*Kearifan Lokal*
Published on jurnalperempuan.com<http://jurnalperempuan.com/2011/05/kearifan-lokal/>|
shared via
feedly <http://www.feedly.com>
Adalah salah satu konsep yang ada di bawah ideologi tentang keberagaman,
pluralisme atau multikulturalisme. Yaitu bahwa sangat tidak mempercayai
"kesatuan", melainkan "keberagaman". Kesatuan membuat identitas hilang dari
setiap individu manusia ke dalam satu pemikiran atau kehidupan yang tunggal.
Itulah sebabnya multikulturalisme dalam parkteknya mendukung ide tentang
kearifan lokal.
Istilah local wisdom (kearifan lokal) mempunyai arti yang sangat mendalam
dan menjadi suatu kosa kata yang sedang familiar di telinga kita akhir-akhir
ini. Banyak ungkapan dan perilaku yang bermuatan nilai luhur, penuh
kearifan, muncul di komunitas lokal sebagai upaya dalam menyikapi
permasalahan kehidupan yang dapat dipastikan akan dialami oleh masyarakat
tersebut. Realita ini muncul ke permukaan karena tidak adanya solusi global
yang dapat membantu memberikan jawaban terhadap segala kejadian yang ada di
sekitar lingkungan tempat tinggal mereka.
Di sisi lain, komunitas lokal (local community) menjawab tantangan kehidupan
ini dengan kearifan dan kebijaksanaan yang dimilikinya.
Kearifan atau kebijaksanaan (wisdom) tersebut muncul bisa jadi karena
pengalaman yang selama ini terjadi telah menjadikannya sebagai jawaban dan
solusi.
Faktor keterlibatan para pendahulu, nenek moyang, yang mewariskan tradisi
tersebut kepada generasi berikutnya menjadi sangat penting bagi terjaganya
kearifan tersebut. Dalam perkembangannya, bisa jadi kearifan yang timbul
antar komunitas lokal itu berbeda dengan yang lainnya, tanpa menghilangkan
subtansi yang dimiliki, yaitu berfungsi sebagai solusi terhadap masalah yang
ada di sekitarnya.
Misalnya orang Jawa yang tinggal di daerah gunung atau pedesaan akan berbeda
kearifannya dengan orang Jawa yang tinggal di perkotaan tatkala sama-sama
melihat permasalahan mereka di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang Jawa
gunung-pedesaan akan mempunyai kecenderungan menjadi seorang petani yang
tangguh lagi ulet dalam menghadapi tuntutan kehidupan dan lingkungan. Faktor
alam juga menjadi penopang bagi diri orang Jawa gunung-pedesaan untuk
menjadi seorang petani dari pada menjadi seorang pedagang atau bekerja di
pabrik dan industri. Lain halnya dengan orang Jawa yang tinggal dan hidup di
daerah perkotaan akan mempunyai kearifan lain yang menuntun dirinya sebagai
seorang pedagang atau sebagai karyawan yang bekerja di perusahaan swasta
atau bekerja sebagai pejabat di instansi pemerintahan dari pada bekerja
sebagai seorang petani.
*Perempuan dan Kearifan Lokal*
Isu kearifan lokal dengan perempuan dapat jatuh pada dua sisi. Sisi pertama,
kearifan lokal sebagai kebudayaan, bila ia mendominasi perempuan, maka
kearifan lokal menjadi menindas perempuan. Sisi lain adalah sebaliknya,
yaitu apabila kearifan lokal sebagai kebudayaan bukanlah sebagai alat untuk
dominasi, melainkan sangat berguna bagi lingkungan masyarakat termasuk
perempuan, maka kearifan lokal akan menjadi membebaskan kaum perempuan.
Aleta Ba'un misalnya, seorang perempuan yang mempertahankan kearifan lokal
untuk demi kelestarian lingkungannya. Ia memperjuangkan masyarakat Molo
beserta lingkungan di wilayah Molo, dimana gunung yang kaya dengan
marmer-nya itu sering membuat orang asing ingin menjarahnya. Aleta Ba'un
dengan kearifan lokalnya di wilayah Molo ini menunjukkan kearifan yang
berorientasi pada kelestarian lingkungan yang itu berarti berdampak
pada kelestarian kebudayaan dan kehidupan masyarakat lokal. Masyarakat
dan kebudayaan Molo nyaris punah akibat penjarahan-penjarahan gunung
Molo yang kaya dengan marmer itu, dan dibawahnya pula sumber kehidupan
masyarakat terutama air.
Aleta, dalam konteks perempuan dan kearifan lokal ini mengidentikan dirinya
(perempuan) dengan alam (tanah) dan karenanya manusia yang menganggu alam
berarti mengganggu kehidupan perempuan. Kearifan lokal itulah yang diyakini
oleh Aleta.
Sebaliknya, bila kearifan lokal menjadi kebudayaan yang mendominasi bahkan
diskriminasi, maka kearifan lokal yang dimaksud menjadi bertentangan dengan
kehidupan perempuan. Misalnya, peraturan-peraturan daerah yang banyak
dikeluarkan sering mengatur cara berpakaian perempuan dan perempuan dilarang
keluar malam serta tidak boleh bepergian tanpa muhrim. Sejak otonomi daerah
diberlakukan, sering kita membaca di media massa istilah "Putra Daerah",
termasuk kearifan lokal. Celakanya, kearifan lokal dipilih-pilih dan pilihan
tersebut tidak dijadikan dasar untuk mensejahterakan masyarakat lokal. Ini
akibat dari kebudayaan yang terjadi sangat patriarkhis, kebudayaan yang
melihat perempuan hanyalah konco wingking, yang harus mengikuti pihak
laki-laki saja.
*Kearifan Lokal dan Feminisme*
Atas hal yang telah disebutkan di atas, pertanyaan yang harus kita ajukan di
atas adalah: adakah kebudayaan atau kearifan yang netral? Atau sekalipun
kebudayaan itu sifatnya patriarkhis, bisakah masyarakat itu mengubah
"lokalitasnya"? Netral artinya adalah cukup berlaku adil terhadap perempuan
dan laki-laki. Katha Pollit menyatakan bahwa sejarah gerakan feminisme
awalnya sangat menolak kearifan lokal. "Dengan menuntut kesamaan bagi
perempuan, feminisme mengadakan oposisi dengan hampir semua kebudayaan di
dunia ini…" karena hampir semua kebudayaan menurut gerakan feminis ini
menekan atau menindas perempuan, termasuk agama yang sudah menjadi bagian
dari kultur atau kebudayaan dalam sebuah masyarakat. Namun feminisme
multikultural menganggap justru kearifan lokal ini dapat dimanfaatkan
perempuan, atau menjadi politik budaya perempuan. Politik Perempuan:
"Politik … tidak sekedar berkaitan dengan kekuasaan tetapi dengan pendidikan
dan perubahan yang mendasar pada tatanan sosial budaya " atau politik
Perempuan: "Berkaitan dengan kehidupan dan pengalaman perempuan
sehari-hari." Kisah Aleta Ba'un telah menunjukkan hal ini. Strategi Gerakan
Feminis tentang Kearifan Lokal Istilah multikulturalisme maupun kearifan
lokal biasanya dipakai untuk menyuburkan putra-daerahisme, esensialisasi
tradisi dan identitas budaya. Karena istilah ini tidak dipakai secara
kritis, melainkan untuk membangkitkan budaya patriarki. Seperti budaya dan
tradisi yang sakral membuat manusia menjadi: manusia untuk tradisi, yang
berarti rawan patriarki Dengan jalan yang kritis tersebut, maka feminisme
dan multikulturalisme atau kearifan lokal menjadi bisa sejalan yaitu: harus
kritis atas relasi kekuasaan dalam hidup sehari-hari (termasuk diri
sendiri).
Oleh karena itu harus disertai prinsip-prinsip:
- Menghargai perbedaan dan siap berdialog dengan yang berbeda
- Mencari strategi budaya yang tepat sesuai dengan konteks dan masalah yang
ada
- Berjejaring dengan berbagai kelompok yang berbeda untuk tujuan keadilan
dan kesamaan hak. Selain itu, perlunya melihat keseimbangan antara
"kepentingan bersama" dan "keragaman" yaitu: a) nasionalisme mengutamakan
kepentingan bersama dalam komunitas bernegara-berbangsa di atas kepentingan
pribadi/kelompok dan b) multikulturalisme mengembangkan toleransi,
menghormati perbedaan, mengakui hak dan
keberadaan yang lain, melihat persamaan.
Sementara itu strategi yang harus dilakukan gerakan perempuan dalam
menghadapi kearifan lokal ini adalah:
- Gerakan perempuan tidak bisa mengabaikan dinamika budaya dan
<http://jurnalperempuan.com/2011/05/kearifan-lokal/kearifan-lokal_sumber_profiledesacikondang-blogspot-com/>
keragamannya
- Perempuan sebagai pengampu nilai budaya komunitas, keluarga, kelompok
agama dll tidak bisa tidak mengambil posisi budaya.
- Politik budaya Perempuan: pemilihan posisi yang strategis dan kritis,
bernegosiasi dengan kekuatan budaya dan politik yang melingkupinya
(global-lokal). (MA)
Dikutip dari: Jurnal Perempuan #57 "Menelusuri Kearifan Lokal".
Feedly. Feed your mind. http://www.feedly.com <http://www.feedly.com/#mail>
[Non-text portions of this message have been removed]
------------------------------------
=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com
Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
wanita-muslimah-digest@yahoogroups.com
wanita-muslimah-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
wanita-muslimah-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
0 comments:
Post a Comment