Islam
melarang umatnya untuk; membunuh orang yang tidak terlibat langsung dengan
peperangan seperti membunuh perempuan dan anak-anak, atau membunuh yang
sedang beribadah. Islam juga melarang merusak pepohonan, tempat-tempat
ibadah, fasilitas umum dan mencincang mayat. Islam juga mengharuskan sebelum
terjadi peperangan terlebih dahulu ditawarkan kepada pihak musuh 3 hal;
masuk Islam, membayar jizyah (pajak) atau berperang. Dan Islam sangat
menekankan untuk lebih berharap perdamaian daripada terjadinya peperangan
saat tiga tawaran itu diajukan.
Itulah yang dimaksud bahwa Allah tidak menyukai hal-hal yang berlebihan
sekalipun dalam situasi peperangan. Maka jika perang dalam Islam dikaitkan
dengan kekerasan sebagai aktifitas yang abnormal, biadab, barbar dan
destruktif. Lalu apakah kita juga akan menyebut Rasulullah *shallallaahu
'alaihi wasallam *dan para sahabat sebagai bidab dan barbar disebabkan
melakukan peperangan?
Padahal sejarah dunia mencatat, Rasulullah *shallallaahu 'alaihi
wasallam *menegur
sahabatnya yang membunuh musuh saat mengucapkan syahadat. Jenderal besar
Khalid bin Walid membiarkan kemahnya tidak dibongkar saat peperangan karena
diatasnya ada burung yang sedang bersarang dan penunggang kuda ulung sahabat
Rasulullah *shallallaahu 'alaihi wasallam *bernama Abu Qatadah memberikan
air wudhunya ketika seekor kucing menghampiri berharap minum. Di luar itu
semua ada sebuah adagium di antara para ahli sejarah dan politikus dunia
bahwa seringkali peperangan dibutuhkan untuk mencapai kedamaian. Tidak akan
ada perdamaian jika tidak ada peperangan.
Sebagai perbandingan, jika hanya Islam yang dituduh pelaku 'kekerasan'.
Silahkan buka-bukalah catatan sejarah kelam Yahudi dan Kristen, niscaya bulu
kuduk anda akan merinding seolah bukan manusia yang melakukan keganasan itu
semua melainkan segerombolan serigala lapar dalam setiap babak sejarahnya.
Sampai abad yang diklaim sebagai abad modern, abad milik mereka ini,
siapakah yang saat ini sangat hoby berperang dan menumpahkan darah?
Adapun teks-teks syariat yang dijadikan legitimasi perang (jihad) tidak pada
tempatnya, pelakunya adalah oknum. Oknum akan senatiasa ada pada setiap
agama dan kelompok masyarakat. Sehingga ekstrimitas dalam Islam tidak bisa
dipakai untuk menjudge bahwa Islam agama yang keliru, terlebih jika yang
dipersalahkan adalah konsep jihad dalam Islam.
Terkait hal itu, jika dilihat melalui perspektif teori konspirasi terlihat
jelas bahwa gembar-gembor ungkapan Islam anti kekerasan diproduksi oleh
musuh-musuh Islam yang menginginkan konsep jihad dalam Islam tereduksi atau
paling tidak ada reinterpretasi yang sesuai dengan selera mereka.
JIHAD adalah syariat Islam yang paling ditakuti oleh musuh-musuhnya. Mereka
berusaha membuat persepsi yang salah tentang jihad sebagai suatu kejahatan
karena mengandung kekerasan. . .
*Ala kulli hal*, kita tahu betul bahwa JIHAD adalah syariat Islam yang
paling ditakuti oleh musuh-musuhnya. Perjalanan sejarah membuktikan, mereka
tidak pernah menang melawan jihadnya umat Islam. Lalu mereka membuat
mempersepsikan Jihad sebagai kejahatan karena mengandung 'kekerasan'
sehingga diharap umat Islam mengenyampingkan JIHAD sebagai sesuatu yan
diwajibkan. Dan menanglah mereka tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga.
Maka dalam arti yang sebenarnya, *ISLAM TIDAK ANTI KEKERASAN*. Wallahu a'lam
(PurWD/voa-islam.com)
http://www.voa-islam.com/islamia/liberalism/2010/08/20/9368/islam-tidak-anti-
kekerasan/
********************************************
BISMILLA-HIRRAHMA-NIRRAHIYM
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU
[Kolom Tetap Harian Fajar]
973 Sejuk dan Keras yang Seimbang
Syari'at Islam ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, yaitu sejuk
dan keras yang seimbang. Allah SWT adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Dalam konteks ini ayat-ayat Al Quran bernada
sejuk. Allah SWT adalah Al Qahhar, Maha Gagah Perkasa. Dalam konteks ini
ayat-ayat Al Quran bernada keras, seperti contoh ayat yang berikut
:
-- QATLWHM Y'ADZBHM ALLH BAYDYKM WYKHZHM (S. ALTWBT, 9:14), dibaca:
qaatiluuhum yu'adzdzibhumuLlaahu biaydiikum wayukhzihim (S. At-taubah),
artinya:
-- Perangilah mereka itu niscaya Allah menyiksa mereka dengan tanganmu, dan
menghinakan mereka.
Ayat ini ditujukan kepada para agressor yang memerangi ummat Islam.
S. At-Taubah adalah satu-satunya Surah dalam Al-Quran yang tidak dibuka
dengan Basmalah. Namun ini ditebus oleh S. An-Naml yang mengandung dua
Basmalah, satu pada pembukaan Surah dan satu pada ayat 30, sehingga jumlah
Basmalah tetap = jumlah Surah, yaitu 114 = 6 x 19. Hubungan S. At-Taubah
bernomor 9 dengan S. An-Naml bernomor 27 juga unik yaitu dikontrol oleh
angka keterkaitan matematis bilangan 19. Apabila nomor masing-masing Surah
dari Surah ke-9 s/d ke-27 disusun secara Deret Hitung:
(9+10+11+12+...+24+25+26+27) maka hasilnya adalah 342 = 18 x 19.
S. At-Taubah yang tidak dibuka dengan Basmalah, merupakan ciri khas yaitu
petunjuk bagaimana bersikap dalam keadaan perang. Bagaimanapun juga Negara
Islam Madinah oleh kenyataan sejarah pernah dalam situasi perang yang
bersifat defensif, sehingga Allah SWT perlu menurunkan pedoman bersikap dan
bertindak dalam situsasi perang. Maka ayat-ayat dalam S. At-Taubah yang
menyangkut tentang perang, harus dimaknai dalam konteks situasi dan dalam
wilayah perang (Dar al-Harb).
Islamic anger at the West is a product of Western oppression of Muslims.
Time magazine proclaims that "terrorism is the bitter howl of the
victimized." (kemarahan ummat Islam kepada Barat adalah produk tindasan
kezaliman Barat atas ummat Islam. Time magazine menyatakan: "terorrisme
adalah teriakan pahit dari para korban)
http://frontpagemag.com/Articles/ReadArticle.asp?ID=7966
Kita sekarang akrab dengan sebuah lembaga baru yang bernama Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT). Mengapa kita katakan akrab, karena para
petingginya sering muncul di layar kaca menjadi "artis". BNPT dibentuk
melalui kepres No. 46 tahun 2010, resmi di teken Presiden tanggal 16 Juli
2010. Dan sejak itu menyangkut isu-isu terkait "terorisme" orang-orang BNPT
sering tampil di muka media. Ketua BNPT, Ansyad Mbai laksana seorang orator
politik, banyak membangun opini dan propaganda yang tendensius dengan
sejumlah kepentingan politiknya ketimbang bicara fakta. Sejauh ini belum
terbuka di hadapan publik tentang mekanisme kontrol terhadap kerja lembaga
BNPT.
Hal yang menarik dari BNPT, keseriusannya melakukan langkah "lembut" dibawah
payung strategi yang bernama "deradikalisasi". Sebuah strategi bagian dari
proyek "kontra-terorisme". Selama ini pendekatan secara keras oleh Densus88
dianggap belum bisa mereduksi dan menghabisi seluruh potensi yang mengarah
kepada tindakan "terorisme". Bahkan dianggap belum efektif menyentuh akar
persoalan terorisme secara komprehensif. Fasalnya setelah terpidana
menjalani hukuman, keluar penjara ada yang tetap radikal, lalu menjadi
"teroris" lagi.
Strategi yang ditempuh, obyek sasaran jangka panjangnya BNPT yaitu kelompok
yang dianggap mengusung ideologi radikal atau fundamentalis. Terkait dengan
ini ditempuhlah pendekatan formal, yaitu langkah BNPT menggandeng MUI di
akhir 2010 dengan membuat program Halaqah Nasional Penanggulangan Terorisme
dan Radikalisme. Acara ini diselenggarakan di enam kota besar Indonesia,
meliputi Jakarta (11 Nopember), Solo (21 Nopember), Surabaya (28 Nopember),
Palu (12 Desember) dan terakhir di Medan (30 Desember) tahun lalu.
BNPT menggandeng MUI, maksudnya ini adalah Proyek BNPT, namun dikesankan
kepada publik bahwa penggagas acara ini diatas namakan MUI Pusat dan Forum
Komunikasi Praktisi Media Nasional (FKPMN) yang di ketuai oleh Wahyu Muryadi
(Pimred Majalah Tempo). Ketika agenda ini berlangsung, fakta berbicara lain,
hampir disemua tempat mendapatkan resistensi dari kalangan ulama dan tokoh
masyarakat yang cukup kritis, karena melihat banyak kesenjangan dan
kejanggalan antara "niat baik" BNPT dengan fakta dilapangan yang membuat
umat Islam merasa terzalimi.
Sebenarnya strategi "deradikalisasi" BNPT yang diarahkan kepada kelompok
yang dianggap mengusung ideologi radikal atau fundamentalis, itu ibarat lain
yang gatal, lain yang digaruk. Mengapa? Karena seperti dikemukakan di atas
bahwa Syari'at Islam ibarat dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, yaitu
sejuk dan keras yang seimbang. Sehingga jika salah satu dari keduanya
diredam akan terjadi kepincangan. Kalau yang sejuk diredam, maka ummat Islam
akan menjadi agresif, sebaliknya jika yang keras diredam maka ummat Islam
akan jadi loyo.
Jadi strateginya bukan "deradikalisasi" melainkan:
Pertama diberikan pemahaman kepada para "teroris" itu bahwa Indonesia ini
bukan Dar al-Harb. Dan ulama yang cocok untuk memberikan pengertian kepada
mereka bahwa Indonesia ini bukan Dar al-Harb, adalah ulama semacam al-Ustadz
KH Abu Bakar Ba'asyir. Sayangnya beliau itu dimusuhi dikriminalisasi.
Yang kedua seperti dikutip dari =>
http://frontpagemag.com/Articles/ReadArticle.asp?ID=7966 di atas: kemarahan
ummat Islam kepada Barat adalah produk tindasan kezaliman Barat atas ummat
Islam: "terorrisme adalah teriakan pahit dari para korban." Maka kebijakan
politik luar negeri Eksekutif janganlah "bermesrahan" dengan Barat.
Janganlah pakai pradigama ucapan legendaris: "I love the United States, with
all its faults. I consider it my second country," yaitu jawaban SBY sewaktu
ditanyai oleh the International Herald Tribune. WaLlahu a'lamu bishshawab.
*** Makassar, 8 Mei 2011
[H.Muh.Nur Abdurrahman]
http://waii-hmna.blogspot.com/2011/05/973-sejuk-dan-keras-yang-seimbang.html
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.
0 comments:
Post a Comment